Tanpa Lockdown, Boleh Bekerja di Kantor, hingga Sekolah Tetap Dibuka, Swedia Bisa Jinakkan Penyebaran Virus Corona, Kebiasaan Baik Ini Jadi Kuncinya, Mari Kita Tiru

Mentari DP

Penulis

Intisari-Online.com - Seluruh negara di dunia sedang menghadapi pandemivirus corona (Covid-19).

Tak terkecuali Eropa.

Bahkan pada awal pandemi, Benua Eropa menjadi episentrum pandemi Covid.19.

Namun itu tak berlaku di Swedia.

Baca Juga: Kenal Trump Selama Lebih dari 20 Tahun, Dubes AS untuk Afrika Selatan Ini Jadi Target Pembunuhan Iran Berikutnya,Intelijen: Dia Siap Dieksekusi

Bahkan Swediasempat disebut negara "tersantai" dalam menanganivirus corona (Covid-19), dan kini justru terlihat upaya mereka membuahkan hasil.

Ketika kasus-kasusCovid-19di Eropa kembali meningkat, di Swedia angka penambahannya justru menurun meski tidak lockdown.

Tingkat infeksi Swedia pernah jadi yang tertinggi di Eropa, tapi sekarang lebih rendah daripada Inggris, Spanyol, Perancis, atau Italia.

Daily Mailpada Jumat (11/9/2020) mewartakan, Swedia pekan lalu melakukan sejumlah tes virus corona tapi cuma 1,2 persen yang positif lagi.

Angka ini adalah yang terendah di sana sejak pandemi.

Baca Juga: Kembali Terapkan PSBB, Anies Baswedan Minta Warga Jakarta Wajib Ikut Tes Covid-19, Terutama yang Masuk Kriteria di Bawah Ini

Mulai "bersihnya" Swedia membuatnya dihapus dari daftar karantina Inggris, dan membuka kembali pintu bagi pariwisata dan perekonomiannya.

Lantas, bagaimana cara santai Swedia bisa menjinakkan virus corona?

Tidak ada lockdown di Swedia.

Rakyatnya tidak diperintahkan untuk tetap di rumah, toko-toko, sekolah, dan restoran juga tetap buka meski kurva kasus berada di puncaknya.

Ahli epidemiologi top di negara Nordik itu juga tidak memandang masker sebagai cara efektif, dan bersikeras lockdown penuh tidak akan mencegah kematian di ruang perawatan.

Namun warga Swedia dengan taat selalu melakukan dua hal mendasar, yaitu cuci tangan dan social distancing.

"Alasan di balik penularan yang relatif rendah sekarang sebagian besar karena banyak warga Stockholm mengikuti anjuran untuk tetap di rumah saat sakit, mencuci tangan, dan menjaga jarak," ujar Per Follin kepala badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular Stockholm.

Pemerintah Swedia juga sudah sering menyebutkan tingkat kepercayaan yang tinggi pada pihak berwenang menjadi alasan, kenapa tindakan pencegahan virus bisa bersifat sukarela bukan paksaan.

Strategi ini mendapat pujian dari WHO sebagai model berkelanjutan untuk mengatasi virus.

Para petinggi Swedia pun mengatakan, akan menerapkan pembatasan lunak lebih lama.

Baca Juga: Bukti Kesetiaan Anjing, Rela Tempuh Perjalanan Sejauh 16.000 Km untuk Kembali Bertemu Pemiliknya,

Tingkat infeksi Swedia adalah yang tertinggi di Eropa pada pertengahan Juni, dengan hasil skrining menunjukkan lebih dari 1.000 orang positif corona per hari.

Kemudian pada 15 Juni Swedia mencatatkan rata-rata 101 kasus per 1 juta orang per hari di 1 pekan, sedangkan tertinggi berikutnya di Eropa adalah Belarus dengan 79 kasus.

Angka kematian di Swedia juga sempat lebih banyak daripada gabungan Norwegia, Denmark, dan Finlandia, dengan 5.843 kematian.

Akan tetapi situasinya kini berbalik total 3 bulan sejak saat itu. Infeksi virus corona melonjak di sebagian besar Eropa tetapi mencapai titik terendah di Swedia.

Swedia mengumumkan 7.131 kasus baru pada Agustus, turun dari 11.971 kasus di Juli bahkan 30.909 di Juni.

Tingkat infeksi tertinggi di Eropa Barat sekarang dipegang Spanyol (200 kasus per 1 juta orang) dan Perancis (118).

Swedia jauh di bawah mereka dengan 17 kasus per 1 juta warganya.

"Tujuan dari pendekatan kami adalah agar orang-orang itu sendiri yang memahami kebutuhan untuk mematuhi rekomendasi dan anjuran yang ada," kata kepala badan kesehatan Johan Carlson di konferensi pers.

Baca Juga: China Tak Bisa Berbohong Lagi, Pakar Virologi Ini Klaim Virus Corona Berasal dari Laboratorium Wuhan dan Dikontrol Pemerintah China, 'Saya Punya Bukti Kuat'

"Tidak ada cara lain sebelum ada tindakan medis, terutama vaksin."

"Warga Swedia telah melakukannya sepenuh hati," lanjutnya dikutip dari Daily Mail.

Swedia tidak menerapkanherd immunity, tetapi para pejabatnya merasa hal itu secara bertahap akan membantu membatasi penyebaran penyakit.

Meski begitu para ilmuwan belum sepenuhnya yakin secara tepat berapa banyak atau berapa lama kekebalan muncul setelah pulih dari Covid-19.

Studi dari Royal Society of Medicine Inggris bulan lalu menemukan, hanya 15 persen orang di Stockholm yang memiliki antibodi virus ini pada Mei 2020.

(Aditya Jaya Iswara)

(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Cara "Santai" Swedia Tangani Virus Corona yang Ternyata Manjur")

Baca Juga: Selama PSBB Total di DKI Jakarta, Hanya 11 Sektor Ini yang Boleh Beroperasi, Sementara 6 Sektor Ini Dilarang

Artikel Terkait