Mengklaim Nol Kasus Sampai Berani Gelar Parade Kemerdekaan, Nyatanya Virus Corona Telah Ada di Korut Sejak Januari Lalu, Tercatat Maret Sudah Ada Warga Meninggal, Ini Datanya

May N

Penulis

Intisari-online.com -Rabu kemarin 9/9/2020 Korut menandani ulang tahun negara tersebut yang berumur 72 tahun.

Mereka masih merayakannya meskipun Korut sudah hampir lumpuh karena pandemi dan bencana alam berupa angin topan.

Masih ada juga masalah negosiasi dengan AS terkait denuklirisasi dan sanksi ekonomi yang harus segera dipulihkan.

Korut untuk saat ini kesulitan dalam menyediakan kebutuhan mendasar untuk warganya sendiri.

Baca Juga: Biasa Simpan Telur di Dalam Kulkas? Hentikan Kebiasaan Tersebut Sekarang Juga Bila Tak Ingin Efek Berbahaya Ini Mengintai Tubuh Anda!

Rupanya, sejak awal tahun ini, mengutip South China Morning Post, Korut telah memotong semua perdagangan dari dan ke China dan Rusia.

Kebijakan itu diterapkan di tengah ancaman virus Corona yang pertama kali dideteksi di Wuhan, China, negara yang menjadi partner perdagangan terbesar Korut.

Itulah sebabnya mereka menutup perdagangan dengan kedua negara tersebut.

Namun meski begitu mereka tidak mengakui jika sudah ada kasus Covid-19 di Korut.

Baca Juga: 18 Tahun Merdeka dari Indonesia Timor Leste Tak Kunjung Kaya padahal Punya Sumber Daya Melimpah, Ternyata Australia yang Jadi Penghambatnya

26 Juli, Agensi Berita Sentra Korea mengatakan pembelot yang lari dari Korut 3 tahun yang lalu adalah "suspek Corona" setelah "secara ilegal" kembali ke Kaesong.

Kaesong adalah tempat perbatasan Korut dan Korsel.

Namun media pemerintah belum melaporkan apakah orang tersebut memang merupakan pasien Covid-19.

Korut diyakini sangat rentan terpapar Covid-19 karena kekurangan makanan dan suplai medis yang menjadi makin heboh karena sanksi ekonomi internasional.

Baca Juga: Sering Pingsan Karena Alami Darah Rendah, 6 Makanan Ini Baik untuk Dikonsumsi, Salah Satunya Makanan yang Tinggi Folat

Sanksi tersebut muncul karena ambisi Pyongyang kembangkan rudal balistik dan nuklir mereka.

Dahulu, Korut melarang orang asing masuk ke negara itu selama wabah Sars 2003, dan epidemi Ebola di Afrika Barat pada 2014.

Namun untuk saat ini, Korut juga diserang oleh angin topan yang kuat dan banjir yang hebat.

Hal tersebut timbulkan kekhawatiran jika ekonomi negara tersebut akan jatuh karena sektor ekonomi mereka hancur.

Baca Juga: Lama Tak Terdengar Kabarnya, Kim Yo Jong Muncul Kembali Ke Publik Dengan Ubah Kurikulum TK Korut, Berganti Jadi 'Pendidikan Kejayaan'

Rabu lalu Kim mengatakan jika ia akan mempertimbangkan ulang proyek akhir tahun setelah angin topan menyerang beberapa wilayah di negaranya.

Topan Maysak telah runtuhkan sistem transportasi dan menghancurkan lebih dari 2000 rumah, dan runtuhkan 59 jembatan.

Kim tekankan perlunya membangun ulang rumah-rumah tersebut dan memperbaiki jalan dan jalur kereta api maksimal pada 10 Oktober.

Corona sudah menghantam sejak Januari

Baca Juga: Anak Babi di China Disuntik Virus Corona Kemudian Menjadikannya Makanan Untuk Babi Lainnya, Terungkap Ini Tujuan Misi Tersebut yang Awalnya Buat Geleng Kepala!

Daily NK pada Maret lalu telah menerima informasi yang katakan bahwa lebih dari 20 orang meninggal dengan kondisi mencurigakan sejak Januari.

Sumber menyebutkan pihak berwenang terus-terusan mendata siapa saja yang meninggal dengan gejala serupa atau siapa saja yang dikarantina.

Namun informasi tersebut disembunyikan rapat-rapat.

"Komando Central Emergency Disease Control Korut mencatat bahwa 23 orang telah meninggal karena pneumonia akut antara Januari sampai sekarang," ujar sumber pemerintahan di Korut pada 27 Februari lalu.

Baca Juga: Telan Pil Pahit Gelar Militernya Dicopot, Siapa Sangka Pangeran Harry Ternyata Seorang Pasukan Antiteror hingga Pernah Ikut Misi Buru Pasukan Taliban

"Ini merupakan hasil menghitung semua orang yang meninggal setelah mengalami demam tinggi, batuk dan gangguan pernapasan.

"Total 82 orang dengan gejala yang sama telah dikarantina di seluruh wilayah," tambahnya.

"Beberapa dipulangkan setelah gejalanya reda, tapi pasien baru terus-terusan bertambah."

Saat itu, otoritas kesehatan Korut yakin kasus di Pyongyang disebarkan oleh mahasiswa dari China, dan kasus di Haeju disebarkan oleh pedagang yang berjualan dari dan ke perbatasan.

Baca Juga: Sangat Rahasia! Diam-diam Suami Sembunyikan Uang dari Istrinya dan Mengaku Tak Punya Uang, 3 Tahun Kemudian Sang Istri Syok Mengetahui Jumlah Tabungan Suaminya

Sistem otoritas lain jelaskan alasan utama mengapa Korut merespon secara rahasia bahayanya penyebaran penyakit ini karena risiko kesadaran publik yang dapat mengancam sistem negara.

Pemerintah Korut juga tidak pernah mempublikasikan apapun mengenai penyebaran lokal virus Sars 2003, Ebola di tahun 2014, Mers 2015.

Penyebaran lokal virus flu babi H1N1 tahun 2009 dulu menjadi satu-satunya kejadian ketika Korut laporkan merebaknya wabahpenyakit menular kepada WHO.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait