Penulis
Intisari-online.com -Rabu kemarin 9/9/2020 Korut menandani ulang tahun negara tersebut yang berumur 72 tahun.
Mereka masih merayakannya meskipun Korut sudah hampir lumpuh karena pandemi dan bencana alam berupa angin topan.
Masih ada juga masalah negosiasi dengan AS terkait denuklirisasi dan sanksi ekonomi yang harus segera dipulihkan.
Korut untuk saat ini kesulitan dalam menyediakan kebutuhan mendasar untuk warganya sendiri.
Rupanya, sejak awal tahun ini, mengutip South China Morning Post, Korut telah memotong semua perdagangan dari dan ke China dan Rusia.
Kebijakan itu diterapkan di tengah ancaman virus Corona yang pertama kali dideteksi di Wuhan, China, negara yang menjadi partner perdagangan terbesar Korut.
Itulah sebabnya mereka menutup perdagangan dengan kedua negara tersebut.
Namun meski begitu mereka tidak mengakui jika sudah ada kasus Covid-19 di Korut.
26 Juli, Agensi Berita Sentra Korea mengatakan pembelot yang lari dari Korut 3 tahun yang lalu adalah "suspek Corona" setelah "secara ilegal" kembali ke Kaesong.
Kaesong adalah tempat perbatasan Korut dan Korsel.
Namun media pemerintah belum melaporkan apakah orang tersebut memang merupakan pasien Covid-19.
Korut diyakini sangat rentan terpapar Covid-19 karena kekurangan makanan dan suplai medis yang menjadi makin heboh karena sanksi ekonomi internasional.
Sanksi tersebut muncul karena ambisi Pyongyang kembangkan rudal balistik dan nuklir mereka.
Dahulu, Korut melarang orang asing masuk ke negara itu selama wabah Sars 2003, dan epidemi Ebola di Afrika Barat pada 2014.
Namun untuk saat ini, Korut juga diserang oleh angin topan yang kuat dan banjir yang hebat.
Hal tersebut timbulkan kekhawatiran jika ekonomi negara tersebut akan jatuh karena sektor ekonomi mereka hancur.
Rabu lalu Kim mengatakan jika ia akan mempertimbangkan ulang proyek akhir tahun setelah angin topan menyerang beberapa wilayah di negaranya.
Topan Maysak telah runtuhkan sistem transportasi dan menghancurkan lebih dari 2000 rumah, dan runtuhkan 59 jembatan.
Kim tekankan perlunya membangun ulang rumah-rumah tersebut dan memperbaiki jalan dan jalur kereta api maksimal pada 10 Oktober.
Corona sudah menghantam sejak Januari
Daily NK pada Maret lalu telah menerima informasi yang katakan bahwa lebih dari 20 orang meninggal dengan kondisi mencurigakan sejak Januari.
Sumber menyebutkan pihak berwenang terus-terusan mendata siapa saja yang meninggal dengan gejala serupa atau siapa saja yang dikarantina.
Namun informasi tersebut disembunyikan rapat-rapat.
"Komando Central Emergency Disease Control Korut mencatat bahwa 23 orang telah meninggal karena pneumonia akut antara Januari sampai sekarang," ujar sumber pemerintahan di Korut pada 27 Februari lalu.
"Ini merupakan hasil menghitung semua orang yang meninggal setelah mengalami demam tinggi, batuk dan gangguan pernapasan.
"Total 82 orang dengan gejala yang sama telah dikarantina di seluruh wilayah," tambahnya.
"Beberapa dipulangkan setelah gejalanya reda, tapi pasien baru terus-terusan bertambah."
Saat itu, otoritas kesehatan Korut yakin kasus di Pyongyang disebarkan oleh mahasiswa dari China, dan kasus di Haeju disebarkan oleh pedagang yang berjualan dari dan ke perbatasan.
Sistem otoritas lain jelaskan alasan utama mengapa Korut merespon secara rahasia bahayanya penyebaran penyakit ini karena risiko kesadaran publik yang dapat mengancam sistem negara.
Pemerintah Korut juga tidak pernah mempublikasikan apapun mengenai penyebaran lokal virus Sars 2003, Ebola di tahun 2014, Mers 2015.
Penyebaran lokal virus flu babi H1N1 tahun 2009 dulu menjadi satu-satunya kejadian ketika Korut laporkan merebaknya wabahpenyakit menular kepada WHO.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini