Find Us On Social Media :

Warga Israel Muak akan Penanganan Buruk Pandemi Covid-19, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu Dituntut Mengundurkan Diri: 'Cukup Denganmu!'

By Khaerunisa, Minggu, 6 September 2020 | 20:00 WIB

(ilustrasi) Virus corona di Israel

Intisari-Online.com - Israel tengah dihadapkan pada kondisi buruk infeksi Covid-19.

Sebelumnya, Israel pernah dinobatkan sebagai negara teraman corona oleh Deep Knowledge Ventures, perusahaan konsorsium yang berbasis di Hong Kong.

Saat itu, dari 40 negara teraman di pandemi Covid-19, Israel menempati peringkat teratas dengan total skor 632.32 dari 76 kriteria penilaian.

Namun, kini situsi berbalik, diiringi dengan penanganan Covid-19 yang dianggap buruk, setidaknya begitu menurut warga Israel.

Baca Juga: Negerinya Terlahir dari Pertumpahan darah, Israel Tak Segan Lakukan Aksi Kotor Pembunuhan pada Musuhnya, Ini Daftar Pembunuhan yang Pernah Dilakukan Agen Mata-mata Mossad

Warga Israel pun meluapkan kekecewaannya, unjuk rasa pecah menuntut Perdana Menteri Benjamin Netahayu untuk mengundurkan diri.

Melansir Aljazeera (6/9/2020), Ribuan orang Israel melakukan protes di luar kediaman resmi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Sabtu malam hingga Minggu dini hari.

Para pengunjuk rasa terus maju dengan kampanye berbulan-bulan menuntut agar pemimpin Israel yang diperangi itu mengundurkan diri.

Protes, yang sekarang memasuki minggu ke-11, datang ketika Israel mengalami rekor infeksi virus corona.

Baca Juga: Korea Utara Dirundung Bencana Alam, Kim Jong-un Terbar Ancaman untuk Pejabat Lokal yang Gagal Melindungi Warganya, Ini yang akan Dilakukannya

Para pengunjuk rasa telah memprotes penanganan Netanyahu atas krisis virus korona, yang telah menyebabkan melonjaknya pengangguran, dan mereka mengatakan dia harus mundur saat diadili atas tuduhan korupsi.

Para pengunjuk rasa memegang spanduk bertuliskan "Revolusi" dan "Keluar dari sini" dan memegang bendera biru-putih Israel.

Sebuah tanda yang ditujukan kepada perdana menteri diproyeksikan ke sebuah gedung bertuliskan dalam bahasa Ibrani: "Cukup denganmu."

Kerumunan yang lebih kecil berkumpul di jembatan dan di persimpangan di seluruh negeri, juga menyerukan agar Netanyahu mundur.

Baca Juga: Bikin Melongo! Senjata Rahasia Militer AS Ini Digadang-gadang Bisa Buat Mereka Dengan Mudah Menang dalam Perang Apapun, Termasuk Dengan China?

Jumlah korban tewas telah melampaui 1.000 orang, dan negara sedang mempertimbangkan penguncian baru untuk menghentikan lonjakan cepat infeksi harian.

Israel saat ini memiliki lebih dari 26.000 kasus COVID-19 aktif.

Meskipun unjuk rasa sebagian besar berlangsung damai, tetap terjadi bentrok pengunjuk rasa dengan polisi di beberapa lokasi.

Sedikitnya 13 penangkapan dilakukan, termasuk seorang pria yang menurut polisi "berpakaian seperti wanita dengan cara yang provokatif".

Baca Juga: Diduga Terlibat dalam Pembunuhan Sadis dan Eksekusi Lebih Banyak Orang, Putra Mahkota Saudi MBS Miliki Kekayaan Rp19.000 Triliun, dari Kapal Pesiar hingga Kastil di Prancis

Polisi juga mengatakan dua petugas terluka ringan ketika kerumunan membobol blokade polisi.

Sementara itu, Netanyahu menyebut para pengunjuk rasa sebagai "kiri" dan "anarkis".

Namun, itu tidak menghentikan pengunjuk rasa, bahkan dengan serangkaian pencapaian kebijakan luar negerinya yang dimilikinya.

Kini Israel disebut memiliki tingkat infeksi tertinggi di dunia menurut tabulasi per kapita yang dibuat oleh dua outlet berita TV Israel, dikutip dari The Jerusalem (5/9/2020).

Baca Juga: Pantas Jumlahnya Tak Habis-habis, Ternyata Tiap Bulan Lahir 10.000 Teroris Baru, Penyebabnya Karena 'Perpustakan Online' Ini

(*)

 

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini