Meski China Meresahkan Dunia, Tak Di Sangka China Pernah Nyaris Bantu Jadikan Militer Indonesia Ditakuti Amerika dan Sekutunya Melalui Proyek yang Digaungkan Presiden Soekarno Ini

Afif Khoirul M

Penulis

Kemajuan China itu membuat Indonesia, merapat ke China, tahun 1964, Presiden Soekarno menyatakan dukungan pengetahuan atomnya untuk revolusi.

Intisari-online.com - Mungkin saat ini sepak terjang China meresahkan dunia, tindakan klaim sepihak dan suka nylonong wilayah orang membuat resah banyak negara.

Termasuk Indonesia, di mana salah satu wilayahnya di kepulauan Natuna konon katanya juga menjadi incaran negeri tirai bambu tersebut.

Meski demikian tahukah Anda jika pada masa lalu China sempat nyaris bantu Indonesia menjadi salah satu militer terkuat yang ditakuti Amerika.

Seperti mengutip dalam buku "30 Tahun Indonesia Merdeka (1977)", melalui HarianSurya tepatnya pada 16 Januari 1965.

Baca Juga: Buka Baju Istrinya Pada Saat Malam Pertama, Sang Suami Syok Bukan Main Melihat Tanda Ini di Perut Istrinya, Sampai Menamparnya 2 Kali, Endingnya Sang Suami Menyesal Setelah Tahu Kenyataan Ini

Presiden Indonesia Soekarno meresmikan Pusat Penelitian Nuklir dengan menggunakan reaktor IRI-2000 dari Uni Soviet.

Pusat Penelitian Nuklir itu awalnya memiliki tujuan untuk mengembangkan reaktor nuklir.

Namun, secara terselubung Presiden Soekarno mengarahkannya untuk dijadikan senjata perang, di mana Indonesia secara terbuka berniat membuat senjata nuklir.

Itu terungkap dalam jurnal internasional, berjudul "When Soekarno Sought the Bomb Nuclear Aspiration in Mid-1960's" yang ditulis Robert M Cornejo, tentara sekaligus peneliti militer AS.

Baca Juga: Ingatlah Indonesia, Tiongkok akan Selalu Bermuka Dua Soal Laut China Selatan, Berlagak Tawarkan Proposal Pembangunan, Sambil Pura-pura Tuli Soal Klaim Ngawurnya di Laut Natuna

Kemudian jurnal itu secara resmi diterbitkan The Nonproliferation Review pada tahun 2000.

Awal tahun 1960-an Presiden Soekarno berusaha menggerakan Indonesia melakukan revolusi militer, untuk melawan kolonialisme, dan imperalisme, yang dialamatkan ke negara barat.

Indonesia saat itu mempunyai Lembaga Tenaga Atom (LTA), yang diawasi untuk mengembangkan tenaga nuklir.

Tahun 1960-an Amerika juga membantu Indonesia mengembangkan energi atom, reaktor nuklir dibangun di bandung.

Namun, kekuatannya relatif kecil hanya 250 kilowatt, pada 17 Oktober 1964, Indonesia memiliki reaktor nuklir pertama di Bandung.

Akan tetapi sejak China sukses menguji Bom Atom pertamanya, Indonesia yang mendengar kabar itu berdecak kagum dengan China.

Baca Juga: Departemen Pertahanan AS Secara Resmi Sebut Indonesia Bakal Jadi Pangkalan Militer China, Menlu Retno Beri Jawaban yang 'Mematahkan Hati'

Banyak menteri Indonesia yang mengucapkan selamat atas capaian China pada saat itu.

Kesuksesa China itu, membuka mata dunia bahwa Asia tidak lagi mampu dikuasi oleh Barat, sebut Menteri Penerangan Roeslan Abdulghani.

Kemajuan China itu membuat Indonesia, merapat ke China, tahun 1964, Presiden Soekarno menyatakan dukungan pengetahuan atomnya untuk revolusi.

Pada waktu bersamaan, Direktur Pengadaan Senjata Angkatan Darat Brigjen TNI Hartono bahkan menyatakan Indonesia mampu meledakkan bom atom sendiri.

Pernyataan itupun dianggap enteng Australia dan Amerika, karena reaktor nuklir Indonesia yang kecil.

Sementara itu Indonesia yang menjalin hubungan dengan Soviet, mereka berjanji akan membantu Indonesia bersama dengan China.

Indonesia saat itu bersahabat baik dengan China melalui poros Jakarta-Peking, menurut New York Times, dilaporkan China juga melatih insiyur Indonesia mengembangkan bom nuklir.

Baca Juga: Departemen Pertahanan AS Secara Resmi Sebut Indonesia Bakal Jadi Pangkalan Militer China, Menlu Retno Beri Jawaban yang 'Mematahkan Hati'

Tahun 1965, Hartono mengumukan, 200 ilmuwan nuklir Indonesia menguji bom atom, hal itu membuat Amerika dan Australia ketar-ketir.

Dunia khawatir terutama Barat dan sekutunya, Menteri Pertahanan Australia Shane Paltridge berujar pernyataan Hartono tidak bisa diremehkan.

Lembaga teknologi Atom dinaikkan menjadi setingkat kementrian, berubah nama menjadi Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN).

"Sudah kehendak Tuhan, Indonesia segera memproduksi bom atom sendiri," kata Soekarno, dalam pidato di Bandung 24 Juli 1965.

Namun, sebelum proyek itu selesai, harus terusik dengan munculnya G30S PKI, rencana itu gagal total.

Suksesi kekuasan Soeharto membuat program itu mandek, Orde Baru sama sekali tidak tertarik membuat senjata nuklir.

Nuklir pada era Soeharto hanya digunakan untuk ilmu pengetahuan, dan pembangunan ekonomi negara.

Artikel Terkait