Find Us On Social Media :

Buat Timor Leste Nyaris Kehilangan Satu-satunya Harapan Keluar dari Kemiskinan, Skandal Penyadapan Intelijen Australia Malah Diminta Dilupakan Begitu Saja oleh Penerus Xanana Gusmao Ini

By Khaerunisa, Kamis, 3 September 2020 | 18:45 WIB

Jose Ramos-Horta, Presiden Timor Leste ke-2.

Baca Juga: Tak Terima Takdir Kematian Istrinya, Pria Ini Nekat Bongkar Kuburannya, Ambil Jasadnya dan Membuatnya 'Abadi' dan Tidur dengan Mayatnya Selama 17 Tahun

Ramos-Horta, yang merupakan pemenang hadiah Nobel perdamaian ini mengatakan kedua orang tersebut harus diizinkan untuk menjalani sisa hidup mereka secara normal.

Juga bahwa Australia dan Timor-Leste harus meletakkan skandal penyadapan tersebut sebagai sebuah 'awan gelap' pada hubungan bilateral yang sebaliknya positif di luar kasus tersebut.

“Kita harus melupakan semua ini [kita] dan tolong tunjukkan kebijaksanaan, tunjukkan kejujuran, kasih sayang, jika Anda mau, untuk membiarkan Saksi K menjalani hidupnya sebagai seorang patriot Australia yang terhormat,” Ramos-Horta mengatakan pada sebuah acara yang diselenggarakan oleh Australia Lembaga.

“Berhenti mengganggu Bernard Collaery. Biarkan dia kembali ke praktik hukumnya dan memiliki kehidupan normal serta menghormati mereka," sambungnya.

Baca Juga: Kian Giat Perkuat Senjata Nuklir dan Rudal Balistik Mereka, Iran Disebut-sebut Intelijen Jerman Amankan Senjata-senjata Pemusnah Massal Bersama Dua Negara Penuh Konflik Ini

Saksi K, yang seorang mantan perwira intelijen, dan pengacaranya Collaery, mantan Jaksa Agung ACT, menghadapi potensi hukuman penjara menyampaikan informasi tentang operasi penyadapan tahun 2004.Penyadapan yang dilakukan oleh Badan Intelijen Rahasia Australia di kantor-kantor pemerintah Timor-Leste selama negosiasi bilateral mengenai sumber daya minyak dan gas di Laut Timor.

Penyadapan itu disebut memberi Australia keuntungan dalam negosiasi tentang sumber daya yang penting bagi masa depan Timor-Leste, salah satu negara termuda dan termiskin di dunia.

Pengungkapan tentang keberadaan operasi tersebut membuat Timor-Leste membawa Australia ke pengadilan internasional.

Kemudian berakhir dengan merundingkan kembali perjanjian dengan cara yang lebih adil.