Find Us On Social Media :

Bukti Pentingnya Pakai Masker di Mana Pun Berada: Tak Tahu Dirinya Positif Covid-19, 1 Orang Ini Naik Bus dan Infeksi 23 Penumpang Bus Lainnya, 'Tak Ada yang Pakai Masker di Dalam Bus'

By Mentari DP, Rabu, 2 September 2020 | 13:25 WIB

Ilustrasi bus yang beroperasi di Indonesia.

Intisari-Online.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah mengumumkan bahwa kita wajib menggunakan masker di mana pun kita berada.

Ini dilakukan agar tidak terinfeksi virus corona (Covid-19).

Tak ada gunanya menggunakan face shiled jika tanpa masker. Tak ada gunanya menjaga jarak sosial jika tidak menggunakan masker.

Tidak percaya?

Baca Juga: Jangan Biarkan Bunga Es Menumpuk di Freezer Kita, Ternyata Hal Sepele Ini Bisa Sebabkan Bahaya yang Besar, Ngeri Banget!

Coba cek kisah di bawah ini.

Dilansir Business Insider, 67 orang penumpang bus berangkat dari dan kembali ke Ningbo, China pada 19 Januari 2020 lalu.

Perjalanan mereka menempuh waktu satu jam 40 menit.

 

Dalam perjalanan itu, satu orang diduga kuat sebagai carrier atau virus dalam tubuhnya tengah dalam masa inkubasi.

Tidak ada yang sakit di hari itu, jadi tak ada yang memakai masker.

Namun beberapa hari kemudian, total 24 orang dalam bus itu jatuh sakit.

Baca Juga: Warganya Demo Besar-besaran Tapi Malah Isolasi Diri Bersama 20 Selirnya, Terkuak Jumlah Kekayaan Raja Thailand yang Tak Akan Habis Tujuh Turunan, Jadi Raja Terkaya di Dunia!

Hasil studi kasus oleh JAMA Internal Medicine menekankan bahwa berada dalam ruangan dengan sirkulasi yang buruk, meski berjarak "aman" 6 kaki dari orang-orang, tidak menutup kemungkinan untuk terhindar dari virus corona, apalagi jika tidak memakai masker.

 

Dari satu infeksi menjadi 23 lebih

Penumpang bus yang menulari penumpang lain di hari itu belum menunjukkan gejala.

Namun, orang tersebut baru saja makan malam dua malam sebelumnya dengan empat orang yang melakukan perjalanan dari provinsi Hubei, tempat virus menyebar dengan cepat.

Penyebar superspreader itu kemudian mengembangkan gejala yang mengkhawatirkan hanya beberapa jam setelah ia kembali ke rumah dari naik bus.

Ia mengalami batuk, menggigil, dan sakit serta nyeri.

Disebutkan bahwa jam-jam kritis tepat sebelum seseorang mulai merasa sakit sering kali adalah saat orang paling mudah menulari virus corona.

Beberapa hari kemudian, individu tersebut (bersama dengan pasangan dan anak mereka) dinyatakan positif terkena virus corona.

Banyak rekan mereka di bus juga positif.

Baca Juga: Sempat Dicopot dari Jabatannya Lalu Dipenjara, Kini Mantan Selir Raja Thailand Ini Diampuni dan Dibebaskan, Bahkan Langsung Dikirim ke Tempat Sang Raja dan 'Pasukan Seksnya' Berada

Mereka semua bepergian ke acara pemujaan outdoor di kuil Buddha, di mana risiko penularan akan jauh lebih rendah di luar, dengan sirkulasi udara alami.

Para pelancong itu melakukan perjalanan bersama bus lain, dipenuhi dengan jumlah jamaah yang sama.

Tak satu pun dari 60 orang di bus kedua jatuh sakit.

Itu membuat percobaan yang hampir sempurna untuk menunjukkan bagaimana virus menyebar, kemungkinan dengan bantuan sistem resirkulasi udara bus, meniup virus orang yang terinfeksi ke orang lain selama total 100 menit.

"Penularan melalui udara itu penting," ujar Renyi Zhang, seorang profesor ilmu atmosfer dan kimia di Texas A&M, yang mempelajari dampak aerosol pada kesehatan manusia, kepada Insider, setelah melihat sekilas penelitian tersebut.

"Social distancing saja tidak cukup."

"Yang menarik adalah, dalam lingkungan berisiko sangat tinggi di mana semua orang ini terinfeksi, kita masih memiliki banyak orang yang tidak terinfeksi, yang mungkin berkaitan tentang risiko individu," kata Scott Weisenberg, direktur medis pengobatan perjalanan di NYU Langone

"Tidak semua orang yang berada di area yang sama terinfeksi."

Sangat sedikit orang yang duduk di dekat jendela (berlabel hijau) pada hari yang cerah itu jatuh sakit.

Masker kemungkinan besar akan membantu mengendalikan penyebaran virus, terutama jika orang yang sakit mengenakannya

Hal-hal mungkin akan berbeda di dalam bus, jika orang-orang memakai masker.

 

Baca Juga: Covid Hari Ini 2 September 2020: Ketika Indonesia Alami Lonjakan Kasus hingga 171.000 Orang, Negara Tetangga Indonesia Ini Malah Cabut Lockdown Karena Tak Punya Satu Pun Kasus Kematian

 

 

"Jika kasus indeks memakai masker, itu akan menjadi yang paling efektif."

"Karena itu akan menjadi sumber kendali atas orang yang menyebarkannya," kata Weisenberg.

Studi terbaru menunjukkan bahwa masker tidak hanya mencegah penularan orang yang sakit menyebar ke orang lain.

Tetapi juga membantu melindungi orang lain agar tidak sakit parah, dengan membatasi jumlah virus yang terpapar pada mereka.

Zhang mengatakan ada kemungkinan (meskipun belum terbukti) bahwa masker dapat "mencegah virus masuk ke paru-paru saat seseorang menarik napas."

"Jika semua orang lain memakai masker, saya pikir data sekarang akan menunjukkan bahwa mereka mungkin memiliki peluang lebih rendah untuk terinfeksi," tambah Weisenberg.

"Dan di antara orang-orang yang terinfeksi, penyakit mereka mungkin tidak terlalu parah karena memakai masker."

 

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

(Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Studi Kasus di China: 23 Penumpang Bus Tertular Virus Corona dari 1 Orang, Tak Ada yang Pakai Masker")

Baca Juga: Situasi Terburuk Mulai Terjadi di Indonesia: Ratusan Dokter Meninggal Dunia, Kamar Perawatan Mulai Penuh, Tapi Jumlah Pasien Covid-19 Terus Bertambah