Awalnya, ia bersekolah di sekolah-sekolah lokal, namun akhirnya ia dan keluarganya memutuskan untuk mengirimnya ke perguruan tinggi pertanian di Maliana.
"Saya berada di sana selama tiga tahun dan itu tidak mudah. Tidak hanya ibu dan ayah yang mengkhawatirkan saya berada jauh dari rumah, tetapi mereka berjuang untuk membayar biaya sekolah," ungkapnya.
Kemudian, ia lulus pada 2013 dengan nilai yang cukup baik untuk memulai kursus agronomi di Universitas Nasonal Timor Leste.
Namun, lagi-lagi masalah ekonomi yang dihadapinya.
"Sekali lagi, uang adalah masalah. Saya tinggal di rumah kost ( kost ) yang harganya $ 50 sebulan! Dalam hal itu, dan segala macam cara lain, Dili mahal, tetapi sekali lagi ayah dan ibu bertekad saya akan lulus," katanya.
Setelah melalui perjalanan panjangnya di Universitas Dili, juga mendpaatkan beasiswa satu semester belajar agronomi di Portugal pada 2017, kemudian ia memulai perjalanan lain.
Ia melihat kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan di Australia pada 2019.
"Saya kebetulan melihat pengumuman online dari Sekretaris Negara untuk Pelatihan dan Ketenagakerjaan Kejuruan (SEFOPE) yang mengatakan mereka sedang mencari orang untuk bekerja di Australia selama tiga tahun dengan Skema Perburuhan Pasifik (PLS) )," katanya.