Penulis
Intisari-Online.com -Balon-balon yang dikirim Hamas telah memicu reaksi keras dari negara Zionis Israel dengan membombardir Gaza.
Hujan bom yang dikirim Israel dilakukan melalui tank-tank serta pesawat-pesawat tempur mereka yang dikenal sebagai salah satu yang terbaik di dunia.
Tentu saja banyak orang yang merasa aneh bagaimana sebuah kiriman balon dapat membuat sebuah negara membalasnya dengan serangan militer penuh.
Ternyata, balon-balon tersebut mengangkut benda-benda 'rumahan' namun sangat mematikan bagi kawasan Israel.
Setidaknya hal itu terbukti dengan klaim dari data pemadam kebakaran Israel yang menyebut balon-balon tersebut telah memicu ratusan titik api.
Lalu, apa sebenarnya yang diangkut oleh balon-balon tersebut? Mari kita simak ulasannya berikut ini.
Tank dan pesawat tempur Israel terus mengebom pos-pos Hamas pada Jumat (28/8/2020), sedangkan kelompok radikal itu membalasnya dengan serangan roket.
Jual-beli serangan itu sudah berlangsung selama 3 minggu terakhir, dan tidak menunjukkan adanya indikasi penghentian serangan meski sudah ditengahi negara-negara lain.
Jurnalis AFP di lokasi melaporkan, sirene peringatan terdengar sebelum fajar di dekat perbatasan Israel, ketika serangan udara terjadi dan Hamas menembakkan 6 roket sebagai pembalasan.
Kelompok radikal Palestina yang menguasai Gaza sejak 2007 itu mengatakan, roket tersebut adalah "respons langsung terhadap eskalasi oleh penjajah Israel".
Israel melancarkan gelombang serangan baru sebagai pembalasan, yang menargetkan "target militer Hamas lainnya" di Gaza, termasuk "lokasi pembuatan senjata," kata pernyataan militer Israel yang dikutip AFP.
Israel juga sudah membombardir Gaza dengan bom hampir setiap hari sejak 6 Agustus, sebagai tanggapan atas balon-balon pembakar dan roket-roket yang diluncurkan melintasi perbatasan.
Balon-balon itu memicu lebih dari 400 kebakaran di Israel selatan, menurut data pemadam kebakaran setempat.
Balon api banyak dianggap sebagai upaya Hamas untuk meningkatkan persyaratan gencatan senjata informal, di mana Israel berkomitmen melonggarkan blokade 13 tahun dengan imbalan ketenangan di perbatasan.
Namun sejauh ini yang dilakukan Israel adalah memperketat blokade.
Israel juga melarang nelayan Gaza melaut dan mencegah barang-barangnya melintasi wilayah itu. Satu-satunya pembangkit listrik di Gaza akhirnya ditutup karena kekurangan bahan bakar.
Delegasi Mesir sudah bolak-balik coba menengahi pertikaian kedua kubu.
Upaya itu juga diikuti utusan Qatar untuk Gaza, Mohammed El Emadi, yang terbaru mengirimkan bantuan sebesar 30 juta dollar AS (Rp 439,1 miliar, kurs Rp 14.600/dollar AS) pada Selasa (25/8/2020) sebelum mengadakan pembicaraan dengan para pejabat Israel di Tel Aviv.
Sumber-sumber yang dekat dengan delegasi Qatar mengatakan, Israel telah memberitahu Emadi bahwa mereka bersedia melanjutkan pengiriman bahan bakar untuk pembangkit listrik dan melonggarkan blokade, jika serangan balon api diakhiri.
Bantuan keuangan dari Qatar yang kaya minyak untuk wilayah miskin itu juga menjadi komponen utama dari gencatan senjata terbaru yang disepakati pertama pada November 2018 dan diperbarui beberapa kali setelahnya.
Ketiadaan kata sepakat dalam penerapannya telah memicu gejolak berulang di perbatasan.
Gejolak itu meningkat jadi konflik besar pada 2008, 2012, dan 2014, sementara mediator selalu berusaha mencegah meletusnya perang baru.
Balon-balon Api
Lalu apa sebenarnya isi balon-balon yang dikirim oleh Hamas ke Israel?
Pengakuan resmi Hamas menyebutkan bahwa balon-balon tersebut memang diisi oleh zat-zat yang mudah terbakar.
Sifatnya memang tidak dibuat mematikan, tapi cukup menunjukkan protes yang dikirimkan oleh warga Gaza.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gaza Kian Membara, Israel dan Hamas Terus Adu Tembak 3 Minggu Terakhir".Penulis : Aditya Jaya IswaraEditor : Aditya Jaya Iswara