Find Us On Social Media :

Australia Dijamin Rugi Besar Jika Perpanjang 'Perang Dagang' dan Bertindak Ala Bandit Dengan China, Lihat Saja Angka-angka Keuntungan yang Diraup Australia dari China Ini

By Maymunah Nasution, Jumat, 28 Agustus 2020 | 11:52 WIB

Pertemuan AUSMIN antara AS dan Australia, libatkan Menlu dan Menhan masing-masing negara

Intisari-online.com - China adalah salah satu negara yang berani bertindak layaknya bandit dengan negara-negara yang memang tidak menyepakati kesepakatan yang sudah dibuat sebelumnya.

Setelah mengancam akan hentikan ekspor obat-obatan ke AS jika AS membatasi ekspor suku cadang untuk Huawei, Australia juga menghadapi masalah yang kurang lebih sama.

Mengutip Australian Strategic Policy Institute (ASPI), ekspor non-tradisional Australia ke China, termasuk anggur yang kini alami ancaman, rupanya pernah sangat sukses.

Kesuksesan itu tercatat sejak Kesepakatan Perdagangan Bebas China-Australia (ChAFTA) ditandatangani tahun 2015 silam.

Baca Juga: Diklaim Sebagai Negara Maju, 10 Negara Termasuk AS, Singapura, sampai Jepang Alami Resesi Ekonomi di Tengah Pandemi Covid-19, Tapi 2 Negara Ini Tidak, Indonesia?

Tiga besar ekspor batu bara, bijih besi dan gas cair (LNG) total senilai 70% dari penjualan barang-barang Australia ke China.

Namun pengiriman barang lain yang rutin dikirimkan tiap tahun telah meningkat dari 23 juta Dolar Australia menjadi 40 juta Dolar (Rp 245 milyar menjadi Rp 426 milyar) setelah ChAFTA disepakati.

Angka tersebut didapatkan dari detail data penjualan Departemen Perdagangan dan Hubungan Internasional Australia.

Ekspor Australia selain bijih besi, batu bara dan gas cair ke seluruh dunia telah terhambat, tercatat pertumbuhan tahunan hanya sebesar 3,2% dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata per tahun di China sebesar 11.6% sejak perjanjian itu macet.

Baca Juga: Tak Bisa Dianggap Remeh! Selain Disebut Penyakit Penyerta pada Pasien Covid-19, Ternyata Obesitas Juga Dapat Turunkan Kemampuan Vaksin Corona

Sedangkan penjualan jasa, yang didominasi pendidikan dan turisme ke China telah meningkat mencapai 17 juta Dolar Australia di bawah ChAFTA (Rp 181 milyar).

Dibandingkan dengan pertumbuhan di semua perdagangan yang lain sebesar 32%.

Sektor ini telah macet juga karena Covid-19, tapi juga terancam terkena imbas perang dagang bersama dengan ekspor daging sapi dan barley dari Australia yang dilarang China.

ChAFTA mengeksploitasi kelengkapan ekonomi China dan Australia, di satu sisi Australia selain menjadi penyokong mineral dan energi untuk konstruksi China modern, Australia juga menjadi penyumbang penting bahan makanan dan jasa yang meningkatkan kelas menengah China.

Baca Juga: Mengenal Samsung DeX Terbaru, Bikin Kamu Makin Multitasking Saat Bekerja

Di sisi lain, China telah perkuat posisi mereka sebagai penyuplai dominan untuk Australia baik untuk investasi maupun barang rumah tangga.

Namun, keuntungan perdagangan memang sangat bergantung pada pihak Australia.

Sementara perdagangan dua arah saat ini sudah hampir bebas tarif, tarif China awalnya lebih tinggi saat dimulai, sehingga mereka tawarkan hal lebih banyak saat negosiasi.

ChAFTA memberikan keuntungan utama bagi China yaitu perlakuan setara dengan AS dalam investasi asing.

Baca Juga: Satgas Covid-19 Ungkap Rencana Pembukaan Bioskop, Ini 5 Langkah Aman Menghindari Virus Corona di Ruang Tertutup, Moviegoers Wajib Tahu!

Komitmen Australia dalam berinvestasi telah dikualifikasikan oleh meningkatnya masalah keamanan dalam hubungan tersebut.

Pasar anggur Cina telah sukses luar biasa bagi para produsen Australia.

Ekspor minuman beralkohol ke China, didominasi oleh anggur, naik dari 210 juta Dolar pada 2014 menjadi 1,2 miliar Dolar tahun lalu.

Anggur Australia pindah ke tarif nol di China pada awal tahun lalu, memberikannya keuntungan yang kuat atas pesaing Prancis dan Italia dan juga memberikan tekanan pada produsen domestik China.

Baca Juga: Oknum Bidan Asal Sumsel Rela Bugil di Aplikasi Boom Live Untuk Tambah Followers

Selama lima tahun terakhir, pasar Cina menyumbang 88% dari pertumbuhan ekspor alkohol Australia.

Anggur adalah salah satu dari banyak pemenang terkait pertanian dari ChAFTA.

Penjualan produk makanan manufaktur, misalnya, telah melonjak dari 166 Dolar juta menjadi 1,6 miliar Dolar sejak 2014.

Ekspor buah dan kacang-kacangan ke China telah berkembang dari hampir tidak ada menjadi pasar 1 miliar Dolar setahun.

Baca Juga: Covid Hari Ini 28 Agustus 2020: Indonesia Kembali Catatkan Kasus Harian Tertinggi, hingga Alasan Virus Corona Penyebab Covid-19 Mengalami Ribuan Mutasi

Pembelian lobster Australia oleh China juga telah meningkat dari nol menjadi sekitar 800 juta Dolar di bawah pakta perdagangan.

Sedangkan kayu dan serpihan kayu sekarang bernilai 1,5 juta Dolar di China, meningkat dari tingkat yang awalnya terabaikan, sedangkan penjualan produk susu meningkat dua kali lipat.

Wool juga mendapat pasarnya dengan pengurangan tarif China menjadi hanya 1% dengan penjualan wool tahun lalu meraup keuntungan 2.4 milyar Dolar, 75% dari total ekspor wool.

Sementara itu pasar untuk daging sapi lebih beragam, dengan China mengambil hanya 25% dari total ekspor daging sapi Australia.

Baca Juga: Filipina Bikin Dua Negara Gemas, Sebutkan 'Jika China Serang Angkatan Laut Kami, Kami Akan Panggil AS', Ahli: Duterte Mulai Ambil Sikap

Namun, pasar China telah tumbuh menjadi 300% menjadi 2.7 milyar Dolar selama 5 tahun terakhir ini, sedangkan ekspor ke seluruh pasar yang lain hanya tumbuh sampai 15% saja.

Selain anggur dan makanan segar, ChAFTA menutup produk farmasi dan kosmetik, dengan penjualan keduanya mencapai 2 milyar Dolar tahun lalu.

Lalu, berapakah uang yang lenyap dari rekening Australia jika penjualan kedua negara berhenti total?

Meski sulit untuk menghitungnya, tapi satu yang pasti produk pertanian paling terdampak dengan gangguan perjanjian ini.

Baca Juga: Desainer Barli Asmara Idap Penyakit Lambung sebelum Meninggal Dunia, Ternyata Inilah 3 Buah yang Dapat Mencegah Penyakit yang Sering Diabaikan Ini

Baik industri anggur juga Menteri Perdagangan Simon Birmingham telah dengan cepat menyatakan bahwa klaim China terkait pembuangan anggur Australia tidak berdasar, yang tunjukkan motif politik.

Mungkin juga produsen Australia dengan keuntungan yang sudah surplus telah menjual ke China dengan harga marjinal.

South China Morning Post laporkan penjualan anggur Australia online di China paling murah sebesar 7 Dolar Australia (Rp 70 ribu) sebotol.

Namun, jika kondisi perdagangan kedua negara sedang baik-baik saja, sangat diragukan jika China akan mengirim tim investigasi yang mengusut hal tersebut.

Baca Juga: Telah Dinyatakan Sembuh dari Covid-19 dan Boleh Pulang ke Rumah, Beberapa Pasien Mulai Alami Gejala Tak Biasa, Dokter: Itu Karena Berbulan-bulan Terinfeksi Covid-19

Meski begitu, perdagangan dengan Australia kecil kemungkinan berakhir begitu saja.

ChAFTA adalah perjanjian perdagangan terakhir yang dilakukan oleh pemerintah China dan merupakan perjanjian paling ambisius.

Presiden Xi Jinping secara personal mengakui kesimpulan itu, sehingga tidak mungkin administrasi China akan meninggalkan perdagangan itu meskipun hubungan kedua negara dalam posisi sulit sekarang.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini