Penulis
Intisari-Online.com -Kasus Covid-19 di Indonesia masih terus bertambah. Bahkan, pada Kamis (27/8/2020), Indonesia kembali mencatatkan kasus harian tertinggi.
Dalam 24 jam terakhir, tercatat ada penambahan 2.719 pasien positif Covid-19.
Mengutip Kompas.com, berdasarkan data pemerintah, angka tersebut merupakan jumlah kasus baru tertinggi sejak pasien pertama Covid-19 diumumkan Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020.
Dengan penambahan tersebut, total ada 118.575 kasus Covid-19 di Tanah Air.
Penambahan tersebut melebihi rekor penambahan tertinggi sebelumnya yang tercatat pada 9 Juli 2020.
Saat itu, ada 2.657 kasus baru Covid-19 dengan total kasus di seluruh Indonesia mencapai 70.736 kasus.
Kemudian, data Satgas juga mencatat penambahan jumlah pasien yang sembuh hingga 27 Agustus 2020, yakni 3.166 orang. Maka, total pasien sembuh sampai saat ini menjadi 118.575 orang.
Kemudian, kasus kematian bertambah 20 kasus sehingga pasien Covid-19 yang meninggal dunia yaitu 7.064 orang.
Selain itu, virus corona jenis SARS-CoV-2 yang menjadi penyebab Covid-19 diketahui telah mengalami ribuan mutasi.
Mutasi ini terjadi seiring dengan perkembangan dan penyebaran Covid-19 yang telah menjangkiti sekitar 213 negara dan wilayah di dunia.
Lantas, kenapa virus ini bisa bermutasi sangat banyak?
Wakil Kepala Bidang Penelitian Translasional di Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Prof dr David H Muljono SpPD FINASIM FAASLD PhD mengatakan, mutasi yang terjadi pada virus sebenarnya sangat lumrah.
Baca Juga: Tak Heran Daun Kelor Sering Dijadikan Ramuan, Ternyata Bisa Cegah Penyakit Mematikan Ini!
"Mutasi itu selalu ada. (Karena) virus itu mau hidup juga," kata David kepada Kompas.com melalui virtual daring, Selasa (25/8/2020).
Untuk diketahui, mutasi virus adalah filtur replika virus yang pasti terjadi dan tidak dapat dihindari.
Mutasi juga merupakan kondisi di mana virus tersebut mengalami perubahan pada materi genetik virus.
Mutasi menjadi hal yang wajar dan bisa terjadi karena banyak sekali faktor pendukungnya.
Bisa jadi berupa genetik ras, keturunan, patogen atau mikroorganisme penyebab penyakit lain di dalam tubuh, dan lain sebagainya.
Mutasi yang terjadi pada virus merupakan upaya penyesuaian atau adaptasi yang dilakukan virus untuk dapat bertahan hidup di sekitar inangnya (reseptor) dalam tubuh manusia.
David memaparkan, mutasi pada virus merupakan hal yang wajar dan itu tidak hanya terjadi pada virus corona SARS-CoV-2.
"Virus flu biasa juga bermutasi ya," tuturnya.
Pada saat mutasi, virus akan melakukan adaptasi dan merubah bentuk genetiknya.
Tetapi, menurut para ilmuwan virus corona ini sebenarnya berubah sangat lambat dibandingkan virus flu lain.
Dengan relatif rendahnya tingkat kekebalan alami di populasi, tiadanya vaksin, dan sedikit pengobatan yang efektif, tidak ada tekanan bagi si virus untuk beradaptasi.
Sementara itu, pada virus penyebab flu biasa, David berkata, jika ada satu orang yang terkena flu dan menularkan sampai 10 orang berikutnya.
Baca Juga: 12 Ciri ciri Hamil Muda Sebagai Awal Kehamilan, Juga Nyeri Payudara
Maka, sebenarnya dalam 10 orang itu sudah bisa terjadi mutasi virus biasa tadi. Bahkan akibat dari mutasi yang terjadi itu, orang yang ke 10 bisa menularkan virus flu bermutasi kepada orang yang pertama tadi.
"Mutasi itu tidak bisa dihindari. Itu bentuk penyesuain si virus dan itu selalu ada," tuturnya.
Oleh sebab itu, David menegaskan, hal yang perlu diwaspadai ataupun difokuskan oleh kita adalah bagaimana untuk tetap sehat, meskipun virus itu bisa bermutasi terus.
Sebab, tidak ada cara yang paling efektif untuk bisa menahan laju virus tersebut bermutasi dikarenakan banyak faktor-faktor yang tak bisa dihindari ataupun dikondisikan oleh kita.
Sebagai informasi, mutasi virus corona yang terjadi saat ini dinamai D614G dan terletak di dalam protein yang menyusun spike atau "ujung runcing" yang digunakan virus untuk menerobos ke dalam sel manusia-muncul tak lama setelah wabah pertama di Wuhan, barangkali di Italia.
Mutasi itu kini ditemukan di sebanyak 97 persen sampel di seluruh dunia.
Sedangkan, berdasarkan wilayahnya ternyata frekuensi mutasi lebih banyak terjadi di Eropa dan Amerika.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kenapa Virus Corona Terus Bermutasi? Begini Penjelasan Ahli
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari