137 Tahun Lalu, Tak Hanya Indonesia, Tapi Seluruh Dunia Berubah 'Mencekam' Seperti Ini Ketika Terjadi Erupsi Krakatau

Mentari DP

Penulis

Intisari-Online.com - Pada 137 tahun lalu, tepatnya pada 26 Agustus 1883 lalu, terjadi sesuatu yang mengerikan.

Di mana kejadian itu hingga sekarang dikenal sebagai masa kelam dunia.

Pada hari itu,terjadi letusan Gunung Krakatau dan letusan itu disebut sebagai letusan gunung api terbesar di dunia.

Mengapa?

Baca Juga: Tak Puas Bombardir Jalur Gaza,Militer Israel Juga Hancurkan Puluhan Rumah Warga Palestina di Tepi Barat, 'Kami Bangun RumahPakai Air Mata Lalu Diserang Tanpa Belas Kasih'

Sebab,ketika gunung Krakatau Meletus pada 1883 silam,tak hanya Indonesia yang terkena dampaknya.

Melainkan seluruh dunia hingga New York merasakan fenomena mencekam tersebut.

Melansir darihistory.com, tahun 1883 gunung Krakatau melakukan erupsi yang menewaskan ribuan orang dan menjadi salah satu bencana geologis terburuk di zaman modern.

Kisahnya terjadi pada 20 Mei ketika gemuruh awal dan kawah dari gunung ini mulai aktif selama sekitar 200 tahun.

Selama 3 bulan berikutnya, ada ledakan kecil reguler dari Krakatau dari tiga ventilasi pada 11 Agustus di mana abu menyembur dari gunung kecil ini.

Baca Juga: Kim Jong-Un Diisukan Koma, Korea Utara Malah Terus Kembangkan Rudal Balistik, Bobotnya 3.000 Ton dan Siap Diluncurkan, Siapa Targetnya?

Hingga kemudian, erupsi mulai kuat pada 26 Agustus, dan pada saat itulah bencana mengerikan mulai terjadi.

Pada siang hari gunung Krakatau mengirim awan abu sejauh 20 mil ke udara dan getaran yang memicu beberapa tsunami.

Ini hanya indikasi kecil dari getaran yang memicu beberapa tsunami, tentang bagaimana yang akan terjadi berikutnya.

Selama empat setengah jam mulai pukul 5.30 pagi pada tanggal 27 Agustus, ada empat letusan besar yang sangat kuat.

Yang paling akhir membuat suara paling keras dan kuat yang pernah direkam di planet ini.

Bahkan terdengar hingga Australia tengan dan Pulau Rodrigues yang terletak 3.000 mil dari Krakatau.

Gelombang udara yang diciptakan oleh letusan terdeteksi di titik-titik dari seluruh muka bumi.

Letusan ini memiliki efek yang menghancurkan pulau-pulau dekat Krakatau, hingga memicu tsunami luar biasa yang menyapu ratusan desa di pesisir Jawa dan Sumatra.

Air mendorong daratan beberapa mil di tempat-tempat tertentu, dengan balok-balok karang seberat 600 ton berakhir di pantai.

Setidaknya 35.000 orang tewas, meskipun angka tersebut belum bisa dipastikan.

Baca Juga: Sebelumnya Disebut Meninggal Tapi Muncul dalam Keadaan Sehat Bugar, Kini Kim Jong-Un Kembali Diisukan Koma, Pakar: Kami Ragukan Sumbernya

Tsunami berjalan hampir di seluruh dunia, gelombang tinggi yang luar biasa terlihat ribuan mil jauhnya pada hari berikutnya.

Gunung api ini melemparkan begitu banyak batu, abu dan batu apung ke atmosfer di daerah terdekat, bahkan matahari hampir tidak terlihat dalam beberapa hari.

Dalam beberapa minggu, matahari muncul dengan warna aneh di hadapan orang-orang dari seluruh dunia karena debu halus berhamburan di atmosfer.

Selama 3 bulan berikutnya, puing-puing tinggi di langit menghasilkan matahari terbenam berwarna merah yang jelas.

Dalam satu kasus, pemadam kebakaran di Poughkeepsie, New York, dikirim ketika orang-orang menonton matahari terbenam, karena mereka yakin melihat api dari kejauhan.

Lebih lanjut, lukisan Edvard Munch tahun 1893 'The Scream' diyakini melukiskan bagiamana dunia terjadi setelah erupsi Krakatau.

Selain itu, jumlah debu di atmosfer juga menyaring matahari dan panas yang cukup sehingga suhu global turun secara signifikan selama beberapa tahun.

Namun, setelah metelus gunung Krakatau hancul dan menyisakan anak Krakatau di sebuah pulau kecil yang terus tumbuh rata-rata 5 inchi setiap minggu.

(Afif)

Baca Juga: Bom Bunuh Diri Meledak di Filipina, Wanita Indonesia Disebut Jadi Pelaku, Militer: Kelompok Terorisme Ini yang Berada di Baliknya

Artikel Terkait