Jumlah Kematian Akibat Covid-19 Melebihi 800.000 Orang, WHO Berharap Pandemi Ini Bisa Selesai dalam 2 Tahun, 'Tolong Bantu Dokter dan Berhati-hatilah'

Mentari DP

Penulis

Intisari-Online.com - Menurut data Universitas Johns Hopkins, kasus kematian global akitbat virus corona (Covid-19) sudah melewati angka 800.000 orang.

Sementara jumlah kasus positif Covid-19 secara global menembus 23,3 juta kasus.

Melihat hal ini,Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pihaknya berharap pandemi virus corona akan berlangsung kurang dari dua tahun.

"Kami berharap untuk menyelesaikan pandemi ini (dalam) kurang dari dua tahun," kata Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus seperti dilansir darinbcnews.com pada Minggu (23/8/2020).

Baca Juga: Asyik Snorkeling, Tiba-tiba Remaja 16 Tahun Ini Ditemukan Tewas, LukaGigitan 2 mm di Tenggorokannya Ini Jadi Penyebab Kematiannya

Ada beberapa alasanDr. Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan dua tahun.

Menurutnya pandemi ini sudah sangat menyebar secara global, terlalu dekat dengan kehidupan, dan sangat terhubung.

Tapi dia percaya bahwa di tahun ini, merekamemiliki keunggulan teknologi yang lebih baik.

Dia juga berkaca dariflu Spanyol tahun 1918 juga membutuhkan waktu sekitar dua tahun untuk berakhir.

Baca Juga: Diangkut Pakai Tronton hingga Terhambat di Pintu Tol, BeginiPerjalananAkhir Pesawat Pertama Buatan Indonesia N-250 Gatotkaca yang Digagas Habibie

Apalagi dia mendengar bahwakasus-kasus Covid-19 meningkat di sejumlah negaradalam beberapa hari terakhir.

Misalnya di negara-negara Eropa timurseperti Ukraina.

Di mana Ukraina mencatat 2.328 kasus baru dan 37 kasus kematian antara Jumat (21/8/2020) danSabtu (22/8/2020).

Data ini langsung mendorong Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk mendesak orang-orang untuk mematuhiprotokol kesehatan, memakai masker, dan menjaga jarak sosial.

Karena data menunjukkan jumlah kasus harian telahmemecahkan rekor.

"Tolong bantu dokter, hati-hati," kata Zelensky dalam wawancara di televisi.

"Kami benar-benar tidak mengalami gelombang pertama (infeksi) ketika itu terjadi di Eropa. Sekarang ancaman itu datang."

Kepala satuan tugas viruscorona Israel juga mendesak Ukraina pada hari Sabtu untuk melarang ziarah tahunan di mana puluhan ribu orang Yahudi Hasid turun ke kota Uman di Ukraina tengah, untuk Tahun Baru Yahudi pada bulan September.

Dia khawatir tempat itu bisamenjadi hotspot virus.

Oleh karenanya, kedua pemerintah telah mengeluarkan pernyataan bersama yang memohon kepada para peziarah untuk membatalkan perjalanan mereka, meskipun kerumunan besar diperkirakan masih akan terbang.

Baca Juga: KayaAkan Gas Alam dan Dipenuhi Ikan, China Sangat Ingin Caplok Natuna, Bikin Amerika Langsung Izinkan Indonesia Beli 8 Pesawat Tempur Ini, 'Bisa Bantu Militer Indonesia'

Sementara di Republik Ceko, pihak berwenang mencatat 506 kasus viruscorona baru pada hari Jumat (21/8/2020).

Itu merupakan jumlah infeksi baru tertinggi dalam satu hari sejak wabah dimulainegara ini.

Pemerintah Ceko termasuk negara pertama di Eropa yang memberlakukan pembatasan sosial, tetapi mulai dicabut pada Mei 2020 lalu.

Di tempat lain, India melaporkan rekor kasus baru tertinggi pada hari Sabtu (22/8/2020).

Sehingga total kasus virus corona di negara itu mendekati 3 juta kasus dan menambah tekanan pada pihak berwenang.

Ada pula Korea Selatanyang mengatakan akan menggelar langkah-langkah jarak sosial yang lebih ketat untuk memutus penyebaran virus.

Karena tiba-tiba virus ini kembali menyebar di ibu kota, Seoul.

Sementara itu, ada secercah harapan di Spanyol, yang sangat menderita selama puncak pandemi di Eropa.

Menurut data pemerintah yang dirilis pada hari Sabtu, lebih dari separuh perusahaan di negara itu telah dibuka kembali.

Berbeda dengan Prancis.

Di mana Prancis terpaksa menunda pembukaan rincian rencana pemulihan 100 miliar euro untuk menghidupkan kembali ekonomi hingga September.

Karena pemerintah akan lebih memfokuskan pada persiapan membuka sekolah untuk masa jabatan baru.

Baca Juga: Kirim Puluhan Pesawat Tempur, Israel Gempur Jalur Gaza Habis-habisan Selama Seminggu Penuh, 'Jika Mereka Ingin Berperang, Kami Terima!'

Artikel Terkait