Find Us On Social Media :

Efmundus Kolis, Anak Petani yang Mengabdi untuk Pendidikan Anak Papua

By Trisna Wulandari, Senin, 17 Agustus 2020 | 13:40 WIB

Efmundus Kolis saat mengikuti program pertukaran pemuda ke Korea Selatan.

Biaya kuliah dari honor pemandu wisata

Lulus SMA pada 2013, Monndo pun berencana kuliah jurusan pariwisata di Bali.

Namun, mempertimbangkan kemampuan ekonomi keluarganya, ia pun masuk da Vinci, di jurusan yang sama.  

Nasib, beberapa bulan belajar, kampusnya ditutup.

Ayah angkatnya pun harus kembali ke Belanda.

Di waktu yang hampir berbarengan, Gus, seorang Belanda menikah dengan di orang Sorong dan tinggal di Kota Sorong, yang kelak tinggal di rumah itu dan jadi ayah angkat keduanya.

Pada 2015, ia memantapkan diri masuk jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Victory Sorong. Gus lalu mengabari ayah angkatnya.

Monndo berpikir, keputusannya ini sudah disesuaikannya dengan kemampuan keluarganya.

Kendati demikian, ia berjanji pada diri sendiri, keputusannya ini tidak akan menghalanginya mencari pendidikan lebih tinggi lagi kelak di luar negeri.

Seperti ayah angkat sebelumnya, Gus membiayai hidup sehari-hari Monndo selama berkuliah.

Namun untuk biaya kampus, Monndo berusaha mengumpulkan uang sendiri dari menjadi tour guide.

Kali ini tamunya banyak dari kawan-kawan Gus sesama pensiunan marinir Belanda yang hendak pelesir ke Raja Ampat.

“Kurang Rp300-500 ribu, baru saya sampaikan ke beliau,” cerita Monndo.

Pertukaran pemuda

Persentuhan Monndo bertahun tahun dengan bahasa Inggris mengantarkannya sebagai peserta program pertukaran budaya Papua-Australia di Perth pada 2017.

Kegiatan ini hasil kerja sama Sinode GKI di Tanah Papua dan Sinode of Western Australia di Perth. 

Tim dari Australia datang ke Jayapura menyeleksi mahasiswa-mahasiswa dari kampus-kampus Kristen.

Calon peserta dites dasar-dasar bahasa Inggris, rencana kegiatan di Australia, dan wawancara.

Monndo terpantik ikut kegiatan ini karena negaranya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari—ajang yang bagus untuknya praktik bahasa.

Monndo menuturkan, dirinya terinspirasi dari banyak generasi papua yang dari kelaurga sederhana, tapi bisa meniti pendidikan tinggi, seperti Billy Mambrasar, salah satu staf khusus milenial Presiden Joko Widodo.

Melihat banyak anak Papua berprestasi belajar ke luar negeri, ia juga ingin naik tingkat lebih tinggi.

Dari 15 yang masuk seleksi awal, luluskan Monndo untuk berangkat ke pertukaran pemuda itu, mewakili mahasiswa Papua dan Papua Barat.

Rektornya memberi restu untuk berkegiatan tiga bulan di Perth, karena turut membawa nama baik kampus.

Sisa tiga bulan di semester tiga berkuliah kemudian dikebutnya belajar di rumah untuk ujian.

Di Perth sendiri, ia mengikuti kelas bahasa Inggris, menjalani program pertukaran budaya, ke gereja, presentasi budaya ke jemaat tentang budaya Papua dan Indonesia secara umum.

Monndo juga menampilkan tarian khas Papua, Pangkur Sagu, lengkap dengan atribut mahkota hingga ukir cat tubuh.

Dengan teman-temannya, Monndo juga berkemah dengan keluarga host-nya selama di Perth.

Baca Juga: Mengharukan, Betapa Mahasiswa IPB yang 'Hilang' Selama 15 Tahun Ini Memilih Mengakrabi Para Petani dan 'Tinggalkan' Bangku Kuliah, Lebih Nyaman Pakai Sandal Jepit dan Kaos Lusuh