Salah Satunya Justru Bisa Memperparah Penyebaran Virus Corona, Inilah Masker Terbaik hingga Terburuk Menurut Para Ilmuwan

Khaerunisa

Penulis

Intisari-Online.com - Banyak orang berpikir bahwa mengenakan masker jenis apapun lebih baik daripada tidak menggunakan masker sama sekali.

Memang sangat penting menggunakan masker di tengah pandemi Covid-19 sekarang ini.

Namun bukan berarti semua masker efektif untuk digunakan.

Bahkan, ada salah satu jenis masker yang kini banyak digunakan orang-orang justru bisamembuat droplet semakin berkembang biak di udara, menurut sebuah penelitian.

Baca Juga: Melewati 24 Jam setelah Disuntik Uji Coba Vaksin Covid-19, Begini Pengakuan Driver Ojol yang Jadi Relawan: 'Ngantuknya Enggak Biasa'

Ya, berdasarkan penelitian ini, tidak semua jenis masker wajah dapat efektif memblokir droplets atau tetesan berisi virus saat kita batuk, bersin, berbicara, atau bahkan bernapas.

Lantas, masker seperti apa yang paling efektif dan direkomendasikan?

Penelitian baru yang dilakukan ilmuwan dari Duke University membantu menjawab pertanyaan masker jenis apa yang paling efektif mencegah droplets.

Dalam uji coba yang dilakukan, ahli menggunakan perangkat laser sederhana untuk membandingkan 14 jenis masker.

Baca Juga: Misteri Temuan Mengharukan, 4.800 Tahun di Keabadian Ibu Ini Menatap Bayi di Buaiannya: Semua Arkeolog dan Staf Terkejut

Ini Penjelasannya

"Pertanyaan pentingnya, seberapa baik jenis masker tertentu mencegah penyebaran virus dalam droplets," kata pemimpin peneliti sekaligus spesialis pencitraan molekuler Martin Fischer.

Pertanyaan ini sangat relevan dengan pandemi Covid-19, mengingat banyak orang membeli masker secara online atau membuatnya sendiri di rumah.

Pengujian masker yang dilakukan sejauh ini adalah menguji keefektifan masker bedah dan masker N95, bukan masker kain atau kain penutup wajah yang bisa longgar.

"Masker bedah biasanya dipakai tenaga medis. Itu telah banyak diuji dalam pengaturan klinis," kata Fischer.

"Namun sejauh yang kita tahu, keefektifan berbagai jenis masker lain, terutama masker kain belum diuji," imbuhnya seperti dilansir Science Alert, Senin (10/8/2020).

Baca Juga: Desa 'Haus Suami' hingga Desa Janda, Inilah 3 Desa yang Kebanyakan Dihuni oleh Wanita

Eksperimen

Karena itulah, Fischer dan timnya melakukan eksperimen dengan media laser mudah dibuat dan murah, untuk menguji bagaimana keefektifan berbagai jenis masker dalam mencegah droplets yang keluar dari mulut saat berbicara.

Dalam uji cobanya, tim Fischer menggunakan lensa untuk mengubah lensa menjadi cahaya.

Lembaran cahaya tipis itu akan bersinar melalui selungkup gelap yang terbuat dari karton dan lakban, ini akan membantu kita melihat ketika ada droplets melewatinya dengan bantuan kamera handphone.

Mereka meminta orang mengucapkan "Tetap sehat" ke arah lembaran cahaya sambil mengenakan 14 jenis masker.

"Kami memastikan, ketika orang berbicara dan droplets keluar mulut. Ini berarti, penyakit tetap dapat menyebar dengan berbicara, tanpa batuk atau bersin," kata Fischer.

"Kami juga melihat, beberapa masker bekerja lebih efektif dibanding yang lain dalam memblokir partikel yang keluar," imbuhnya.

Baca Juga: Foto Selfie dan Peluk Jamaah Putri di Masjid, Setelah Cadar Dibuka, Sosok Berhijab Ini Bikin Emosi dan Langsung Digiring ke Polisi

Inilah masker terbaik hingga terburuk

Hasil penelitian yang terbit di Science Advances, Jumat (7/8/2020) menunjukkan bahwa masker N95 efektif memblokir sebagian besar tetesan atau droplets yang dilepaskan saat orang berbicara.

Kemudian peringkat kedua yang efektif adalah masker bedah dan diikuti masker dari bahan polipropilen.

Sementara masker kain dari katun dan rajutan, sebenarnya mampu memblokir sejumlah droplets tapi tidak seefektif masker N95.

"Dengan kata lain, masker tersebut efektif melindungi pemakainya dari lingkungan luar, tapi tidak melindungi orang lain dari pemakainya.

Baca Juga: Apa Berhubungan dengan Konspirasi? Baru Saja Kagetkan Dunia Rusia Umukan Vaksin Covid-19, Dokter Terkemuka Asal Rusia Ini Langsung Undurkan Diri Ungkap Fakta Mengejutkan Ini

Dan itu adalah peran kedua yang penting dalam mengurangi penyebaran Covid-19," kata Fischer.

Hasil mengejutkan adalah masker bandana atau yang dikenal dengan buff.

Dalam eksperimen tersebut, buff dinilai sebagai masker yang paling tidak efektif.

Bahkan lebih buruk dibanding orang yang tidak memakai masker sama sekali.

Para peneliti berpikir, ini karena buff justru membuat droplet semakin berkembang biak di udara.

Baca Juga: Disebut-sebut Pernah Terima Uang Suap Rp900 Juta, Pedangdut Ini Bak Hilang Ditelan Bumi, Ternyata Begini Nasibnya Sekarang demi Cari Sesuap Nasi

"Mungkin banyak orang berpikir, menggunakan masker jenis apa saja lebih baik dibanding tidak memakainya sama sekali. Tapi, hal itu salah," kata Fischer.

"Kami mengamati bahwa jumlah droplets meningkat saat orang memakai buff. Kami yakin, bahan yang digunakan pada buff dapat memecah droplets menjadi partikel berukuran lebih kecil. Hal ini membuat pengguna buff menjadi kontraproduktif, karena tetesan yang lebih kecil lebih mudah terbawa udara dan membahayakan orang di sekitar," paparnya.

Penelitian ini kembali menyoroti bahwa tidak semua masker memiliki tingkat keefektifan yang sama.

Jika Anda benar-benar ingin melindungi orang lain dan membantu mengurangi penyebaran virus corona, Anda perlu berpikir masker mana yang paling tepat dipakai.

Baca Juga: Pernah Belikan Jam Tangan Rp4 Miliar hingga Mobil, Kini Pablo Benoa Pilih Bercerai dan Bongkar Sikap Buruk Rey Utami, 'Ada Sangkut Pautnya dengan Materi'

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Inilah Masker Terbaik dan Terburuk Cegah Corona, dari N95 sampai Buff

(*)

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari.Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait