Penulis
Kini Banyak Dibenci Penduduk Bumi, Ternyata Awal Mula Diciptakannya Kantong Plastik Justru untuk Menolong Bumi, Begini Kisahnya
Intisari-Online.com - Kini sering kita dengar tentang gerakan mengurangi penggunaan kantong plastik.
Salah satunya dengan membawa kantong belanja sendiri alih-alih menggunakan kantong plastik dari supermarket.
Bisa dibilang, kantong plastik kini menjadi barang yang banyak dibenci oleh warga bumi.
Peningkatan produksi sampah dan pencemaran lingkungan akibat plastik membuat publik beralih ke kantong yang dianggap lebih suci seperti kertas.
Namun, apakah penggunaan kantong kertas lebih baik dari plastik?
Pada era 1950-an kantong plastik diciptakan untuk membantu menyelamatkan planet ini.
Raoul Thulin, pada tayangan YouTube BBC How Plastic Bags Were Supposed to Help The Planet mengatakan bahwa pada 1959 di Swedia banyak orang menggunakan kantong kertas untuk keperluan sehari-hari mereka.
Namun, produksi kantong kertas justru merugikan lingkungan karena perlu menebang banyak pohon.
Ayah Raoul, Sten Gustaf Thulin lah yang menciptakan kantong plastik yang kita kenal sekarang.
Sten mempunyai ide membuat kantong plastik karena ia perlu bahan kantong yang kuat, lebih ringan, dan tahan lama.
Maka orang dapat menggunakanya secara berulang-ulang.
Sten juga berfikir bahwa kantong yang baru itu haruslah ramah lingkungan dengan mengurangi penebahan pohon yang saat itu masif dilakukan.
Muhammad Ghozali, Peneliti dari Pusat Penelitian Kimia LIPI mengatakan bahwa plastik memang memiliki kekuatan dan mekanik yang lebih kuat dari kertas.
“Plastik memang memiliki ketahanan terhadap air dan udara yang lebih baik dari kertas, kalau kena lembap kan lama-lama rusak, kalo pastik kan lembap,” ungkap Ghozali pada National Geographic Indonesia via telepon.
Sementara itu, Eric Steinberger, Ilmuan cuaca dalam tayangan YouTube BBC mengatakan bahwa kantong plastik sangat efisien untuk dibuat karena membutuhkan sedikit minyak dan sedikit energi.
Dalam tayangan video itu Raoul bercerita bahwa sang ayah selalu membawa satu kantong plastik di sakunya untuk keperluan sehari-hari.
Plastik itu bisa digunakan berkali-kali untuk membawa barang.
Namun pada zaman kiwari, masalah muncul karena kantong plastik justru membuat manusia menjadi malas.
Kita langsung membuangnya setelah kita selesai memakai kantong plastik.
Akibatnya, banyak negara memberlakukan kebijakan untuk membayar plastik atau tidak menggunakan plastik sama sekali.
Sementara itu, publik berpaling ke kantong kertas kembali.
Ghozali mengatakan bahwa penggunaan kantong kertas bukanlah solusi utama untuk mengurangi kerusakan lingkungan.
Namun, hal itu mengubah pola pikir manusia saat menggunakan plastik sekali pakai.
Ia juga menyarankan untuk memanfaatkan plastik atau membakarnya ditempat yang tepat.
“Saran saya supaya plastik itu tidak dikumpulkan namun dibakar di incinerator yang sempurna. Mungkin bisa disediakan di tingkat RT. Serta memanfaatkan kantong plastik saat kita beli sesuatu di toko. Begitu kita balik ke rumah bisa digunakan beberapa kali sampai rusak,” ucap Ghozali.
Artikel ini telah tayang di Nationalgeographic.grid.id dengan judul Kisah Kantong Plastik Penolong Bumi yang Justru Sekarang Dibenci
(*)