Find Us On Social Media :

'Tangkap, Hidup atau Mati!', Begini Operasi Tempur TNI di Timor Timur saat Memburu Presiden 'Krebo Hutan' Fretilin, Sosok yang Juga Menjadi Panutan Xanana Gusmao

By Khaerunisa, Senin, 10 Agustus 2020 | 13:45 WIB

(ilustrasi) Operasi tempur TNI

Baca Juga: Membuat Masker Lemon dan Gula Pasir untuk Perawatan Kulit Kering

Seakan tak cukup mengerahkan Yon Parikesit, ABRI mengirim pula pasukan elit Nanggala-28 pimpinan Kapten Prabowo Subianto, Kompi Yonif Linud 700 Kodam XIV, satu kompi Yonif Linud 401 Banteng Raiders dan Batalyon 744 Somodok pimpinan Mayor Yunus Yosfiah.

30 Desember 1978, Kapten Prabowo melapor pada Mayor Yusuf Yosfiah jika anggotanya ada yang memergoki pergerakan sejumlah besar pasukan Fretilin ke arah Selatan.

Hal ini dinilai janggal karena Fretilin amat jarang mengerahkan pasukan besar yang bergerak bersama-sama, dugaan kuat pasti Lobato ada ditengah-tengah mereka.

Laporan ini lantas diteruskan kepada Kolonel Sahala Radjagukguk yang berada di lapangan untuk memperketat pengepungan kepada pasukan Lobato.

Baca Juga: Baru Dua Bulan Melahirkan dan Suami Selalu Minta Jatah Berhubungan Badan, Sang Istri yang Kelelahan dan Stres Bacok Suaminya dengan Kapak

Kapten Prabowo juga diberi tugas mengkoordinasikan pengepungan dengan seluruh kekuatan yang ada.

Nanggala-28 kemudian meluncur ke lokasi pengepungan, tanpa basa-basi lagi langsung menarik pelatuk senapan menyiram Lobato dan pasukannya.

Adu pelor silih berganti antar kedua belah pihak, sengit, semerbak bau mesiu dimana-mana.

Sejumlah pengawal Lobato tewas, namun presiden Fretilin itu tak mau menyerah.

Ia mencoba melarikan diri bersama sisa pengawalnnya.