Penulis
Intisari-Online.com - Seorang pejabat Lebanon tewas secara misterius pada 2017 setelah meminta amonium nitrat sebanyak 2.750 ton untuk dipindahkan dari Pelabuhan Beirut pada 2013, menurut dokumen yang dibagikan media Lebanon, Kamis (6/8/2020).
Kolonel Joseph Skaf, kepala divisi pengawasan narkoba di Bea Cukai Lebanon pada 2013, menulis:
"Kami informasikan kepada Anda bahwa divisi ini menerima informasi tentang datangnya kapal Rhosus di Pelabuhan Beirut."
"Kapal itu memuat amonium nitrat yang biasa digunakan sebagai bahan peledak."
"Sangat berbahaya dan menjadi ancaman bagi keselamatan masyarakat."
Melansir Al Arabiya English, dia meminta kepada pihak otoritas untuk memindahkan kapal itu agar menjauh dari pelabuhan dan diawasi, demikian pernyataan dokumen tersebut.
Tak lama pada 2017, Skaf meninggal dunia.
Penyebab kematiannya tidak dapat diketahui secara pasti karena ada dua laporan otopsi yang saling bertentangan.
Saat itu, surat kabar terkemuka Lebanon, An-Nahar, melaporkan:
"Apakah kaki sang pensiunan Kolonel Joseph Skaf tergelincir ataukah dia terlempar dari ketinggian 3 meter?"
"Sebuah pertanyaan yang masih belum terjawab, terutama setelah dua laporan forensik kontradiktif yang ditugaskan jaksa penuntut umum dari dua pemeriksa medis."
An-Nahar juga mengutip pernyataan sebuah sumber di Pasukan Keamanan Internal (ISF) Lebanon:
Baca Juga: Covid Hari Ini 7 Agustus 2020, WHO: Jumlah Kasus Covid-19 Pada Orang Muda Meningkat Tajam
"Salah satu dari dua laporan menyatakan insiden itu kecelakaan, dan yang lainnya menegaskan bahwa itu (perbuatan) disengaja karena menemukan memar di kepala almarhum."
Tumpukan amonium nitrat di Pelabuhan Beirut meledak pada Selasa (4/8/2020), menewaskan lebih dari 135 orang dan melukai lebih dari 5.000 orang.
Presiden Lebanon Michel Aoun mengatakan, ledakan itu disebabkan timbunan stok yang disimpan di pelabuhan selama bertahun-tahun tanpa ada tindakan pengamanan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Usai Minta Amonium Nitrat Dipindahkan, Kolonel Ini Tewas Misterius"