Find Us On Social Media :

Aksinya Sampai Guncang Ekonomi AS, Remaja 17 Tahun Ini Diburu FBI dan Secret Service Sekaligus dan Kini Harus Hadapi 30 Dakwaan, Ini Kejahatannya

By Ade S, Minggu, 2 Agustus 2020 | 19:33 WIB

Guncang Ekonomi AS, Remaja 17 Tahun Ini Diburu FBI dan Secret Service Sekaligus dan Kini Harus Hadapi 30 Dakwaan, Ini Penyebabnya

Intisari-Online.com - Seorang remaja berusia 17 tahun diburu oleh agen-agen terbaik Amerika Serikat dan harus menghadapi 30 dakwaan sekaligus.

Remaja yang diketahui bernama Graham Clark ini juga harus siap dihadapkan dengan denda miliaran rupiah jika sampai terbukti bersalah.

Sebelumnya, setelah sang pelaku melakukan aksinya hingga membuat ekonomi AS terdampak serius, tidak ada yang menyangka jika usia pelaku masih remaja.

Apalagi, pelaku juga melakukan kejahatan yang membuat tokoh-tokoh besar seperti Bill Gates, Elon Musk, hingga Barack Obama terdampak.

Baca Juga: Menegangkan, FBI Dobrak Paksa Gedung Konsulat China, Memburu Mata-mata Tiongkok, Sebuah Video Tunjukkan Cara Culas China Hapus Barang Bukti

Sosok Clark sendiri baru terungkap dan akhirnya bisa tertangkap setelah Biro Penyelidikan Federal AS (FBI), Internal Revenue Service (IRS) AS, dan Agen Rahasia AS (US Secret Service) bekerja sama.

"Ia (Clark) ditangkap di apartemennya di Tampa. Saya mengapresiasi para penegak hukum setempat, FBI, IRS, dan Agen Rahasia AS karena telah mengungkap dan mengidentifikasi pelaku," kata Andrew Warren, Jaksa Agung Negara bagian Hillsborough.

Aksi Clark sendiri mencuat dan menjadi perhatian penegak hukum AS pada pertengahan Juli lalu.

Lalu, apa sebenarnya yang dilakukan oleh Clark hingga membuatnya diburu agen-agen terbaik AS?

Baca Juga: Membelot Dari China lalu Melarikan Diri ke AS, Ilmuwan China Ini Bongkar Kebenaran Soal Covid-19 pada FBI, Pemerintah China Langsung Serbu Kampung Halamannya

Ternyata Clark telah melakukan peretasan dengan modus penipuan bitcoin yang menimpa sejumlah akun media sosial Twitter.

Clark diduga merupakan "dalang" kasus peretasan yang membajak akun-akun Twitter milik sejumlah tokoh terkenal itu, termasuk mantan Presiden AS Barack Obama, Bill Gates, Elon Musk, hingga Apple.

Dalam keterangan tertulis yang dihimpun KompasTekno dari The Verge, Sabtu (1/8/2020), disebutkan bahwa Clark diduga telah memanipulasi karyawan Twitter dengan metode social engineering, sehingga berhasil membobol akun aplikasi percakapan Slack.

Dalam Slack tersebut, terdapat data percakapan yang rahasia, yakni akun dan password ke sistem backend milik Twitter.

Dengan masuk ke backend Twitter, peretas bisa memperoleh informasi kredensial seluruh pengguna Twitter, seperti username, password, dan e-mail yang digunakan untuk mendaftar.

Clark menghadapi lebih dari 30 dakwaan, termasuk penipuan berencana, pencurian identitas, tindak peretasan, dan penyalahgunaan informasi.

Baca Juga: Terbongkar Borok China yang Keterlaluan, Jadi Ancaman Terbesar bagi Amerika, China juga Perintahkan Warganya untuk Bunuh Diri Jika Tak Mau Lakukan Ini

"Ia tak hanya memperoleh jumlah uang yang sangat besar, tapi juga dapat membawa pengaruh buruk terhadap ekonomi di Amerika karena ia memiliki akses ke akun Twitter politisi maupun publik figur lainnya," kata Warren.

Dua pelaku lain

Selain Clark, Departemen Kehakiman AS juga telah menetapkan dua tersangka terdakwa lainnya yaitu Nima Fazeli yang berusia 22 tahun asal Orlando dan Mason Sheppard berusia 19 tahun asal Inggris.

Menurut Biro Penyelidikan Federal AS (FBI), Sheppard dan Fazeli menggunakan SIM untuk memverifikasi kriptokurensi Coinbase agar dapat mengambil alih sejumlah akun untuk mengunggah kicauan berisi penipuan bitcoin.

Setelah diambil alih, mereka meminta follower akun-akun yang dibajak tersebut untuk mendonasikan bitcoin ke alamat-alamat wallet yang tercantum, dengan iming-iming akan dikembalikan dalam jumlah dua kali lebih besar.

Fazeli dituntut hukuman 5 tahun penjara dan denda sebesar US$ 250 ribu (Rp 3,6 miliar).

Baca Juga: Ditangkap Karena Sewa PSK Anak di Jakarta, Ternyata Pria Ini Buronan FBI, Ini Fakta-fakta Russ Albert Medlin yang Berstatus Residivis Kasus Pelecehan Anak

Sementara, Sheppard terancam hukuman 20 tahun penjara dan denda senilai US$ 250 ribu (Rp 3,6 miliar) atas kasus pencucian uang dan penipuan.

Twitter sendiri telah mengakui adanya rentetan kasus peretasan di platform miliknya.

Hingga saat ini, Twitter pun masih terus melakukan investigasi bersama aparat penegak hukum.

"Kami mengapreasiasi langkah cepat yang dilakukan oleh para penegakan hukum dalam menyelidiki kasus ini. Kami akan terus bekerja sama untuk terus menginvestigasi dan memberikan informasi terbaru secara transparan dan berkala," tulis Twitter dalam kicauannya.

(Conney Stephanie)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ditangkap, Remaja 17 Tahun Tersangka Dalang Peretasan Twitter".

Baca Juga: Sudah Ditangkap dan Dijebloskan ke Penjara, Diam-Diam Raja Narkoba El Chapo Malah Bekerja Sama dengan FBI Untuk Lakukan Hal Ini