Penulis
Seandainya Berbagai Peristiwa Ini Tidak Pernah Terjadi, Hari Ini akan Sangat Berbeda, Mengubah Dunia hingga Kehidupan Orang Indonesia
Intisari-Online.com - Ungkapan 'jangan sekali-kali melupakan sejarah' identik dengan pesan Bung Karno tentu sering kita dengar.
Juga terasa sangat bermakna bagi kita yang mendengarnya, karena memang tanpa sejarah, maka apa yang kita miliki saat ini mungkin berbeda, bahkan tak akan pernah ada.
Tanpa sejarah perjuangan bangsa Indonesia, belum tentu kita akan menikmati tinggal di Rebublik Indonesia seperti sekarang ini.
Selain sejarah semacam itu, keberadaan suatu hal di dunia ini juga sangat berpengaruh bagi kehidupan yang kita jalani sekarang, meski sering kali tidak disadari.
Misalnya, jika listrik tidak pernah ditemukan, maka akan banyak hal yang tidak bisa kita lakukan sekarang.
Mari kita berandai-andai tentang 'bagaimana jika suatu hal tidak pernah ada atau tidak pernah terjadi'.
Tidak adanya sederet hal berikut ini dapat membuat hari ini sangat berbeda. Berpengaruh bagi kehidupan dunia, hingga bangsa Indonesia.
Apa saja?
1. Jika planet Jupiter tak terbentuk
Berbagai benda langit merupakan salah satu ancaman bagi kelestarian bumi.
Kehancuran bisa menimpa bumi jika benda langit seperti meteor berbahaya jatuh atau menabrak bumi.
Namun, dipercaya bahwa selama ini Jupiter menjadi planet yang melindungi bumi dari 'bencana' semacam itu.
Mengutip Kompas.com, sebuah teori populer, yaitu Jupiter Shield, menunjukkan bahwa dengan massa yang luar biasa, Jupiter bertindak seperti perisai raksasa di ruang angkasa.
Planet tersebut menghisap atau menangkis puing-puing bebahaya yang tersisa dari pembentukan tata surya.
Maka, jika tidak ada Jupiter, mungkin sudah sejak lama bumi musnah oleh 'serangan' meteor atau benda langit berbahaya lainnya.
2. Jika listrik tidak pernah ditemukan
William Gilbert, merupakan seorang ilmuwan Inggris yang melakukan eksperimen tentang listrik dan magnet.
Ia dikenal sebagai 'pemecah kebuntuan' mengenai listrik karena berabad- abad sebelumnya listrik 'hanya' berupa keingintahuan intelektual.
Hal itu diketahui misalnya dari teks-teks Mesir Kuno, yang mana mengetahui listrik dari ikan-ikan, seperti belut dan ikan pari listrik.
Atau pada tahun 600 saat Thales of Miletus membuat serangkaian pengamatan tentang listrik statis.
Penelitian lebih lanjut mengenai listrik terus dilakukan selama abad ke-17 hingga awal abad ke-18 oleh Otto von Guericke, Robert Boyle, Stephen Gray, hingga C. f. du Fay.
Selanjutnya, berbagai percobaan tentang listrik dilakukan oleh banyak ilmuwan dunia hingga membuat kita dapat menikmati listrik seperti sekarang.
Tanpa penemuan listrik, tentu mudah dibayangkan bagaimana sangat berbedanya kehidupan sekarang ini.
Tidak akan ada berbagai teknologi lainnya yang menggunakan listrik sebagai sumber energinya.
Bahkan hingga kehidupan terkecil kita, seperti penggunaan smartphone, hingga merembet ke kehidupan sosial kita saat ini.
3. Jika Wabah Hitam atau Black Death tidak terjadi
Black Death juga disebut sebagai Pestilence atau Great Mortality, dan disebut-sebut menjadi wabah terburuk sepanjang sejarah manusia. Dari tahun 1347 – 1353, diperkirakan 75 – 100 juta nyawa melayang akibat wabah tersebut.
Wabah terakhir yang menakutkan terjadi di London pada 1665, dan menewaskan sekitar seperlima penduduk kota tersebut.
Apa yang mungkin terjadi seandainya wabah itu tidak pernah ada?
Jika wabah hitam tidak pernah terjadi, mungkin 'feodalisme lama' dapat lebih bertahan kuat daripada yang kita ketahui sekarang.
Pasalnya, banyak petani yang menjadi korban wabah, menyebabkan pemilik lahan kekurangan tenaga kerja.
Karenanya, posisi tawar petani lebih tinggi sehingga sistem di mana orang dipaksa bekerja untuk membayar sewa terhadap tanah yang mereka tinggali tersebut runtuh.
Namun, di sisi lain, bangsa Eropa pun mungkin tidak akan tertarik untuk melakukan perjalanan laut menuju daerah yang tidak mereka ketahui.
4. Jika Sudentenland tidak pernah diberikan kepada Adolf Hitler
Jerman, Italia, dan Jepang, diantara tahun 1931 dan 1939 melakukan tindakan suka perang yang meliputi pengambilan wilayah yang bukan milik mereka.
Liga Bangsa-bangsa pun terbukti tidak efektif menghentikan mereka.
Pada 30 September 1938, Inggris dan Perancis sepakat di Munich untuk membiarkan Jerman memiliki suatu bagian dari Chekoslovakia yang disebut Sudentenland.
Hitler mengatakan bahwa ini akan menjadi tuntutan teritorial terakhirnya di Eropa.
Pada Maret 1939, Hitler melanggar perjanjian tersebut, dengan mengambil alih sisa negeri itu.
Pada akhirnya sikap lunak Inggris dan Perancis dengan menyerahkan Sudentenland salah satunya oleh Perdana Menter Britania Raya, Neville Chamberlain, hanya membuat ambisi Hitler semakin membara hingga mengantarkan dunia pada Perang Dunia Kedua.
5. Jika bom atom tidak ditemukan
Julius Robert Oppenheimer dan Albert Enstein merupakan tokoh di balik terciptanya bom atom.
Tanpa diciptakannya bom atom oleh kedua tokoh tersebut, maka Amerika Serikat akan terpaksa menyerbu daratan utama Jepang dan bertempur tanpa senjata tersebut.
Jepang pun tidak akan cepat menyerah tanpa syarat.
Menghadapi rakyat Jepang yang setia pada Kaisar, perang pun mungkin akan terjadi lebih lama, di sisi lain lebih banyak orang yang akan tewas.
6. Jika AS tak mengebom Hirosima dan Nagasaki
Selain perang dunia bisa berlangsung lebih lama, penjajahan Jepang pun bisa demikian. Salah satunya di Indonesia.
Seperti diketahui, Indonesia dengan 'cerdik' memanfaatkan kesempatan terpuruknya Jepang setelah bom jatuh di Hirosima dan Nagasaki.
Saat itu, Indonesia yang berada di bawah penjajahan Jepang pun segera melakukan deklarasi kemerdekaan.
Sehingga kini hari kemerdekaan yang kita ketahui adalah 17 Agustus 1945.
Bagaimana jika kesempatan tersebut tidak dimanfaatkan? Mungkin kita akan merayakan kemerdekaan di hari yang berbeda.
7. Jika peristiwa Rengadengklok tidak pernah terjadi
Pada 15 agustus 1945, golongan muda melakukan rapat di Pegangsaan Timur membicarakan pelaksanaan proklamasi tanpa menunggu pihak Jepang. Hasilnya yaitu mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan paling lambat 16 Agustus 1945.
Namun, setelah isi keputusan rapat tersebut disampaikan kepada Soekarno-Hata, keduanya menolak. Mereka mengatakan, memproklamirkan kemerdekaan tak bisa dilakukan secara gegabah.
Mengingat tak ada titik temu, golongan pemuda mengadakan rapat lanjutan pada hari itu juga di Asrama Baperpi (Kebun Binatang Cikini). Hasilnya, golongan pemuda sepakat untuk menjauhkan Soekarno dan Hatta agar tak mendapat pengaruh Jepang.
Kemudian terjadilah peristiwa Rengasdengklok yang akhirnya membuat golongan tua 'mengikuti' kemauan golongan muda untuk segera menyatakan kemerdekaan Indonesia.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari.Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari