67 Tahun Gencatan Senjata Perang Korea, Singkat Namun Penuh Lautan Mayat, Baru Berhenti Setelah Presiden AS Ancam Lakukan Ini

Ade S

Penulis

67 Tahun Gencatan Senjata Perang Korea, Singkat Namun Penuh Lautan Mayat, Baru Berhenti Setelah Presiden AS Ancam Lakukan Ini

Intisari-Online.com -67 tahun lalu, yaitu 27 Juli 1953, Perang Korea 'berakhir' setelah kedua belah pihak sepakat untuk melakukan gencata senjata.

Perjanjian tersebut ditandatangani di kotaP'anmunjom, tepat di tengah semenanjung Korea.

Dua kubu yang terlibat dalam perang itu, Korea Selatan dan Amerika Serikat, serta Korea Utara dan China, sepakat untuk menghentikan pertempuran.

Hasil dari gencatan senjata itu adalah pembentukan komite perwakilan dari negara-negara netral untuk memutuskan nasib ribuan tahanan perang di kedua pihak yang bertikai.

Baca Juga: Kim Jong-Un Marah Berat 70 Persen Rakyatnya Suka Nonton Drakor, Tidak Tanggung-tanggung Sampai Semua Digunduli Dalam Penyelidikannya

Dalam kesepakatan itu, diputuskan bahwa tahanan perang dapat memilih nasib mereka sendiri, tetap di tempat mereka berada atau kembali ke tanah air mereka.

Selain itu, juga menarik batas baru di antara Korea Utara dan Selatan yang memberi Korsel wilayah tambahan 1.500 mil persegi dan menciptakan "zona demiliterisasi" selebar 2 mil yang masih ada sampai sekarang.

Konflik dua negara

Melansir History, sejak awal abad ke-20, wilayah semenanjung Korea merupakan bagian dari Kekaisaran Jepang.

Baca Juga: Peternakan Ayamnya Ketinggalan Zaman hingga Rakyat Korea Utara Diimbau Memakan Kura-kura Karena Kekurangan Pangan, Kim Jong-un Inspeksi Langsung Pembangunan Peternakan

Setelah kekalahan Jepang pada Perang Dunia II, Amerika Serikat dan Soviet harus memutuskan apa yang harus dilakukan dengan wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh musuh mereka.

Pada Agustus 1945, diputuskan bahwa semenanjung Korea dibagi menjadi dua di sepanjang paralel ke-38.

Soviet menduduki daerah utara dan Amerika Serikat menduduki daerah di selatannya.

Pada akhir dekade, dua negara baru telah terbentuk di semenanjung.

Di selatan, diktator anti-komunis Syngman Rhee (1875-1965) menikmati dukungan dari pemerintah Amerika.

Sementara di utara, diktator komunis Kim Il Sung (1912-1994) menikmati dukungan dari Soviet.

Kedua diktator ini terlibat pertikaian berkepanjangan di paralel ke-38 dan pertempuran di garis perbatasan kedua negara sudah biasa terjadi.

Hampir 10.000 tentara Korea Utara dan Selatan terbunuh dalam pertempuran di garis perbatasan bahkan sebelum perang Korea benar-benar dimulai.

Baca Juga: Satu Rakyatnya Pulang dari Korsel, Kim Jong-Un Panik Bukan Kepalang Sampai Nyatakan Keadaan Darurat, Rupanya Rakyat Itu Jadi Biang Keladi Covid-19 Masuk Korea Utara

Perang tanpa hasil

Pada 25 Juni 1950, Perang Korea dimulai ketika 75.000 prajurit Korea Utara melintasi paralel ke-38, batas antara Republik Rakyat Demokratik Korea yang didukung Soviet di sebelah utara dan Republik Korea yang pro-Barat di Selatan.Invasi ini adalah aksi militer pertama di era Perang Dingin.

Pada Juli 1950, pasukan Amerika Serikat memasuki perang atas nama Korea Selatan.

Menurut Amerika, perang ini adalah perang melawan kekuatan komunisme internasional.

Setelah beberapa kali pertempuran di paralel ke-38, korban jiwa yang jatuh semakin meningkat tanpa ada hasil yang diharapkan.

Para pejabat Amerika dengan cemas kemudian menyusun semacam gencatan senjata dengan Korea Utara.

Mereka khawatir jika Perang Korea akan meluas dan melibatkan kekuatan besar lainnya, sehingga memicu timbulnya Perang Dunia III.

Ancaman serangan nuklir

Pada Juli 1951, Presiden AS Harry Truman dan komandan militernya memulai pembicaraan damai di P'anmunjom. Namun, pertempuran terus berlanjut sepanjang paralel ke-38 saat negosiasi mengalami kebuntuan.

Baca Juga: Terbongkar Sudah Biang Keladinya, Tanpa Sosok Ini Korea Utara dan Iran Tidak Akan Punya Senjata Nuklir, Terungkap Begini Asal Musal Senjata Nuklir Milik Iran dan Korut

Dalam Pemilihan Presiden AS 1952, kandidat Partai Republik Dwight D. Eisenhower mengkritik keras penanganan perang oleh Presiden Harry S. Truman.

Setelah kemenangannya, Eisenhower menepati janjinya untuk "pergi ke Korea."

Perjalanannya meyakinkan dia bahwa sesuatu yang baru diperlukan untuk memecahkan kebuntuan diplomatik pada pembicaraan damai yang telah dimulai pada Juli 1951.

Eisenhower secara publik mulai mengisyaratkan bahwa Amerika Serikat mungkin menggunakan persenjataan nuklirnya untuk memecahkan kebuntuan militer di Korea.

Dia mengizinkan Pemerintah Nasionalis China di Taiwan untuk mulai melancarkan serangan udara ke China daratan.

Presiden juga menekan sekutunya, Korea Selatan, agar mengurangi beberapa tuntutannya untuk mempercepat proses perdamaian.

Entah karena khawatir akan ancaman serangan nuklir Eisenhower atau karena alasan lain, pada Juli 1953 semua pihak yang terlibat dalam konflik akhirnya bersedia menandatangani perjanjian untuk mengakhiri pertumpahan darah.

Belum ada kesepakatan

Sejak dimulainya Perang Korea hingga saat ini, belum ada hasil akhir yang dicapai. Tidak ada perdamaian di antara kedua negara tersebut, hanya gencatan senjata.

Baca Juga: Tak Tanggung-tanggung, Warga Korea Utara yang Ngeyel Tak Pakai Masker Bakal Dijebloskan ke Kamp Kerja Paksa 'Mengerikan' selama 3 Bulan

Secara keseluruhan, sekitar 5 juta tentara dan warga sipil kehilangan nyawa mereka dalam perang yang berlangsung selama tiga tahun, sementara semenanjung Korea masih terbelah hingga hari ini.

Perang Korea relatif singkat tetapi termasuk salah satu perang paling berdarah dalam sejarah.

Hampir 5 juta orang meninggal, lebih dari setengahnya adalah warga sipil.

Jumlah korban sipil ini lebih tinggi daripada Perang Dunia II dan Perang Vietnam.

Hampir 40.000 orang Amerika tewas dalam aksi di Korea, dan lebih dari 100.000 lainnya terluka.

(Jawahir Gustav Rizal)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hari Ini dalam Sejarah: Gencatan Senjata Akhiri Perang Korea pada 27 Juli 1953".

Artikel Terkait