Penulis
Mengenal Dickson Yeo atau Jun Wei Yeo, Warga Singapura yang Dituntut 10 Tahun Penjara Karena Jadi Mata-mata China di AS, 'Informasi Bocor Karena Dia'
Intisari-online.com -Jun Wei Yeo atau Dickson Yeo adalah warga Singapura yang tinggal di Washington DC.
Ia dituntut hukuman penjara 10 tahun di Amerika Serikat (AS) setelah ia mengaku bersalah.
Ia mengaku ia telah menjadi agen intelijen ilegal untuk China.
Bekerja selama empat atau lima tahun, ia merekrut orang AS dengan akses ke informasi sensitif melalui internet.
Baca Juga: Masker Mentimun untuk Merawat Rambut Rusak, Caranya Mudah Banget
Lalu, ia menugaskan mereka untuk menulis laporan, kemudian ia sampaikan laporan itu ke Beijing.
"Pemerintah Cina menggunakan serangkaian duplikasi untuk mendapatkan informasi sensitif dari orang Amerika yang tidak menaruh curiga," kata Asisten Jaksa Agung Amerika Serikat John Demers dalam sebuah pernyataan.
"Yeo adalah inti dari satu skema seperti itu, menggunakan situs jejaring karier dan perusahaan konsultan palsu untuk memikat orang Amerika yang mungkin menarik bagi pemerintah Cina.
"Ini adalah contoh lain dari eksploitasi pemerintah China terhadap keterbukaan masyarakat Amerika," imbuhnya seperti dikutip CNN.
AS memang sedang menangkapi orang-orang yang bekerja untuk Tiongkok di AS.
Pada Jumat lalu, seorang ilmuwan yang memiliki hubungan militer dengan China menyerahkan diri kepada pihak berwenang AS.
Penangkapan itu menyusul penutupan konsulat China di Houston, yang dikaitkan Washington dengan operasi spionase dan pencurian hak kekayaan intelektual.
Langkah itu memicu reaksi besar dari Beijing, yang telah memerintahkan penutupan konsulat AS di Chengdu, yang juga dituduh sebagai pusat operasi mata-mata.
Konsultasi palsu
Menurut jaksa penuntut, Yeo direkrut oleh intelijen China selama perjalanan ke Beijing sekitar tahun 2015, ketika ia belajar untuk mendapatkan gelar doktor dari Universitas Nasional Singapura.
Dia ditawari uang sebagai ganti laporan politik dan informasi, dan kemudian diminta untuk menandatangani kontrak dengan militer China, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA).
Setelah dia tidak menandatangani kontrak, Yeo terus bekerja dengan agen intelijen China, yang semakin meminta dia fokus pada mendapatkan "informasi non-publik" dari AS, seperti kecerdasan buatan dan perang dagang AS-China yang sedang berlangsung.
Yeo bertemu dengan para mentor intelijennya puluhan kali, dan ketika dia melakukan perjalanan ke China untuk pertemuan-pertemuan ini dia secara teratur dikeluarkan dari jalur bea cukai dan dibawa ke kantor terpisah untuk masuk ke negara itu.
Yeo mengatakan kepada jaksa penuntut, ia masuk ke China tanpa lewat jalur bea cukai untuk menyembunyikannya identitas ketika ia bepergian ke China.
Yeo membuat situs web konsultasi palsu dan mulai meminta resume, menerima ratusan, termasuk banyak dari militer AS dan personil pemerintah dengan izin keamanan, yang akan ia sampaikan kepada para agen China.
Satu orang yang ia rekrut dengan cara ini adalah seorang warga sipil yang bekerja untuk Angkatan Udara AS dalam program pesawat militer F-35B, dengan izin keamanan tingkat tinggi.
Orang ini, yang belum diidentifikasi oleh jaksa penuntut, mengalami masalah keuangan, dan Yeo menugaskan mereka untuk menulis laporan untuknya.
Yeo pindah ke AS sekitar Januari 2019.
Pemberi tugas meminta Yeo untuk tidak berkomunikasi dengan mereka karena takut intersepsi.
Ketika dia harus menghubungi, Yeo disuruh melakukannya dari sebuah kedai kopi lokal.
Tidak jelas bagaimana dan kapan Yeo ditangkap, tetapi tahun ini dia didakwa bertindak sebagai "agen ilegal kekuatan asing tanpa terlebih dahulu memberi tahu Jaksa Agung," dan kemudian mengaku bersalah.
Dia akan dijatuhi hukuman pada bulan Oktober, dan menghadapi tuntutan 10 tahun penjara.
"Permohonan bersalah hari ini menggarisbawahi cara pemerintah Tiongkok terus menargetkan orang Amerika dengan akses ke informasi pemerintah yang sensitif, termasuk menggunakan internet dan warga negara non-China untuk menargetkan warga Amerika yang tidak pernah meninggalkan Amerika Serikat," kata Michael R. Sherwin, penjabat US Attorney untuk Distrik Columbia dalam sebuah pernyataan.(*)
Artikel ini telah tayang di kontan.co.id dengan judul "Jadi mata-mata China di AS, warga Singapura dituntut 10 tahun penjara"
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini