Ubah Hagia Sophia Jadi Masjid dan Jadi Pusat Penyebaran Islam di Tanah Eropa, Khilafah Utsmaniyah Malah Dijuluki 'The Sick Man of Europe' di Akhir Keyajaannya

Khaerunisa

Penulis

Mengingat kembali, di abad ke-15 sampai ke-17, Kekaisaran Turki Usmani berada pada puncak kejayaannya. Namun pada akhir kejayaannya

Ubah Hagia Sophia Jadi Masjid dan Jadi Pusat Penyebaran Islam di Tanah Eropa, Khilafah Utsmaniyah Malah Dijuluki 'The Sick Man of Europe' di Akhir Keyajaannya

Intisari-Online.com -Mimpi lama kelompok Islamis Turki terwujud ketika Hagia Sophia akhirnya kembali dijadikan masjid.

Bangunan berusia 1.500 tahun itu semula adalah katedral yang kemudian dijadikan masjid lalu museum, hingga kini jadi masjid lagi.

Setelah kembali menjadi masjid, Shalat Jumat pertama dalam 86 tahun akhirnya diselenggarakan di Hagia Sophia padaJumat (24/7/2020) kemarin.

Sekitar 1.000 orang mengikuti salat Jumat pertama dalam 86 tahun.

Baca Juga: Intip Suasana Khusyuk Dan Haru Shalat Jumat Pertama di Hagia Sophia Setelah 86 Tahun 'Vakum', Tirai-tirai Dibentangkan untuk Hal Ini

Shalat Jumat pertama itu dipimpin oleh Ali Erba ketua direktur keagamaan, lapor harian Turki Hürriyet.

Hürriyet melaporkan, mosaik dan lukisan Kristiani akan ditutup tirai selama shalat Jumat dan waktu shalat lain.

Pada abad ke-15 ketika Kekaisaran Turki Usmani atau disebut pula Kekaisaran Ottoman, berada pada puncak kejayaannya, Hagia Sophia dijadikan masjid.

Namun kemudian pada 1934, di bawah kepemimpinan Presiden Mustafa Kemal Ataturk, pendiri Turki modern setelah jatuhnya Ottoman, masjid itu dijadikan museum.

Baca Juga: 1.000 Serangan Udara Israel dan Masih Berlanjut, Alasan Mengapa Suriah Punya Sistem Anti-Udara Baru hingga Berkembangnnya Drone Kamikaze

Mengingat kembali, di abad ke-15 sampai ke-17, Kekaisaran Turki Usmani berada pada puncak kejayaannya.

Peradaban Turki Usmani sangat maju, mengalahkan kerajaan-kerajaan Eropa.

Di masa kepemimpinan Sultan Sulaiman I (1520-1566), kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan perdagangan berkembang pesat.

Namun setelah sang Sultan wafat, Turki Usmani mengalami kemunduran. Seperti peradaban hebat lainnya, Turki Usmani runtuh juga.

Baca Juga: Jadi Titik Awal Kemenangan Umat Islam dalam Perang Salib, Kejatuhan Konstatinopel Ternyata Jadi Titik Awal Penjajahan Bangsa Eropa di Nusantara

Dikutip dari Peradaban Turki (2019), ada beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran Turki Usmani:

Baca Juga: Cukup 30 Detik dengan Akurasi 85%, Alat Tes Covid-19 Buatan Israel Ini Disebut akan Ubah 'Peta Permainan' Penanganan Virus Corona

Selain disebabkan kesalahannya sendiri, ada faktor eksternal yang mendorong kemunduran Turki Usmani:

Baca Juga: Ramai Penipuan Berkedok Pacar Online, Kenali Ciri-Ciri Akun Palsu

Kekalahan dan kemunduran ini membuat Turki Usmani dijuluki oleh negara-negara lain sebagai The Sick Man of Europe.

Kondisi ini terus berlanjut hingga Sultan Hamid II naik tahta pada 1876.

Pemerintahannya yang otoriter memicu munculnya pemberontakan.

Gerakan Turki Muda dipimpin oleh Mustafa Kemal Ataturk. Ia juga didukung oleh tentara.

Pada Juli 1908, Revolusi Turki Muda meletus. Revolusi itu berhasil menggulingkan Kekaisaran.

Turki berganti menjadi republik dengan Mustafa Kemal Ataturk sebagai presiden pertamanya.

Baca Juga: Dipuja-puji karena Pernah Mengubah Katedral Hagia Sophia Menjadi Masjid, Inilah 5 Sisi Kelam Kekaisaran Ottoman, Begini Keriuhan 2.000 Harem yang Jadi Istri dan Selir Sultan

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul The Sick Man of Europe, Kemunduran Turki Usmani

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari.Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait