Find Us On Social Media :

'Kebelet' Perkuat Angkatan Bersenjata, India Borong Senjata Senilai Rp 80 Triliun, dari Howitzer hingga Rudal-rudal Antibunker Buatan Israel

By Muflika Nur Fuaddah, Kamis, 16 Juli 2020 | 14:28 WIB

Ilustrasi tentara India

'Kebelet' Perkuat Angkatan Bersenjata, India Borong Senjata Senilai Rp 80 Triliun, dari Howitzer hingga Rudal-rudal Antibunker Buatan Israel

Intisari-Online.com - India mempercepat pembelian senjata dari dalam dan luar negeri, setelah bentrokan berdarah di perbatasan yang disengketakan antara pasukan mereka dan China.

Hubungan India-China merenggang setelah 20 tentara India tewas dalam "pertempuran" dengan pasukan China pada 15 Juni lalu di Lembah Galwan.

Tidak jelas, apakah ada pasukan Tiongkok yang meninggal.

Dewan Akuisisi Pertahanan (DAC) India pada Jumat (3/4) pekan lalu menyetujui proyek pengadaan senjata mencapai US$ 5,55 miliar atau sekitar Rp 80,47 triliun, termasuk dari domestik senilai US$ 0,44 miliar.

Baca Juga: Sedang Asyik-asyiknya Latihan Militer untuk 'Perang Tahunan Terbesar,' Tiba-tiba Terlihat Batang Hidung 2 Kapal Mata-mata Kiriman China ke Taiwan, Begini Kelanjutannya

DAC adalah badan di bawah naungan Departemen Pertahanan.

“Dalam situasi saat ini dan kebutuhan untuk memperkuat angkatan bersenjata guna mempertahankan perbatasan kami, dan sejalan dengan seruan Perdana Menteri kami untuk Atma Nirbhar Bharat (India yang mandiri), DAC, dalam pertemuan 2 Juli di bawah kepemimpinan Menteri Pertahanan Rajnath Singh, memberikan persetujuan untuk akuisisi modal berbagai platform dan peralatan yang dibutuhkan oleh angkatan bersenjata India," kata Kementerian Pertahanan India dalam sebuah pernyataan.

"Proposal dengan perkiraan biaya US$ 5,55 miliar disetujui,” ujar Kementerian Pertahanan, Senin (6/7), seperti dikutip Defense News.

Berdasarkan persetujuan tersebut, India akan meningkatkan kemampuan 59 pesawat MiG-29 dan membeli 21 jet tempur itu lagi dari Rusia dengan harga sekitar US$ 1 miliar.

Baca Juga: Tak Henti-hentinya Serang Negaranya, PM Jepang Sebut Sikap China Lebih Berbahaya daripada Ancaman Nuklir Korea Utara