Advertorial
Intisari-online.com - Saat ini baik Asia, Eropa dan Afrika banyak negara yang tenah berseteru atas dasar klaim wilayah.
Seperti yang kita ketahui, hubungan Mesir dan Ethiopia kini sedang memanas gara-gara masalah Sungai Nil.
Mesir sendiri menyatakan siap perang dengan Ethiopia jika mereka tidak menarik diri dari Sungai Nil.
Sementara itu, disi lain, Ethiopia juga menyatakan siap menghadapi kemarahan Mesir atas perbuatannya.
Menurut 24h, pada Senin (6/7/20) kedua negara ini sangat ngotot ingin memanfaatkan Sungai Nil karena dampaknya memang begitu luar biasa.
Menurut laporan, Bendungan pembangkit listrik tenaga air Renaisans yang dibangun Ethiopia dianggap sangat penting bagi perkembangan ekonomi negara Afrika tersebut.
Sementara bagi Mesir hal itu dianggap sebagai ancaman bagi kelangsungan hidup Mesir.
Ethiopia sendiri menyatakan, bendungan yang dibangunnya di Sungai Nil akan mulai beropersi tahun ini.
Sungai Nil sendiri menyedikan hingga 90% air yang mengalir sebagai sumber air utama yang memberikan makan 100 juta orang Mesir.
Sedangkan proyek hidroelektrik terbesar di Afrika yang dibuat Ethiopia itu bisa membantu negara itu memenuhi kebutuhan listrik seluruh negeri.
Juga memberikan keuntungan besar dengan menjual listrik ke negara lain.
Bendungan itu dianggap sebagai proyek hidroelektrik terbesar ke-7 di dunia dengan pembangkit listrik mencapai 6.500 MW.
Namun, jika hal itu terjadi, dampaknya akan langsung mengancam kegiatan pertanian dan keamanan air di Mesir dan Sudan.
Mesir berpendapat bahwa Ethiopia menandatangani perjanjian tahun 1929 berjanji untuk tidak mengubah aliran Sungai Nil.
Pemerintah Ethiopia mengatakan, bahwa perjanjian itu tidak sah karena perjanjian itu ditandatangani ketika negara di kawasan itu masih dalam koloni Inggris.
Tahun 2015, sebuah memorandum tripartit antara Mesir, Sudan dan Ethiopia mengakui hak Ethiopia untuk membangun bendungan di Sungai Nil.
Namun, semua pihak internasional tidak mencapai kesepakatan tentang penyelesaian sengketa terkait dengan Sungai Nil.
Mesir berulang kali membujuk Ethiopia untuk tidak mengeksploitasi Sungai Nil untuk mendapatkan listrik.
Akan tetapi Ethiopia nekat membangun bendungan pembangkit listrik ternaga air terbesar di Afrika.
"Ethiopia tidak hanya mendapatkan untung besar dari pembangkit listrik ini, tetapi bisa digunakan untuk menekan negara-negara lain," kata Uwidata pejabat pemerintah Mesir.
"Ini adalah tindakan berbahaya, secara tidak langsung akan mengancam kehidupan 100 juta orang Mesir karena Sungai Nil adalah pasokan air," katanya.
Bulan Maret 2020, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Ethiopia Letnan Jenderal Adam Mohammed mengumumkan kesiapan untuk menghadapi semua serangan Mesir.
Meski demikian, berdasarkan statistik Ethiopia sudah kalah telak dengan Mesir.
Sayangnya, untuk menyelesaikan masalah ini solusi terakhir adalah dengan kekuatan militer, karena bendungan Rennaisans sudah mendekati tahap akhir.
Bahkan jika memungkinkan terjadi pertempuran, Sudan bisa menjadi medan perang karena negara itu diapit Mesir dan Ethiopia.