Advertorial

Muak Sudah Sampai ke Ubun-ubun dengan Ejekan Trump, Jepang Mulai Tunjukkan Militer Mereka Tak Butuh 'Bekingan' Amerika

Ade S

Editor

Muak Sudah Sampai ke Ubun-ubun dengan Ejekan Trump, Jepang Mulai Tunjukkan Militer Mereka Tak Butuh 'Bekingan' Amerika

Intisari-Online.com -Jepang nampaknya sudah benar-benar frustasi terkait hubungan mereka dengan Amerika Serikat di bawah Donald Trump.

Hal ini terlihat dengan beberapa kebijakan mereka akhir-akhir ini yang seolah-olah menunjukkan mereka ingin melepas ketergantungan pada negeri Paman Sam.

Setidaknya ada dua kebijakan besar Jepang terkait peralatan militer yang menunjukkan hal tersebut.

Dua kebijakan yang menjadi jawaban atas ejekan Donald Trump terkait hubungan AS dan Jepang.

Baca Juga: Ditanya Secara Pribadi Setuju Tidak Serangan Siber Terhadap Rusia, Jawaban Trump Mengejutkan: 'Tidak Ada yang Lebih Tangguh Menghadapi Rusia Dari Pada Saya', Ini Dalihnya

Namun, sebelum kita mengulas mengenai ejekan Donald Trump, kita lihat dulu bagaimana kebijakan-kebijakan militer Jepang kini semakin ingin menunjukkan kemandirian mereka.

Pada Juni,Jepang telah membatalkan rencana untuk memasang sistem anti- rudal berbasis Aegis Ashore, kata Menteri Pertahanan Jepang Taro Kono pada Kamis (25/6/2020).

Sistem anti-rudal itu awalnya ditujukan untuk menangkis proyektil berteknologi tinggi seperti yang diluncurkan Korea Utara.

"Setelah musyawarah di Dewan Keamanan Nasional (NSC), kami putuskan untuk membatalkan pemasangan di prefektur Yamaguchi dan Akita," ucap Kono dalam pertemuan tertutup Dewan Keamanan Nasional yang dipimpin Perdana Menteri Shinzo Abe.

Baca Juga: WHO Telat! AS Sampai Sudah Keluar, WHO Baru Akui Jika Ada yang Mencurigakan Terkait China dan Virus Corona, Sekarang Baru Mau Diselidiki

Dilansir dari Kyodo pada Kamis (25/6/2020), keputusan ini menyusul pengumuman mendadak Kono pada 15 Juni, bahwa mereka telah menghentikan proses pemasangan dua pelontar rudal buatan Amerika Serikat (AS).

Saat itu, Jepang berdalih bahwa pembatalan dilakukan karena masalah teknis dan bertambahnya biaya.

Dalam pertemuan dengan jajaran Partai Demokrat-nya Abe yang sebagian terbuka untuk media, Kono juga berujar Kementerian Pertahanan sulit memilih lokasi alternatif.

Padahal, kondisi Jepang saat itu sedang berada dalam krisis karena adanyaancaman rudal balistik Korut

Mengingat Beijing dan Pyongyang sedang mengembangkan rudal balistik baru yang tampaknya lebih sulit dicegat, Menhan berkata Jepang harus "mempertimbangkan apa yang akan kita lakukan (untuk menanggapi ancaman semacam itu) dalam jangka menengah dan panjang."

Bikin pesawat sendiri

Tidak sampai satu bulan kemudian, Jepang mengumumkan rencana membangun salah satu pesawat jet siluman paling canggih di dunia.

Pesawat jet siluman itu kemungkinan pesawat bermesin ganda yang dirancang untuk mengambil alih peran pertahanan udara penting Jepang pada dekade mendatang.

Baca Juga: Punya Banyak Musuh dan Dinilai Selalu Kontroversial, Justru Trump Miliki Peluang Sebesar 91% untuk Menang Pilpres dan Jadi Presiden AS Lagi

Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan kepada anggota parlemen negara itu, jet tempur generasi keenam yang baru akan mulai berproduksi pada tahun fiskal 2031 dan menggantikan armada tua negara itu.

Saat ini Jepang memiliki sekitar 100 unit jet F-2, pesawat tempur mesin tunggal generasi keempat yang meniru model F-16 Amerika.

CNN melaporkan, Jepang menyisihkan angaran lebih dari US$ 261 juta (28 miliar yen) untuk program yang dikenal sebagai FX.

Termasuk anggaran untuk mengembangkan pesawat tanpa awak yang dapat beroperasi dengan jet siluman.

Fitur-fitur lain yang akan ditampilkan dalam jet tempur baru Jepang adalah kemampuan untuk menyinkronkan penargetan rudal antara beberapa pesawat, yang dikenal sebagai pengendalian kebakaran terintegrasi atau penembakan jaringan.

Lalu kemampuan senjata internal, seperti yang terlihat pada jet stealth F-22 Amerika.

Kesal dengan ejekan Trump

Beberapa pihak kemudian menduga pilihan-pilihan Jepang terkait dengan pertahanannya saat ini merupakan respons atas ejekan Donald Trump.

Baca Juga: Trump Paksa Sekolah Dibuka Kembali, Guru di AS: Kami Tantang Presiden Trump untuk Duduk di Kelas di Tengah Pandemi Virus Corona Ini!

Pada 28 Juni 2019, Trump mempertanyakan keadilan dari perjanjian pertahanan yang telah berlangsung beberapa dasawarsa antara AS dan Jepang.

Menurut Trump, perjanjian itu mensyaratkan pasukan Amerika untuk membela Jepang. Namun tanpa ada kewajiban untuk melakukan sebaliknya.

Perjanjian itu, yang pertama kali ditandatangani setelah Perang Dunia II dan terakhir diamandemen hampir 60 tahun yang lalu, memberi AS hak untuk menempatkan pasukan militer di Jepang sebagai imbalan atas komitmen untuk membela negara itu jika terjadi serangan.

Dalam wawancara dengan Fox Business Network, Trump mengatakan terlalu banyak negara mengambil "keuntungan luar biasa dari Amerika Serikat."

"Kami memiliki perjanjian dengan Jepang - jika Jepang diserang, kami akan memerangi Perang Dunia III," kata presiden. "Kami akan masuk dan melindungi mereka dan bertarung dengan nyawa kami dan dengan harta kami. Kami akan bertarung dengan segala cara.

"Tetapi jika kami diserang, Jepang tidak harus membantu kita sama sekali," tambahnya. "Mereka cukup menonton serangan itu di televisi Sony."

Sebagian artikel ini sudah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Tandingi China, Jepang bangun jet tempur siluman paling canggih di dunia" dan kompas.com dengan judul "Jepang Batal Pasang Sistem Anti-Rudal Aegis Ashore, Ini 2 Sebabnya".

Artikel Terkait