Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, melesetnya prediksi itu kemungkinan karena banyaknya kasus yang belum terdeteksi.
Buktinya, kata dia, rata-rata kasus infeksi di Indonesia masih berada pada kisaran di atas 11 persen.
"Angka kasus positif Covid-19 masih banyak yang belum terdeteksi di masyarakat. Hal ini bisa terlihat dari positive rate Indonesia yg rerata di kisaran 11 persen ke atas. Jadi wajar bila jauh di bawah prediksi," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (4/7/2020).
Deteksi belum optimal
Mengutip Harian Kompas, Jumat (3/7/2020) Henry Surendra, peneliti serologi dan epidemiolog Laporcovid19.org, mengatakan, salah satu hambatan percepatan tes Covid-19 dengan PCR di Indonesia adalah penggunaan tes cepat (rapid test) berbasis antibodi untuk diagnosis, padahal akurasinya rendah.
Laporcovid-19 mendapat informasi dari sejumlah dokter yang ditekan kepala daerah agar mengurangi tes PCR dan hanya memakai tes cepat antibodi sehingga kasus positif tak bertambah.
Padahal, tes cepat lebih tepat untuk studi guna mengetahui tingkat kekebalan komunitas dan sebaran orang yang pernah tertular.
Jadi, pemerintah perlu mengevaluasi penggunaan tes cepat yang rentan disalahpahami dan disalahgunakan.