Menurut Betuah, apabila menikah namun tradisi Bekintangon-nya belum genap lima tahun lebih atau sekitar 2.000 hari, maka ada tradisi dipukul pakai kayu (lelaki dan perempuan) oleh seluruh keluarga perempuan.
"Pukulan itu terkadang sampai cacat. Tapi kita boleh melarikan diri."
"Ini bagian dari menebus dosa. Karena bekintangon belum sampai 2.000 hari," kata Betuah menjelaskan.
Tradisi Bekintangon ini juga diabadikan dalam buku Butet Manurung, Sokola Rimba.
Dalam buku itu, Butet menjelaskan perempuan rimba memiliki posisi tinggi dalam peradaban Orang Rimba.
Dalam ritual pengobatan bebale, yakni ritual paling sakral, dipimpin oleh perempuan yang disebut malim atau dukun.
Untuk mengukuhkan Tumenggung, pemimpin tertinggi Orang Rimba juga perempuan.
Meskipun Orang Rimba lelaki memiliki banyak istri, tapi garis keturunan berasal dari ibu atau matrilineal.
Dengan demikian, apabila lelaki hendak memperistri perempuan rimba, maka dia harus tinggal bersama keluarga perempuan selama beberapa tahun.
Ujian niti antui
Setelah melewati tradisi Bekintangon, apabila berhasil, maka lanjut pada ujian berikutnya, yakni niti antui.
Niti antui ini memang menyerahkan jodoh atau tidaknya kepada alam.