Penulis
Intisari-Online.com -Seorang prajurit Indonesia yang tergabung dalam pasukan perdamaian PBB dilaporkan tewas dalam serangan di RD (Republik Demokratik) Kongo.
Dia gugur setelah patrolinya diserang oleh milisi pada Senin malam waktu setempat (22/6/2020) di dekat Beni, kota di Provinsi Kivu Utara.
Kabar itu disampaikan Sy Koumbo, perwira komunikasi Misi Stabilisasi PBB untuk RD Kongo (Monusco), seperti dilaporkan AFP Selasa (23/6/2020).
"Satu anggota Helm Biru (pasukan perdamaian PBB) gugur dan satunya terluka namun tidak serius.
Saat ini kondisinya stabil," jelas Koumbo. Dalam rilis resminya, Kepala Monusco Leila Zerrougui mengecam serangan itu, dan menduga pelakunya adalah Pasukan Aliansi Demokratik (ADF).
ADF adalah gerakan yang berasal dari negara tetangga Uganda pada 1990-an.
Pada 1995, mereka pindah dan bermarkas di Kongo, meski diyakini mereka tidak melancarkan serangan ke Uganda selama bertahun-tahun.
Sebuah laporan kepada Dewan Keamanan PBB pada bulan Januari mengatakan bahwa ADF memiliki karakteristik kelompok bersenjata dan organisasi kriminal.
Melansir Al Jazeera, ADF merupakan kelompok yang dinamis namun misterius.
Tujuannya saat ini tidak jelas. Kelompok itu tidak mengeluarkan pernyataan publik ataupun mengklaim bertanggung jawab atas serangan yang terjadi.
Sumber pemerintah dan PBB mengatakan keanggotaannya antara 1.500 dan 2.000 orang, dengan agen perekrutan di negara lain di wilayah tersebut.
Sumber pendanaan mereka juga tidak jelas tetapi kelompom itu sering menyerang pangkalan militer Kongo (FARDC) untuk mendapatkan senjata dan mereka bertani di hutan.
Dua puluh dua ribu tentara Kongo di bawah komando lima jenderal memulai operasi melawan ADF pada Oktober 2019.
Komandan tentara yang memimipin pasukan ke garis depan di hutan mengatakan mereka mendorong pemberontak keluar dari benteng mereka.
Operasi itu menewaskan lusinan orang, termasuk beberapa dari mereka, pemimpin, dan menangkap banyak anggota ADF.
Tetapi situasi di beberapa bagian wilayah itu menjadi semakin berbahaya.
Militan ADF telah membunuh hampir 1.000 orang sejak serangan dimulai.
Para pegiat HAM seperti Kizito Bin Hangi menuduh pasukan keamanan tidak terorganisir dan memiliki strategi yang cacat.
Baca Juga: Gawat Nih, Beredar Rumor Gojek Akan PHK Karyawan, Benarkah Begitu?
"Beberapa serangan terjadi sangat dekat dengan pangkalan dan posisi militer. Para pejuang tampaknya memiliki waktu untuk menyerang, mencuri dan membuat jalan kembali ke hutan di mana ribuan pasukan pemerintah ini berada," kata Hangi.
Saat pertanyaan itu diajukan ke Chaligonza Nduru, jenderal yang bertanggung jawab atas pasukan Kongo, ia mengatakan:
"Dalam perang, sayangnya, ada kerugian dan kematian. Kami mengalahkan musuh. Mereka tidak memiliki kapasitas lagi untuk melawan militer sehingga mereka menyelinap ke desa-desa seperti pengecut dan membunuh penduduk desa yang tak berdaya untuk membuat mereka kehilangan kepercayaan pada kemampuan kita untuk melindungi mereka. Kami berurusan dengan teroris dan kami akan melenyapkan mereka karena kami memiliki kelompok pemberontak lainnya di DRC."
Bulan Mei lalu, lusinan warga sipil tewas di Kongo timur dalam serangkaian pembantaian oleh milisi ADF, menurut sumber PBB dan satu LSM setempat mengatakan kepada AFP.
Pasukan Demokrat Sekutu (ADF) telah menewaskan ratusan orang di wilayah itu sejak akhir 2019, sebagai balasan atas serangan militer terhadap pangkalan mereka.
Melansir The Defense Post, sumber PBB, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan setidaknya 22 orang tewas dalam dua serangan pada Senin dan Selasa (25-26 Mei 2020) di selatan provinsi Ituri, dekat perbatasan dengan provinsi Kivu Utara.
Setidaknya 16 orang lainnya tewas Jumat lalu dan pada hari Minggu, kata sumber itu.
Kelompok pemantau yang disebut Pelacak Keamanan Kivu (KST) mengatakan bahwa sejak 7 Mei telah mencatat kematian 50 warga sipil, yang dikaitkan dengan ADF, di daerah Kivu Utara di Beni saja.
Kematian yang dikaitkan dengan ADF pada bulan April berjumlah 30, kata KST.
Baca Juga: Rumor itu Nyata, Gojek PHK 430 Karyawan Dengan Pesangon Berikut Ini