Inilah Pedang Damaskus, Pedang Salahuddin Al-Ayyubi Legendaris yang Tertajam dan Paling Kuat di Dunia, Konon Dapat Membelah Ringan Sapu Tangan Sutra yang Mengapung di Udara

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Intisari-Online.com- Selain pedang Zulfikar milik Ali bin Abi Thalib, pedang favorit Salahuddin Al-Ayyubi adalah warisan peninggalan penting umat Islam.

Jika mendengar kata pedang, kita akan segera menyebut pedang besar Excalibur dari Arthur atau katana dari Jepang sebagai yang paling unggul atau terkuat.

Tidak mengherankan, karena gelombang film Hollywood atau serial TV yang sering kita tonton selalu menampilkan pedang-pedang terkenal.

Namun, menurut sebuah penelitian yang dipelopori oleh Peter Paufler dan rekan-rekannya dari sebuah universitas Jerman, terungkap bahwa katana atau pedang besar bukanlah yang paling kuat.

Baca Juga: 10 Manfaat Labu Siam untuk Kesehatan, Baik untuk Kesehatan Jantung!

Berdasarkan ilmu metalurgi yang diteliti secara mendalam, mereka menyimpulkan bahwa pedang yang paling kuat dengan ketajaman yang menakjubkan adalah pedang Damaskus.

Pedang Damaskus menjadi terkenal ketika digunakan oleh Salahuddin Al-Ayyubi, seorang pemimpin Muslim, dengan pasukannya dalam menghadapi serangan tentara Richard the Lion Heart selama Perang Salib Ketiga.

Bahkan, helm dan baju besi baju besi Salahuddin menggunakan baja yang sama seperti yang digunakan untuk membuat pedangnya.

Mengungkapkan kehebatan pedang Damaskus.

Baca Juga: Pernah Habisi 'Tambang Emasnya' Sendiri dengan 32 Tusukan, Inilah Sosok John Kei, 'Mafia Jakarta' yang Ditangkap Lagi Setelah 1 Tahun Dibebaskan

Dikatakan bahwa sapu tangan sutra yang mengapung di udara dapat terbelah ringan oleh pedang ini.

Bahkan, benda keras dan padat seperti batu dapat dibelah dua tanpa membuat pedang menjadi tumpul setelahnya.

Tidak hanya ketajamannya yang tak tertandingi, pedang ini juga memiliki keajaiban dalam hal fleksibilitas.

Baca Juga: Pedang Emas Ditemukan di Kuburan Prajurit Raja, Fungsinya Sakralnya Dipercaya Mampu Menembus ke Alam Baka

Ia sangat ringan dan sangat kuat sekaligus.

Di masa lalu, pedang ini memiliki karakter dengan bentuk yang melengkung, semakin runcing ke ujungnya.

Pola tersebut terbentuk bukan hasil dari teknik tertentu, tetapi itu terjadi secara alami.

Apa yang membuat pedang Damaskus begitu superior?

Baca Juga: Ilmuwan Kebingungan: Berusia 700 Tahun, Pedang Abad Pertengahan Ini Ditemukan Utuh Menancap pada Batu di Dasar Sungai

Bahan utama dalam membuat pedang ini adalah baja wootz.

Namun, karena pertempuran antara pejuang Muslim dan tentara Kristen, orang-orang mulai menyebut baja itu sebagai baja Damaskus, diambil dari nama ibu kota Suriah.

Padahal, baja ini merupakan pasokan dari India.

Baca Juga: Kisah Letnan TNI Komaruddin, Anggota TNI yang Sakti Mandraguna dan Kebal Peluru, Tapi Menghilang Secara Misterius pada Akhir Hidupnya

Pedang Damaskus asli memiliki pola air yang mengalir.

Menurut ilmuwan Jerman, baja wootz pada waktu itu memiliki Carbon Nano Tubes (CNT).

Dengan partikel CNT ini, pedang baja Damaskus menjadi lebih kuat hingga puluhan kali lipat dari baja biasa.

Namun, rahasia utama pedang ini terletak pada teknik pembuatannya.

Baca Juga: Cerita Lengkap Bagaimana Negara Israel 'Kemarin Sore' yang Miskin Bisa Membangun Senjata Nuklir hingga Puluhan Miliarder Yahudi Sedunia Kompak Sumbang Dana

Tingkat ketelitian dalam penempaan pedang ini diduga telah berhasil menghasilkan CNT dalam struktur mikro baja.

Namun, sayangnya teknik otentik dalam menempa pedang ini secara bertahap menghilang sejak abad ke-18.

Hal ini disebabkan pasang surutnya pasokan baja wootz dari India.

Dan setidaknya menjadi sumber referensi tentang cara atau proses pembuatan pedang super tajam ini.

Baca Juga: 5 Bala Tentara Terkuat: Pada 2030, Mereka Akan Menjadi Angkatan Darat Terbaik di Dunia, Negara Mana Saja Ya?

Pendekar pedang di era modern sekarang bahkan bersaing untuk mencoba menduplikasi pedang Damaskus.

Namun, pedang yang mereka hasilkan tidak pernah sama dengan pedang asli Damaskus dari Salahudin Al-Ayyubi atau tentaranya.

Bahan baku yang digunakan tidak lagi sama dengan baja Damaskus pada saat itu dan teknik aslinya jauh berbeda dari pengrajin pada waktu itu. (*)

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait