Find Us On Social Media :

Disebut Lebih Buruk dari Pandemi Virus Corona, 1 dari 3 Bencana Besar Ini Diprediksi Akan Terjadi dalam Beberapa Dekade ke Depan

By Mentari DP, Minggu, 21 Juni 2020 | 09:30 WIB

Ilustrasi letusan gunung api.

Intisari-Online.com - Saat ini, seluruh dunia tengah menghadapi pandemi virus corona (Covid-19).

Pandemi ini sudah terjadi selama 6 bulan lamanya dan belum ada tanda-tanda virus akan berakhir.

Akibatnya lebih dari 8 juta orang di dunia terinfeksi dan ratusan ribu lainnya meninggal dunia.

Belum lagi faktor-faktor lainnya yang terkena dampak. Entah sudah berapa kerugian akibat pandemi virus corona ini.

Baca Juga: Terkait Konflik Laut China Selatan, Indonesia Telah Tegaskan Posisinya dan Tolak Tawaran China, 'Tak Ada yang Bisa Dinegosiasikan dengan China'

Nah, ketika kita masih dipusingkan dengan pandemi virus yang belum ada obatnya ini, ada sebuah studi yang mengungkap bahwa kita akan menghadapi bencana lainnya.

Bahkan bencana ini disebut lebih buruk daripada krisis virus corona.

Bencana apakah itu?

Dilansir dari express.co.uk pada Minggu (21/6/2020), para peneliti dari Deutsche Bank mengklaim setidaknya satu dari tiga bencana besar akan terjadi dalam beberapa dekade mendatang.

Baca Juga: Sudah Berusia 94 Tahun, Tapi Mahathir Mohamad Masih Ingin Jadi Pemain di Politik Malaysia, 'Bagi Saya, Ini Adalah Tugas'

Pandemi influenza (flu) yang menewaskan lebih dari dua juta orang di dunia adalah salah satu skenario.

Untuk referensi, pandemi virus corona saat ini telah membunuh 443.765 orang di seluruh dunia.

Skenario lain termasuk letusan gunung berapi yang jadi bencana global, suar matahari besar, atau perang dunia.

Dan semua skenario itu disebut lebih mengkhawatirkan dan mengerikan.

Sebab para peneliti mengumumkan ada kemungkinan 56% dari salah satu bencana ini akan terjadi.

Studi statistik didasarkan pada berbagai studi dan penilaian risiko.

Misalnya, para peneliti menghilangkan gempa bumi dari jumlah tersebut karena mereka lebih banyak terjadi pada peristiwa lokal.

 

Baca Juga: Hampir 15 Jam, Ibu Muda Ini Pilih Melahirkan dalam Air di Rumahnya Sendiri Karena Takut Terinfeksi Virus Corona Jika Pergi ke Rumah Sakit

Sementara suar matahari atau semburan matahari sangat jarang sekali dibahas sebagai suatu kemungkinan.

Perlu Anda tahu, suar matahari atau semburan matahari adalah ledakan besar di atmosfer matahariyang dapat melepaskan energi yang sangat besar.

Memang peristiwa parah ini terjadi pada 1859.

Tetapi studi Deutsche Bank telah menghitung bahwa kejadian ini lebih mungkin daripada perang dunia.

“Mungkin ada pemadaman listrik yang besar karena jaringan tenaga listrik terganggu."

"Yang pada gilirannya akan memiliki efek besar di seluruh ekonomi karena infrastruktur tidak dapat berjalan dengan baik," kata penliti.

"Lalu bisa berdampak pada rumah sakit dan perawatan medis."

"Komunikasi juga akan terganggu dan banyak sistem pembayaran tidak berfungsi."

"Dan satelit GPS [Global Positioning System] akan menghadapi gangguan yang luas."

"Sehingga hal ini jelas merugikan semua individu dan industri yang bergantung pada layanan lokasi yang akurat, tidak terkecuali pesawat terbang."

Studi telah menilai kemungkinan terjadinyas uar matahari besar adalah 12 persen dalam satu dekade.

Ini berarti ada kemungkinan 40 persen pijar seperti itu akan terjadi dalam 40 tahun ke depan.

Baca Juga: Padahal Sudah Dapat Diskon, Nyatanya Malaysia Hanya Bisa Tebus 2 Jet Tempur Kelas Rendah JF-17 Thunder, Kalah dari Myanmar yang Langsung Beli 3 Unit!

Kemungkinan lain yang cenderung memiliki efek besar juga adalah ketegangan  hubungan antara AS dan China.

Soal keuangan, beberapa bulan terakhir telah terbukti sebagai pengingat betapa kuatnya dampak pasar keuangan dalam menghadapi bencana global.

"Mengingat bahwa Covid-19 telah menyebabkan resesi parah (kemerosotan yang parah) karena banyak negara yang melakukan lockdown."

Contoh lain, gunung berapi Eyjafjallajökull yang relatif terpencil di Islandia menutup hampir semua wilayah udara Eropa pada tahun 2010, yang menyebabkan gangguan ekonomi yang luas.

Dan lebih jauh lagi pada tahun 1991, letusan Gunung Pinatubo di Filipina sangat besar sehingga menyebabkan penurunan suhu global selama dua tahun berikutnya.

"Jadi pertanyaan penting adalah apa yang akan terjadi jika letusan yang jauh lebih besar dan lebih dahsyat akan terjadi, dan seberapa besar kemungkinan dampak ini akan ini terjadi?", tutup para peneliti.

Baca Juga: Sering Klaim Kebudayaan Indonesia, Kini Giliran Kebudayaan Malaysia yang Diklaim Negara Tetangganya, Bahkan Amarah Warga Malaysia Tak Digubris, Kena Karma?