Penulis
Intisari-Online.com -Ketika Republik Indonesia berdiri, beragam upaya dilakukan Belanda untuk merebut Irian Barat (sekarang Papua) pada awal 1960-an dulu.
Salah satunya adalah dengan mengirim HNLMS Karel Doorman.
Ia merupakan kapal induk kelas Colossus milik angkatan laut Belanda yang dibeli dari Inggris pada 1948.
Rupanya, kapal induk ini pun punya kisah apesnya sendiri.
Saat masih dimiliki oleh AL Inggris, HNLMS Karel Doorman bernama asli HMS Venerable (R63) dan masih merupakan kapal induk kelas ringan.
Setelah dibeli Belanda dan diberi nama Karel Doorman, kapal itu dimodifikasi menjadi kapal induk yang cukup besar.
Karel Doorman sendiri merupakan nama seorang komandan AL Sekutu yang gugur di Laut Jawa saat melawan AL Jepang semasa PD II.
Tujuan pembangunan Karel Doorman guna menggantikan kapal induk pengawal yang sebelumnya telah dimiliki AL Belanda, HMS Nairana (D05).
Baca Juga: Lewat 'Diplomasi Kencing, Presiden Soeharto Akhirnya Mengubah Nama Irian Barat Menjadi Irian Jaya
Beberapa upaya dilakukan untuk mengembangkan kapal tersebut menjadi kapal induk yang muat banyak pesawat.
Di antaranya memperluas flight deck, memasang elevator baru, menambahkan peragkat pelontar pesawat, memasang fasilitas penerbangan dan perangkat elektronik lainnya.
Kapal ini juga dipasangi persenjataan baru berupa 12 pucuk kanon antipesawat kaliber 40 mm.
Selain perangkat yang merupakan pendukung penerbangan yang terpasang di flight deck, Karel Doorman juga dipasagi radar baru yang bisa berfungsi sebagai radar peringatan dini.
Baca Juga: Kondisi Ini yang Tidak Boleh Gunakan Manfaat Angkak Beras Ragi Merah
Sejumlah persenjataan baru yang terpasang di Karel Doorman, khususnya kanon kaliber 40 mm, jelas semakin meningkatkan kemampuannya untuk bertempur melayani serangan udara pesawat lawan.
Ketika sudah selesai dibangun, sebelum dikirim ke Irian Barat (Papua) pada tahun 1960, HNLMS Karel Doorman sudah berhasil melaksanakan sejumlah pelayaran jarak jauh ke Amerika Utara dan Kanada (1954).
Pelayaran menuju benua AS itu jika dibandingkan pelayaran Karel Doorman ke Irian Barat cukup setara sehingga para awak kapal dan mesin kapal selalu dalam kondisi siap untuk pelayaran jarak jauh.
Apalagi pada tahun 1959, Karel Doorman kembali berlayar ke sejumlah kota di AS seperti New Port, Rhode Island, Fort Lauderdale, dan Florida sehingga kemampuannya untuk melaksanakan pelayaran jarak jauh makin mumpuni.
Setahun kemudian setelah mempunyai sederet pegalaman berlayar untuk jarak jauh, Karel Doorman pun dikirim ke Irian Barat untuk memperkuat kekuatan militer Belanda.
Pelayaran yang berlangsung secara rahasia itu berlangsung lancar karena kehadiran Karel Doorman di Irian Barat tidak diwarnai upaya pencegatan oleh militer RI.
Dalam pelayaran dari Belanda ke Irian Barat, Karel Doorman dikawal oleh destroyer dan satu kapal tanker.
Untuk menghindari intrik politik dengan Mesir yang merupakan sekutu Indonesia, Belanda punya taktik sendiri.
Karel Doorman dan kapal pengiringnya segaja menghindari Terusan Suez dan memilih berlayar mengitari tanduk Afrika.
Karel Doorman yang saat itu mengangkut pesawat tempur Hawker Hunter sebanyak 12 unit kemudian berlabuh di Freemantle, Australia, dan selanjutnya meneruskan perjalanan final ke Irian Barat.
Tapi setelah mengetahui Indonesia memiliki sejumlah pesawat pengebom Tu-16 KS yang bisa menghancurkan kapal induk dengan hanya menjatuhkan satu bom Kennel, Karel Doorman memilih segera kabur meninggalkan perairan di Irian Barat.
Paska konflik Indonesia-Belanda terkait Irian Barat, Karel Doorman terus dioperasikan oleh AL Belanda.
Pada 26 April 1968, salah satu mesin Karel Doorman terbakar.
Untuk mengganti mesin yang rusak, dipasang mesin secara kanibal yang semula milik kapal perang HMS Leviathan.
AL Belanda masih mengoperasikan Karel Doorman hingga tahun 1969 dan karena pembiayaan yang tinggi kapal induk legendaris itu kemudian dijual ke Argentina.
Sejarah penggantian nama pun terulang lagi, oleh Argentina nama Karel Doorman lalu diubah menjadi ARA Veinticinco de Mayo (V-2).
Ironisnya salah satu misi besar Veinticinco de Mayo adalah melawan negara yang dulu membuatnya, Inggris, dalam Perang Malvinas (1982).
Hafidh
Artikel ini telah tayang di Wiken.id dengan judul "Niat Hati Ingin Rebut Irian Barat, Belanda Malah Dibikin Apes dan Lari Terbirit-birit Usai Tahu Senjata Pamungkas Mematikan yang Dimiliki Militer Indonesia"