Penulis
Intisari-online.com -Abdelmalek Droukdel, pimpinan afiliasi Al-Qaeda Afrika Utara telah terbunuh oleh tentara Perancis.
Hal tersebut diumumkan oleh Menteri Pertahanan Perancis Jumat petang.
Hal tersebut menjadi tonggak kemenangan Perancis setelah bertahun-tahun melawan pasukan jihad di Sahel.
Tidak segera ada konfirmasi kematiannya dari Al-Qaeda di Islamic Maghreb, atau AQIM.
Baca Juga: WHO Beri Kabar Melegakan Dunia, Sebut Virus Corona Tidak Bermutasi Menjadi Lebih Berbahaya
AQIM terkenal karena kejahatannya mendapat jutaan dolar dari culik warga asing untuk rampas harta bendanya.
Bertahun-tahun AQIM terkenal membuat Afrika Barat terlalu berbahaya bagi kelompok pemberi bantuan untuk masuk wilayah tersebut.
Menteri Pertahanan Perancis Florence Parly menulis cuitan jika Droukdel dan beberapa aliansinya dibunuh pada Rabu di Mali utara.
Ia ditembak mati oleh tentara Perancis dan partner mereka.
Masih belum begitu jelas bagaimana identitasnya segera dikonfirmasi oleh tentara Perancis.
Sepak terjang Droukdel
Droukdel, yang juga bernama Abu Musab Abdul Wadud, dulunya berperang di perang sipil Algeria tahun 1990-an.
Ia terkenal sebagai pimpinan utama gerakan pemberontakan Aljazair pada 2004 silam.
Selanjutnya ia mengubah Salafist Group for Call and Combat (GSPC) menjadi Al-Qaeda di Islamic Maghreb atau AQIM.
AQIM memiliki agenda menyebarkan pergerakan mereka di seluruh wilayah Sahel, Afrika gunakan jaringan teroris global.
Di bawah pimpinannya, AQIM mengklaim tanggung jawab atas beberapa serangan mematikan di Algeria.
Terakhir kali diberitakan ia memimpin grup Al-Qaeda di Afrika Utara dan Sahel, termasuk JNIM.
JNIM telah mengklaim tanggung jawab atas serangan mematikan kepada militer Mali dan penjaga perdamaian PBB yang mencoba menstabilkan wilayah yang sedang bertikai tersebut.anti
Operasi anti-teroris Perancis
Parly, Menteri Pertahanan Perancis, menggambarkan Droukdel sebagai 'komite manajemen' anggota Al-Qaeda.
Gerakan anti-teroris yang dilakukan di wilayah tersebut juga telah menangkap figur penting ISIS di Gurun Sahara, Mohamed el Mrabat.
Penangkapan Mohamed terjadi pada 19 Mei silam.
Wanita itu mengatakan operasi tersebut berupaya untuk menangkap grup teroris di wilayah yang telah beroperasi bertahun-tahun walaupun sudah ada ribuan tentara Perancis, PBB dan tentara Afrika lainnya.
Sejak kirimkan tentara tahun 2013 untuk menahan pasukan jihad meneror Mali, Perancis telah berusaha keras untuk menghapuskan gerakan ekstrimis dari wilayah tersebut.
Awal tahun ini tentara Perancis juga berhasil lakukan operasi melawan gerakan ekstrimis ISIS di gurun Sahara.
Namun operasi ini harus dibayar mahal dengan banyaknya pasukan yang meninggal dunia.
2019 lalu tercatat ada 13 tentara Perancis yang meninggal di tengah ketegangan operasi ini.
Afrika menjadi perhatian Perancis karena benua tersebut dulunya dijajah oleh negara tersebut.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini