Find Us On Social Media :

32 Tahun Menjabat Jadi Presiden, Soeharto Pernah Punya Misi Rahasia di Israel, Inilah Kisahnya Mengapa Operasi Alpha Harus Menjadi Misi Rahasia, Jika Gagal Tidak Diakui Kewarganegaraannya

By Maymunah Nasution, Jumat, 29 Mei 2020 | 17:08 WIB

Presiden Soeharto saat mengumumkan mundur dari jabatannya di Istana Merdeka, pada 21 Mei 1998.

Intisari-online.com - Mantan Presiden Soeharto adalah salah satu Presiden penuh rahasia yang pernah memimpin bangsa Indonesia.

Menjabat selama 32 tahun, sudah banyak keberhasilan yang ia raih yang membuat rakyat hidup dengan teratur.

Namun, banyak hal-hal tidak terungkap tentangnya yang tidak ingin ia ketahui oleh masyarakatnya.

Soeharto tercatat pernah beberapa kali melakukan misi super rahasia yang dipercayakan kepada Benny Moerdani.

Baca Juga: Pengusir Kebosanan Ikuti Teka teki Matematika Sulit Ini, Coba Jawab?

Salah satu misi super rahasia Soeharto adalah pembelian 32 pesawat tempur bekas A-4E Skyhawk milik Israel pada 1979.

Melansir dari buku berjudul "Benny Moerdani Yang Belum Terungkap", berikut cerita misi super rahasia Soeharto.

Nama sandi misi super rahasia ini adalah Operasi Alpha, diambil dari huruf depan pesawat A-4E Skyhawk yang akan dibeli.

Pembelian pesawat tempur bekas A-4E Skyhawk secara diam-diam ini dilakukan karena Indonesia saat itu tak punya hubungan diplomatik dengan Israel.

Baca Juga: Kepiawaian Israel Memodifikasi Senjata Perang Terbaik Amerika dan Mengubahnya Jadi Lebih 'Gagah' daripada Aslinya, Termasuk 4 Senjata Ini...

Mantan Kepala Staf TNI AU Marsekal (Purn) Ashadi Tjahjadi dalam bukunya berjudul 'Loyalitas Tanpa Pamrih', menceritakan Benny Moerdani memberikan ancaman kepada para anggota yang ikut dalam misi super rahasia itu.

Benny mengancam tidak akan mengakui kewarganegaraan mereka jika misi ini gagal.

"Yang ragu-ragu silahkan kembali sekarang" ucap Benny di dalam buku Ashadi Tjahjadi.

Baca Juga: Sidang Perdana Kasus Jiwasraya Oleh Pengadilan Tipikor Digelar 3 Juni 2020, Ada Nasabah Asuransi Lain Dirugikan Sampai Rekening Kena Blokir, 'Saya Salah Apa?'

Misi super rahasia ini cukup merepotkan intelijen Indonesia karena harus mengirim tim mulai dari teknisi hingga pilot, tentunya dengan diam-diam.

Semua identitas prajurit yang dikirim dalam misi ini dibuang di laut Singapura.

Bahkan, untuk menjaga kerahasiaan, mereka menyebut Israel dengan Arizona (negara bagian AS).

Djoko Poerwoko, salah satu anggota tim, dalam bukunya berjudul 'Menari di Angkasa', menceritakan bahwa awalnya mereka terbang ke Frankfurt, Jerman.

Baca Juga: Obat Penurun Panas Secara Alami dengan Obat-obatan Rumahan Ini

Setelah beberapa kali ganti pesawat, mereka tiba di bandara Ben Gurion, Tel Aviv, Israel.

Di sana, para pilot itu langsung digiring petugas tanpa sempat menyerahkan surat jalan.

"Betapa hebatnya agen rahasia Mossad (intelijen Israel) yang dapat cepat mengenali penumpang gelap tanpa paspor" kata Djoko dalam bukunya.

Baca Juga: Setelah Cabut Keadaan Darurat, Jepang Sudah Mulai New Normal, Bagaimana Praktiknya?

Misi super rahasia Operasi Alpha berakhir pada 20 Mei 1980.

Tim ini kemudian pulang ke Indonesia melalui Washington.

Kemudian mereka ke Arizona, masuk ke pangkalan US Marine Corps.

Selama tiga hari mereka menjalani pelatihan versi Marine Corps, dan pada hari terakhir mereka diwajibkan berfoto dengan A-4E Skyhawk milik AS.

Baca Juga: Gali Tanah untuk Bikin Septic Tank, Warga Terkejut Temukan Kerangka Manusia dengan 8 Besi yang Menancap

"Ini sebagai kamuflase intelijen" kata Djoko dalam bukunya.

Kembali ke Indonesia, mereka memamerkan Skyhawk ke publik pada peringatan HUT ABRI, 5 Oktober 1980.

Selundupkan 2000 Senjata ke Afganistan

Di samping itu, Soeharto juga pernah memerintahkan misi rahasia lain yakni menyelundupkan 2000 senjata ke Afganistan.

Baca Juga: Diteriaki 'Pembunuh' dan 'Sampah' oleh Rakyatnya, Presiden Ini Harus Saksikan Negaranya Kini Catat Rekor Penambahan Kasus Positif per Hari Tertinggi di Dunia

Hal ini berawal saat pasukan Uni Soviet akan menduduki Afganistan, sehingga membuat Amerika Serikat yang sedang perang dingin pun mulai gusar.

Indonesia di bawah kepemimpinan Soeharto yang saat itu memang dekat dengan Amerika Serikat, lantas memutuskan untuk membantu.

Soeharto mengutus Asisten Intelijen Pertahanan dan Keamanan, Benny Moerdani untuk bertemu dengan kepala intelijen Pakistan.

"Pertemuan itu membahas permintaan pejuang Afganistan dan intelijen Pakistan untuk penyediaan logistik, obat-obatan, dan persenjataan buat pejuang Afganistan" kata Marsekal Madya (Purn) Teddy Rusdy yang saat itu menemani Benny.

Baca Juga: Masker Lemon Buatan Sendiri Sesuai Jenis Kulit, Mau Coba Praktekkan?

Lalu, disepakatilah operasi bersama yang diberi nama Babut Mabur atau permadani terbang.

Operasi ini untuk mengirimkan senjata-senjata sumbangan dari Uni Soviet yang diterima Indonesia saat Trikora, diserahkan kepada pejuang Afganistan.

Tentu saja atas persetujuan Presiden Soeharto.

Teddy Rusdy dalam buku biografinya yang berjudul "Think Ahead" menyebut senjata itu diangkut ke Jakarta dan disimpan di bandara Halim Perdanakusuma.

Baca Juga: Gara-gara Ketinggalan Pesawat, Pria Ini Terciduk Bawa Uang Tunai Rp2 Miliar, Tapi Lalu Malah Pergi Meninggalkannya Begitu Saja, Kok Bisa?

"Waktu itu terkumpul 2000 pucuk senjata, cukup untuk dua batalion" kata Teddy.

Pekerjaan berikutnya, Teddy diperintah Benny untuk menghapus nomor seri senjata-senjata itu.

Baru pada Juli 1981, persiapan pengiriman mulai dilakukan.

Semua senjata dimasukkan ke peti dan diberi tanda palang merah.

Baca Juga: Bocah Asal Sragen yang Jari Tangnnya Digigit Kutu Kucing Meninggal, Benarkah Kutu Kucing Bisa Membunuh Manusia?

Sebagai kamuflase, peralatan tempur ini dicampur dengan obat-obatan dan selimut.

Teddy juga ditugasi Benny mengantar peti-peti tersebut dengan kargo udara, memakai Boeing 707 milik Pelita Air.

Pesawat ini diawaki kapten Arifin, Andullah, dan Danur.

Seluruh aktivitas Teddy dipantau Benny dari Jakarta.

Baca Juga: 5 Manfaat Jantung Pisang untuk Wanita, Termasuk Bisa Kurangi Perdarahan Menstruasi Lho!

Benny juga meminta Teddy terus berkomunikasi menggunakan scrambler atau peralatan komunikasi milik intelijen.

Saat pesawat mendarat, intel Pakistan sudah siaga dengan membawa 20 truk .

Misi penyelundupan senjata pun sukses dan berhasil diterima oleh pejuang Afganistan.

(Putra Dewangga Candra Seta)

Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul "Misi Super Rahasia Soeharto di Israel, Benny Moerdani Ancam Tak Akui Kewarganegaraan Jika Gagal"

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini