Advertorial
Intisari-Online.com - Pada 22 tahun lalu, tepatnya pada21 Mei 1998, sebuah peristiwa sejarah terjadi di Indonesia.
Di hari yang sama antara hari ini dan 22 tahun lalu,Presiden Soeharto berdiri di depan muka mikrofon,di Istana Merdeka, Jakarta.
Matanya tertuju pada sejumlah lampiran kertas yang dipegang kedua tangannya.
Perlahan, ia mulai berpidato dengan suara serak. Sementara, di sekitarnya, berdiri sejumlah pejabat negara lainnya.
Mulai dari Wakil Presiden BJ Habibie hingga Ketua MPR/DPR Harmoko.
Mereka tampak khidmat mendengarkan pidato kali terakhir Soeharto sebagai pimpinan negara.
Ini sekaligus menjadi catatan bersejarah bangsa Indonesia dengan lahirnya momen peralihan kekuasaan dari Soeharto ke Bacharuddin Jusuf Habibie.
Klimaks dari pidato tersebut adalah pengunduran diri Soeharto sebagai presiden usai berkuasa selama 32 tahun.
"Saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden, terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini pada hari ini, Kamis 21 Mei 1998," ujar Soeharto dikutip dari dokumentasi Kompas.
Sesuai pasal 8 UUD 1945, maka Habibie yang akan melanjutkan sisa waktu jabatan presiden sekaligus Mandataris MPR 1998-2003.
Adapun pengalihan kekuasaan yang bersejarah itu berlangsung 10 menit di credentials room Istana Merdeka.
Minta dukungan rakyat
Kemudian pada malam harinya, di Istana Merdeka, Habibie menggelar pidato perdananya sebagai Presiden.
Dalam pidatonya, Habibie mengharapkan dukungan sepenuhnya dari seluruh lapisan masyarakat dalam menjalankan tugas sebagai Presiden ke-3 Republik Indonesia.
"Saya mengharapkan dukungan dari seluruh rakyat Indonesia untuk bersama-sama dapat keluar dari krisis yang sedang kita hadapi, yang hampir melumpuhkan berbagai sendi-sendi kehidupan bangsa," kata Bapak Teknologi Indonesia itu.
Komitmen
Mundurnya Soeharto tak lepas dari keberhasilan ribuan mahasiswa menguasai gedung DPR/MPR.
Aksi mahasiswa tersebut merupakan rentetan dari kemunculan suara kritis terhadap Soeharto dan rezim Orde Baru, sembari menuntut percepatan proses reformasi.
Menurut Habibie, perjuangan mahasiswa dalam mempercepat proses reformasi merupakan angin segar yang menghembus memasuki abad ke-21.
"Saya memperhatikan dengan sungguh-sungguh dinamika aspirasi yang berkembang dalam pelaksanaan reformasi secara menyeluruh, baik yang disampaikan oleh mahasiswa dan kaum cendekiawan, maupun yang berkembang dalam masyarakat serta di kalangan Dewan Perwakilan Rakyat," tutur Habibie.
Habibie juga berkomitmen melakukan reformasi secara bertahap dan konstitusional di segala bidang, dengan memulihkan kehidupan sosial-ekonomi, meningkatkan kehidupan politik demokratis, mengikuti tuntutan zaman dan generasinya, dan menegakkan kepastian hukum sesuai Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan itu, katanya, akan segera disusun kabinet yang sesuai dengan tuntutan zaman, aspirasi, dan kehendak rakyat, yaitu kabinet yang profesional dan memiliki dedikasi serta integritas tinggi.
Tugas pokok kabinet itu, katanya, menyiapkan proses reformasi.
Di bidang politik, antara lain dengan memperbarui berbagai perundang- undangan dalam rangka lebih meningkatkan kualitas kehidupan berpolitik yang bernuansa pada Pemilu sebagaimana yang diamanatkan oleh Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN).
Di bidang hukum antara lain meninjau kembali Undang-undang Subversi.
Di bidang ekonomi, mempercepat penyelesaian undang-undang yang menghilangkan praktek-praktek monopoli dan persaingan yang tidak sehat.
Ia juga menyatakan akan tetap melaksanakan komitmen yang telah disepakati dengan pihak luar negeri, khususnya dengan melaksanakan program reformasi ekonomi sesuai kesepakatan dengan Dana Moneter Internasional (IMF).
Kepada segenap potensi bangsa, ia menyerukan, "Marilah kita mengakhiri pertentangan-pertentangan yang ada di antara kita agar waktu yang sangat terbatas ini dapat dipergunakan secara efektif dalam rangka menyelesaikan krisis yang sedang kita hadapi."
"Atas nama pemerintah dan atas nama pribadi, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Presiden Republik Indonesia kedua, Haji Muhammad Soeharto, atas segala jasa dan pengabdiannya kepada nusa dan bangsa."
"Saya percaya, bahwa rakyat Indonesia juga menghargai jasa dan pengabdian beliau," kata Habibie.
(Achmad Nasrudin Yahya)
(rtikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Permintaan BJ Habibie Tak Lama Setelah Soeharto Tak Menjabat Lagi... ")