Find Us On Social Media :

Mengapa Orang Bisa Begitu 'Pede' Ambil Pilihan 'Ngaco'? Meninjau Sisi Ilmiah dari Pernyataan 'Konyol' Indira Kalistha yang Remehkan Corona

By Khaerunisa, Sabtu, 16 Mei 2020 | 20:59 WIB

Indira Kalistha saat wawancara dengan Gritte Agatha

Baca Juga: Gara-gara Corona, Ratusan Bayi Ini 'Terdampar' Tanpa Orang Tua, Praktik Bisnis Sewa Rahim pun Terbongkar

Ditinjau dari sisi ilmiah, pernyataan atau sikap 'konyol' seperti yang ditunjukkan Indira Kalistha yang meremahkan virus corona dijelaskan oleh seorang ahli.

Melansir Quartz, dikatakan bahwa untuk menemukan alasan sebenarnya saat seseorang tampak mengabaikan pandangan para ahli tentang hal-hal penting, maka perli melihat bagaimana kita memproses informasi.

Keputusan Cepat

Dalam The Stupidity Paradox, sebuah karya oleh Andre Spicer, seorang Profesor Perilaku Organisasi, Cass Business School, City University London, bersama rekannya Mats Alvesson, dikatakan bahwa salah satu alasan mengapa di dunia orang-orang yang semakin pintar sering kali seseorang membuat keputusan yang sangat bodoh yaitu karena bias kognitif bawaan.

Menurutnya, kita sering membuat keputusan cepat tentang masalah kompleks berdasarkan kepercayaan masa lalu kita atau bahkan asosiasi kebetulan. Setelah kita membuat keputusan ini, yang sering terjadi dalam hitungan milidetik, kita memulai proses yang melelahkan untuk membuktikan diri kita benar.

Kita akan mencari informasi yang membenarkan keputusan yang sudah dibuat, yang sering kali diambil secara cepat.

Di sisi lain, informasi yang menantang keyakinan mereka diabaikan dengan cermat. Alasannya, karena itu bisa membuat mereka tidak nyaman dan mengharuskan mereka untuk berpikir lagi.

Baca Juga: Ini Beda Introvert dengan Ambivert, Ketertarikan Bidang Sosial Berbeda

Dan memang benar bahwa memperhatikan bukti para ahli bisa menjadi tidak nyaman.

Ada kontradiksi yang sulit yang membutuhkan penurunan yang memalukan. Manusia cenderung menghindari apa yang oleh psikolog disebut disonansi kognitif dengan cara apa pun.

Ketika fakta tidak sesuai dengan keyakinan kita, kita cenderung memilih untuk mengubah fakta, bukan keyakinan kita.