Find Us On Social Media :

Peringatan! Ilmuwan NASA Ini Sebut Matahari Memasuki Periode 'Lockdown', Bisa Sebabkan Kelaparan, Gunung Api Meletus, hingga Cuaca Dingin yang Ekstrim

By Mentari DP, Sabtu, 16 Mei 2020 | 09:25 WIB

Ilustrasi Matahari dan Bumi.

Intisari-Online.com - Lockdown menjadi salah satu kebijakan yang dipilih beberapa negara untuk menghentikan penyebaran virus corona (Covid-19).

Lockdown atau penguncian berarti menghentikan segala aktivitas luar seperti penerbangan, transportasi umum, hingga membuat orang hanya berada di rumah.

Ada beberapa negara yang berhasil menerapkannya.

Namun ada juga yang mengalami masalah akibat lockdown.

Baca Juga: Pria Ini Rutin Minum Air Rebusan Bawang Putih, Setelah 10 Hari, Hal Tak Terduga yang Terjadi pada Tubuhnya

Nah, bicara soal lockdown, menurut para ahli saat ini Matahari kita juga mengalami 'lockdown'.

Wah, apa maksudnya?

Dilansir dari nypost.com pada Sabtu (16/5/2020), Matahari kita, yang merupakan pusat tata surya saat ini telah berada dalam periode 'solar minimum' atau 'minimum Matahari'.

Artinya aktivitas di permukaannya telah turun secara drastis.

Baca Juga: Waspada, Makan Sayur Bayam dan Tempe Goreng Secara Bersamaan Beresiko Timbulkan Penyakit Berbahaya Ini

Dengan kondisi ini, maka para ahli percaya bahwa kita akan memasuki periode terdalam dari 'resesi' sinar Matahari, yang pernah tercatat sebagai bintik Matahari telah menghilang.

"Solar Minimum sedang berlangsung dan ini sangat dalam," kata astronom Dr. Tony Phillips.

"Dalam hitungan, kondisi Matahari saat ini adalah salah satu yang terdalam pada abad ini."

"Di mana medan magnet Matahari menjadi lemah, memungkinkan sinar kosmik ekstra ke tata surya."

Apakah kita harus waspada?

Jawabannya ya. Sangat.

Sebab, ada beberapa dampak besar yang bisa terjadi.

"Hal ini dapat menimbulkan bahaya kesehatan bagi para astronot dan mereka yang berada di kutub."

"Lalu juga memengaruhi elektro-kimia atmosfer di atas Bumi dan dapat membantu memicu petir."

Baca Juga: Aneh, Habis Ambil Uang di ATM Ini, Sejumlah Orang Mengaku Uangnya Hilang, Ada yang Kehilangan Rp3 Juta hingga Rp29 Juta!

Belum selesai.

Ilmuwan NASA itu khawatir bahwa kondisi ini bisa mengulang kejadian antara tahun 1790 dan 1830 yang disebut Dalton Minimum.

Di mana kondisi tersebut mengarah pada periode musim dingin yang brutal, kehilangan panen yang mengakibatkan kelaparan, dan letusan gunung berapi yang kuat.

Saat itu, kondisi suhu merosot hingga 2 derajat Celcius (3,6 derajat Fahrenheit) selama 20 tahun dan menghancurkan produksi pangan dunia.

Pada 10 April 1815, letusan gunung berapi terbesar kedua dalam 2.000 tahun terjadi di mana Gunung Tambora di Indonesia meletus dan menewaskan sedikitnya 71.000 orang.

Ini juga menyebabkan 'Tahun Tanpa Musim Panas' pada tahun 1816 dan ada salju di bulan Juli.

Baca Juga: Sudah Tahu Belum Ada Obatnya, 2 Apoteker Ini Malah Nekat Buat Obat Virus Corona, Begini Nasib Keduanya Usai Coba Racikan Obat yang Mereka Buat Sendiri