Saat itulah dia menyadari telah menjadi korban penipuan.
Penghasilan sebulan sang suami tak mencapai Rp 10 juta seperti yang dijanjikan sang perantara.
Penghasilan sang suami tak menentu karena dia bekerja sebagai tukang di proyek-proyek pembangunan.
Setiap hari mulai pukul 07.00 hingga 19.00, Monika harus membuat bunga kertas untuk dijual sang ibu mertua.
Meski sudah ikut membantu, tak jarang Monika kerap dihukum tak mendapat makanan dan dia juga tak diizinkan mengakses internet.
Akibatnya, Monika sepenuhnya terputus dari keluarga dan teman-temannya di Indonesia.
"Ibu mertua saya amat menakutkan. Saya masih trauma jika memikirkan dia. Melihat dia dari jauh saja sudah cukup membuat saya ketakutan," ujar Monika.
Meski dilarang mengakses internet, Monika selalu mencuri waktu menggunakan internet terutama untuk belajar sedikit bahasa Mandarin.