Penulis
Intisari-Online.com - Dampak ekonomi akibat Covid-19 pun dirasakan oleh negara maju seperti Amerika Serikat (AS).
Kini, demi menyelamatkan ekonomi negaranya, pemerintah AS bersiap untuk membuka lockdown.
Hal itu akan segera dilakukan meski memiliki risiko banyaknya warga AS yang terus meninggal akibat Covid-19.
Melansir Daily Star (6/5/2020), Presiden AS, Donald Trump telah mengakui lebih banyak warga AS akan meninggal jika lockdown diakhiri, tetapi ia tetap akan menghentikan lockdown.
"Kita harus membuat negara kita terbuka (berhenti lockdown)," katanya.
Sekitar satu 1,25 juta orang Amerika dipastikan telah terinfeksi Covid-19, dengan jumlah yang masih meningkat tajam.
Saat ini, 72.275 warga AS telah meninggal, dengan 16.179 pasien lebih lanjut dalam kondisi kritis.
Kematian per juta statistik populasi, kuran utama seberapa baik suatu negara menangani pandemi, adalah 218.
Prediksi Trump sendiri tentang berapa banyak orang Amerika akan mati bervariasi, dari sesedikit '50.000 hingga 60.000' pada 17 April hingga 'di mana saja dari 75.000 hingga 100.000 kematian' pada 3 Mei.
Sementara itu, Trump tengah bersiap-siap untuk menghentikan gugus tugas virus corona Gedung Putih, bahkan ketika para ahli medis memperingatkan bahwa kondisi yang terburuk belum datang.
Trump 'mengiyakan' ketika ditanya oleh ABC News terkait pencabutan langkah-langkah jarak sosial dan pembukaan kembali ekonomi yang ditutup, akan menyebabkan angka kematian lebih tinggi.
"Mungkin akan ada beberapa," katanya.
Baca Juga: Bukannya Bawa Kabur Barang Curian, Seorang Pria yang Diduga Pencuri Malah Lakukan Hal Ini
Selama perjalanan ke Arizona, dia berkata: “Saya tidak mengatakan sesuatu itu sempurna, dan ya, apakah beberapa orang akan terpengaruh? Iya. Apakah beberapa orang akan terpengaruh parah? Iya."
"Tapi," tambahnya, "kita harus membuka negara kita, dan kita harus segera membukanya."
Terkait kondisi perekonomian di AS, penasihat ekonomi Gedung Putih, Kevin Hassett, mengatakan, dia memperkirakan tingkat pengangguran di negaranya akan mencapai angka di atas 16 persen.
Baca Juga: Ini Obat Penurun Panas Anak-anak yang Bisa Diberikan, Lihat Dosisnya!
"Dugaan saya sekarang adalah akan berada di utara 16%, mungkin setinggi 20%.
“Jadi kita melihat kemungkinan tingkat pengangguran terburuk sejak Depresi Hebat. Ini kejutan negatif yang luar biasa, kejutan yang sangat, sangat mengerikan," katanya.
Tingkat pengangguran 16% setara dengan jumlah riil sekitar 20 juta pekerjaan yang hilang.
Meski bersiap membuka lockdown dan menghentikan gugus tugas virus corona, namun Trump mengatakan bahwa bukan berarti misi mereka telah selesai.
Baca Juga: Manfaat Ketumbar untuk Wanita, Termasuk Kesehatan Menstruasi
"Tidak, tidak sama sekali. Misi ini selesai ketika sudah selesai," jawab Trump ketika ditanya wartawan saat mengunjungi pabrik APD.
"Saya pikir kita mulai melihat jendela Memorial Day [25 Mei], jendela awal Juni sebagai waktu di mana kita bisa mulai beralih kembali meminta agensi kita mulai mengelola respons nasional kita dengan cara yang lebih tradisional," kata Trump.
Di sisi lain, para ahli medis terus membunyikan pesan peringatan.
Para peneliti di Institut Metrik dan Evaluasi Kesehatan Universitas Washington merilis perkiraan kematian baru pada 29 April, merevisi prediksi awal mereka dari 72.400 hingga lebih dari 134.000.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari