Kabar Baik, Remdesivir Sudah Disetujui BPOM AS dan Jepang Untuk Obati Covid-19 Sedangkan Vaksin ini Berhasil Lewati Uji Vaksin Corona, Siap Diproduksi Massal

May N

Penulis

Intisari-online.com -Remdesivir, obat virus corona buatan Gilead Science Inc, mendapat persetujuan untuk penggunaan darurat dari Badan Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) bagi Covid-19.

Melansir Reuters, ini membuka jalan untuk penggunaan remdesivir yang lebih luas di lebih banyak rumahsakit di AS. Tapi, otorisasi BPOM AS itu berlaku untuk pasien Covid-19 di rumahsakit yang membutuhkan ventilator.

Selama pertemuan di Kantor Oval Gedung Putih dengan Presiden Donald Trump, Chief Executive Officer (CEO) Gilead Daniel O'Day menyebut langkah itu sebagai langkah pertama yang penting.

Gilead akan menyumbangkan 1,5 juta botol Gilead untuk membantu pasien Covid-19. Harapannya, donasi ini cukup untuk setidaknya 140.000 pasien, tergantung dari jumlah hari mereka perlu dirawat.

Baca Juga: Uji Vaksin Corona berhasil, Cobra Biologics Produksi 1.000.000 Dosis Sebulan: 'Kami Beroperasi Jauh Lebih Cepat dari Biasanya'

Wakil Presiden AS Mike Pence mengatakan, 1,5 juta vial tersebut akan mulai didistribusikan ke rumahsakit pada Senin (4/5).

Gilead mengatakan pada Rabu (29/4), remdesivir yang mereka berikan melalui infus intravena, telah membantu meningkatkan hasil untuk pasien CovidD-19, penyakit pernapasan akibat virus corona.

Perusahaan farmasi asal AS ini juga memberikan data yang menunjukkan, remdesivir bekerja lebih baik ketika diberikan sebelumnya dalam perjalanan infeksi.

Dengan banyak negara yang mulai pulih dari pandemi virus corona berminat dengan remdesivir. Sebab, saat ini tidak ada perawatan yang dapat persetujuan atau vaksin pencegahan untuk Covid-19.

Baca Juga: Warga Bingung Sekaligus Ngeri, Tiba-tiba Banyak Katak yang Masuk ke Rumah Melalui Toilet dan Wastafel, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Dokter sangat membutuhkan apa pun yang bisa mengubah perjalanan penyakit yang menyerang paru-paru dan dapat mematikan organ lain dalam kasus yang sangat parah itu.

Data yang dirilis pada minggu ini dari percobaan oleh National Institutes of Health (NIH) di AS memperlihatkan, remdesivir mengurangi rawat inap hingga 31% dibanding pengobatan plasebo, tapi tidak secara signifikan meningkatkan kelangsungan hidup.

Gilead tidak segera menanggapi harga yang akan mereka kenakan setelah sumbangan remdesivir yang dijanjikannya habis.

Institute for Clinical and Economic Review, yang menilai keefektifan obat untuk menentukan harga yang sesuai, menetapkan biaya remdesivir sebesar US$ 10, tetapi harga akan naik menjadi US$ 4.500 berdasarkan manfaat pasien yang ditunjukkan dalam uji klinis .

Baca Juga: Dikabarkan Sakit Pendarahan Lambung, Mantan Basis Dewa 19 Erwin Prasetya Meninggal Dunia di Bulan Puasa ini

Remdesivir sebelumnya hanya tersedia untuk pasien yang terdaftar dalam uji klinis. Uji coba Gilead ini di lebih dari 181 rumahsakit di seluruh dunia, termasuk di 27 negara bagian AS.

Sementara itu terdapat lagi berita baik mengenai keberhasilan uji vaksin corona yang dibuat dari Cobra Biologics.

Cobra Biologics mengatakan, jika proses produksi 200 liter vaksin untuk virus corona baru dengan target kelar pada pertengahan Mei nanti berhasil, mereka siap membuat 1 juta dosis per bulan.

Cobra Biologics adalah salah satu perusahaan yang bekerja untuk membuat vaksin potensial guna melawan virus corona dengan nama ChAdOx1 nCoV-19. Para ilmuwan di University of Oxford, Inggris, lah yang mengembangkannya.

Baca Juga: Kabar Buruk, Mulai dari Beras hingga Telur Ayam, Presiden Jokowi Umumkan Indonesia Alami Defisit Pangan di Tengah Pandemi COVID-19

"(Produksi 200 liter) lebih dari cukup untuk uji klinis, tetapi juga berpotensi memulai persediaan untuk pasokan komersial," kata Chief Executive Officer (CEO) Cobra Biologics Peter Coleman kepada Reuters, Jumat (1/5), seraya menambahkan, perusahaannya bisa memiliki kapasitas hingga dua juta dosis per bulan.

"Kecepatan di mana kami beroperasi jauh lebih cepat dari biasanya. Dan untuk mulai membangun batch untuk pasokan komersial bahkan sebelum Anda sampai pada fase satu (uji klinis) sangat tidak biasa," ujar dia.

Hanya, Coleman menegaskan, Cobra Biologics tidak bertanggungjawab untuk membuktikan kemanjuran vaksin, dengan uji coba yang tim Oxford jalankan. Dan, ada banyak risiko yang terlibat dalam proyek tersebut.

Perusahaan farmasi Inggris, AstraZeneca juga bergabung dengan program vaksin Oxford untuk mengembangkan, memproduksi, dan mendistribusikan vaksin potensial guna membantu menyediakannya sesegera mungkin jika berhasil dalam uji klinis.

Baca Juga: Kim Jong-Un Muncul Kembali Setelah Dikabarkan Kritis, Mungkinkah 2000 Wanita yang Tergabung dalam 'Pasukan Kesenangan' Ini yang Menjadi 'Obatnya'?

Coleman menyebutkan, keterlibatan AstraZeneca bisa membantu peningkatan skala vaksin di tingkat global. Tetapi, Cobra Biologics dan dua CDMO lainnya dengan kapasitas sama yang sudah terlibat masih akan memainkan peran penting.

"Konsorsium CDMO (termasuk Cobra Biologics) saat ini akan menjadi bagian mendasar dari pembuatan vaksin ini. AstraZeneca memiliki banyak kemampuan," katanya.

CDMO adalah perusahaan yang melayani perusahaan lain dalam industri farmasi berdasarkan kontrak untuk memberikan layanan komprehensif dari pengembangan obat melalui pembuatan obat.

"Tapi, saya pikir saat ini, mengingat intensitas dan kecepatan yang diperlukan, masuk akal untuk tetap menggunakan CDMO yang Anda miliki saat ini dan kemudian di beberapa titik di masa depan, transisi ke hal lain," ujar Coleman.

Baca Juga: Berhasil Membuat Banyak Orang Tertawa Sepanjang Masa, Siapa Sangka Charlie Chaplin adalah 'Predator' Mengerikan Bagi Perempuan di Bawah Umur

Menurut Coleman, proses pengembangan vaksin sebelumnya yang mungkin memakan waktu bertahun-tahun sedang dipercepat menjadi lima bulan saja. Pekerjaan yang sudah dilakukan pada vaksin sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) bisa membantu mempercepat pengembangan vaksin Covid-19.

"Ini bukan dari awal berdiri. Ada banyak pekerjaan, dan produk telah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga pekerjaan dari uji klinis awal sama-sama berlaku," kata Coleman.

Ditanya tentang pernyataan CEO AstraZeneca Pascal Soriot yang menyebutkan, akan mengetahui apakah vaksin akan efektif pada Juni atau Juli, Coleman bilang, perusahaannya berfokus pada pembuatan vaksin dibanding menentukan kemanjurannya.

"Saya percaya Universitas Oxford dengan hasil Juli itu," ujarnya. "Dan, jika itu positif, balapan akan menghasilkan sebanyak mungkin batch".

Baca Juga: Dikenal Kejam dan 'Bertangan Besi' Siapa Sangka Kim Jong-Un Bisa Gugup dan Syok Sampai Larang Semua Warganya Gunakan Ponsel, Hal Inilah Penyebabnya

Sebagian Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul"Tok, remdesivir dapat persetujuan BPOM AS untuk pasien corona" dan "Uji vaksin corona berhasil, Cobra Biologics produksi 1 juta dosis sebulan"

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait