Find Us On Social Media :

Angka Positif Covid-19 di Indonesia Disebut Rendah Dibanding Negara Maju, Benarkah karena Vaksin BCG? Ini Penjelasan Ahli

By Khaerunisa, Minggu, 19 April 2020 | 19:01 WIB

(Ilustrasi) Virus Corona

Intisari-Online.com - Berbagai hal tentang pandemi Covid-19 tak luput menjadi perbincangan masyarakat juga warganet di media sosial.

Seperti diketahui, kini media sosial sering kali menjadi tempat untuk orang-orang berdiskusi.

Namun, tak bisa dipungkiri pula bahwa media sosial sering kali menjadi pisau bermata dua, karena informasi bisa liar bergulir di sana.

Jika mengamati komentar media sosial, banyak yang mengatakan bahwa angka konfirmasi Covid-19 di Indonesia relatif rendah jika dibanding negara maju seperti AS.

Baca Juga: Menilik Akhir 5 Wabah Terparah di Dunia, Cacar yang Muncul Tahun 1600-an Jadi yang Pertama Diatasi Menggunakan Vaksin, Lalu Bagaimana Wabah pada Masa-masa Sebelumnya?

Angka kasus Covid-19 di Indonesia yang dianggap rendah ini dianggap disebabkan oleh penggunaan vaksin BCG pada bayi baru lahir.

Vaksin BCG, akronim dari Bacille Calmette-Guérin (BCG), merupakan vaksin tuberkulosis yang dibuat dari baksil tuberkulosis yang dilemahkan dengan dikulturkan di medium buatan selama bertahun-tahun.

Benarkah hal ini?

Pertama-tama mari kita melihat data yang ada.

Baca Juga: 5 Bagian Tergeli Wanita yang Sebaiknya Pria Ketahui

Menurut data Worldmeters, hingga Sabtu (18/4/2020) pukul 16.08 WIB, jumlah kasus positif di AS mencapai 710.272 kasus dengan 63.510 kematian.

Dan pasien positif Covid-19 yang sudah dikonfirmasi di Indonesia 6.248 kasus dengan 535 kematian.

Namun perlu diketahui, AS telah melakukan tes Covid-19 kepada 3.579.797 warga penduduknya.

Setidaknya tercatat 2.146 orang per satu juta penduduk yang dites.

Baca Juga: Viral Cerita Pilu di Tengah Pendemi, Seorang Guru di Sumenep Jawa Timur Rela Datangi Satu-satu Rumah Siswanya karena Tak Semua Punya Fasilitas Belajar Online

Dibandingkan dengan Indonesia, jumlah kasus yang dites masih sangat rendah.

Dari sekitar 260 juta penduduk di Indonesia, yang melakukan tes Covid-19 baru 37.134 orang.

Artinya baru 23 orang per satu juta penduduk yang dites.

Panji Hadisoemarto, pakar kesehatan masyarakat dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran pun mengatakan bahwa angka pelaporan kasus di Indonesia harus disandingkan dengan jumlah kasus potensial yang dikonfirmasi laboratorium untuk Covid-19.

"Karena jumlah pemeriksaan yang kita lakukan masih sedikit, kemungkinan besar banyak kasus tidak berhasil kita temukan," ungkap Panji kepada Kompas.com, Sabtu (18/4/2020).

Baca Juga: Bagai Memanfaatkan Kesempatan dalam Kesempitan, Geng Mafia dan Kartel Narkoba 'Menjadi Malaikat' Bantu Masyarakat Miskin, Tapi Rupanya Tujuannya Sangat Licik

"Negara lain mungkin melaporkan lebih banyak kasus, justru karena mereka lebih bagus dalam pencarian kasusnya," terang Panji.

Negara-negara di seluruh dunia sedang berjuang meningkatkan pengujian. Ini artinya, jumlah kasus yang dilaporkan saat ini sebenarnya jauh di bawah perkiraan.

Sementara kematian yang dilaporkan, tumpang tindih dengan banyaknya laporan kematian karena infeksi pernapasan lainnya.

Baca Juga: Sering Dinyanyikan, Tapi Tahukah Anda Manfaat Lagu Nina Bobo? Ternyata Lagu Ini Punya Manfaat Menakjubkan untuk Bayi Loh!

Kata WHO soal vaksin BCG dan Covid-19

Dalam keterangan tertulis, WHO menegaskan bahwa belum ada bukti yang menunjukkan bahwa vaksin BCG dapat mencegah penularan Covid-19.

"Tidak ada bukti bahwa vaksin BCG melindungi orang dari infeksi virus Covid-19. Dua uji klinis untuk menjawab hubungan keduanya sedang dilakukan dan WHO akan mengevaluasi jika sudah ada bukti," tulis WHO dalam laman resminya.

Tanpa adanya bukti, WHO tidak merekomendasikan vaksinasi BCG untuk pencegahan Covid-19. WHO merekomendasikan vaksinasi BCG neonatal di negara dengan kasus TB yang tinggi.

Pada 11 April 2020, WHO memperbarui ulasan bukti yang sedang berlangsung dari database ilmiah dan repositori uji klinis menggunakan istilah pencarian bahasa Inggris, Perancis, dan China untuk Covid-19, virus corona baru, SARS-CoV-2, dan BCG.

Baca Juga: Jadi Ibu Negara Indonesia Pertama, Ini Momen Ketika Fatmawati Pergi dari Istana hingga Tak Hadir dalam Pemakaman Soekarno

Tinjauan itu menghasilkan tiga pracetak (manuskrip yang diunggah online sebelum peer-review, atau peninjauan oleh pakar lain di bidang yang sesuai).

Penulis membandingkan kejadian Covid-19 di negara-negara yang menggunakan vaksin BCG dengan negara yang tidak menggunakan vaksin BCG, juga mengamati bahwa negara yang secara rutin menggunakan vaksin BCG pada bayi baru lahir disebut memiliki lebih sedikit kasus Covid-19 yang dilaporkan saat ini.

Untuk diketahui, ini merupakan hasil studi sangat awal dan belum ditinjau oleh ahli lain. Oleh sabat itu, hasilnya pun tidak dapat dijadikan acuan.

"Studi-studi ekologi (studi korelasi populasi) semacam ini rentan menjadi bias, termasuk perbedaan dalam demografi nasional dan beban penyakit, tingkat pengujian untuk infeksi virus Covid-19, dan tahap pandemi di setiap negara," tulis WHO.

Baca Juga: Tak Ada Kapoknya! Usai Hadiri Resepsi Pernikahan di Jakarta, Seorang Ibu Rumah Tangga di Grobogan Jatuh Sakit dan Positif Corona, Rapid Test 3 Tetangganya pun Tunjukkan Hasil Reaktif

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Benarkah Angka Positif Covid-19 di Indonesia Rendah karena Vaksin BCG?

 

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari