Find Us On Social Media :

Sudah Tahu Mematikan dan Banyak Korban, Mengapa Orang Tetap Nekat Tenggak Miras Oplosan?

By Intisari Online, Sabtu, 28 April 2018 | 15:45 WIB

Kegiatan itu turut menghadirkan sejumlah pembicara dari psikiater adiksi, dokter ahli farmakologi, dokter ahli patologi klinik dan Medicins Sans Frontieres dari Oslo, Norwegia.

Peserta kegiatan ini adalah para dokter yang bertugas di RSUD dan puskesmas, praktisi klinis dan peneliti.

"Kegiatan ini untuk merespon kejadian luar biasa keracunan metanol. Permasalahannya, kalau dokter dilayanan kesehatan tidak bisa menangani dengan segera, angka kematian ini akan terus meningkat. Karena kasusnya tiap tahun ada, tidak pernah berhenti," tutur dia.

Salah satu materi yang diberikan adalah mengenali gejala keracunan miras.

Menurut Teddy, kasus keracunan miras memang sulit didiagnosa.

Apalagi, gejala awalnya sangat mirip dengan keluhan gangguan kesehatan lain.

"Kita juga ingin memberikan edukasi kepada pemberi layanan, kepada dokter, perawat, supaya nanti mereka tahu, orang datang dengan keluhan nyeri lambung, sakit kepala, muntah, itu berhubungan dengan penggunaan narkoba, miras, atau tidak," ujar dia.

Teddy menambahkan, ketelitian tenaga medis dalam menangani pasien keracunan miras oplosan memang diutamakan, agar penanganan bisa cepat dan tepat.

Terlebih, sambung Teddy, banyak korban miras oplosan yang tidak mau kondisinya diketahui orang lain.

"Orang kenapa enggak mau ke tempat layanan kesehatan, karena malu. Kedua, penegakkan diagnosisnya itu memang tidak mudah. Siapa saja orang bisa mual, orangnya enggak berani terbuka, takut kedengaran keluarganya habis minum bareng-bareng. Jadi, masalahnya sangat kompleks," ucap dia. (Dendi Ramdhani)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengapa Orang Nekat Menenggak Miras Oplosan?".

Baca juga: Veronica, ‘Film Paling Menakutkan’ dengan Kisah Nyata yang Jauh Lebih Menakutan