Find Us On Social Media :

Sudah Tahu Mematikan dan Banyak Korban, Mengapa Orang Tetap Nekat Tenggak Miras Oplosan?

By Intisari Online, Sabtu, 28 April 2018 | 15:45 WIB

"Satu dia tidak merasa nyaman dengan dirinya, entah cemas, entah sedih, dia enggak suka dengan dirinya, entah enggak bisa tidur. Yang seperti itu perlu diobati, Itu masuknya ke psikiatris. Kedua, alasannya dia udah ok, tapi pengen lebih ok. Dia ngumpul sama orang (kelompoknya) tapi dirasa ada yang kurang, itu biasanya di acara ngumpul-ngumpul bareng," ungkap Selly, saat ditemui di Rumah Sakit Melinda 2, Jalan Padjadjaran, Sabtu (28/4/2018).

Selly menuturkan, grafik kematian akibat keracunan metanol (methanol poisoning) khususnya di Jawa Barat terus meningkat.

Berkaca pada kejadian miras oplosan di Kabupaten Bandung ada, Selly mencatat ada 250 kasus laporan keracunan metanol, dengan korban tewas lebih dari 60 orang.

"Angka grafik epidemiologi bukan turun, naik terus, dan Jabar salah satu tempat paling tinggi kasus miras oplosan," tuturnya.

Selly menambahkan, kendati tidak dilarang, metanol merupakan cairan yang mematikan jika dikonsumsi.

"Metanol jika masuk ke badan, bisa merusak lebih hebat. 10 miligram metanol bisa bikin orang mati," tegasnya.

Baca juga: Habis Masa Kejayaannya, Para Superstar Gulat WWE Ini pun Harus Menemui Ajalnya dengan Cara Sangat Tragis

Tingkatkan kesigapan tenaga medis

Psikater RS Melinda, Teddy Hidayat mengatakan, kasus miras oplosan merupakan fenomena gunung es.

Sebab itu, kata Teddy, perlu dilakukan kajian secara komprehensif bukan hanya masalah aspek sosiologis, melainkan penanganan medis.

Sabtu pagi, FK Unpad bekerja sama dengan Perhimpunan Spesialis Kedokteran Jiwa Bandung menggelar pelatihan penanganan korban miras oplosan bagi tenaga medis, khususnya di Puskesmas.

Kegiatan itu mengusung tema 'Master Class Up Date on Methanol Poisoning'.