Find Us On Social Media :

Ketika Para Guru Menjadi Pelaku Pelecehan Seksual terhadap Murid-muridnya, Apa yang Harus Kita Lakukan?

By Moh. Habib Asyhad, Jumat, 27 April 2018 | 17:45 WIB

Intisari-Online.com - Hari itu, 26 Juni 2012, menjadi hari yang enggak terlupakan bagi MA.

Siswi SMAN 22 Jakarta Kelas XII itu telah mengalami hal paling terburuk dalam seumur hidupnya.

Guru berinisial T, yang enggak lain adalah Wakil Kepala Sekolah sekaligus guru mata pelajaran Biologi di kelasnya, meminta MA untuk menemuinya di suatu tempat yang jauh dari lingkungan sekolah.

Membicarakan urusan kegiatan sekolah jadi alasan yang diajukan guru yang waktu itu berusia 47 tahun ini.

Bukannya serius membicarakan soal kegiatan sekolah, MA malah dibawa ke area wisata terpencil di Jakarta Utara, MA dipaksa melampiaskan nafsu bejat sang guru.

Setelah pulang dari sana, MA diturunkan di suatu tempat dekat dengan rumahnya dan diberi uang tunai Rp50 ribu untuk ongkos pulang.

Mengenaskan.

Baca juga: Tubuh Tanpa Privasi dan Pelecehan Seksual, Inilah 5 Sisi Gelap Dunia Model yang Tidak Banyak Disadari Orang

"Saya dipaksa untuk melakukan oral sex sama dia," ujar MA kepada wartawan saat mengungkap kasus amoral guru dari rumah kediamannya yang nggak jauh dari sekolah, akhir Februari 2013 lalu.

Ironisnya, hari itu bukan hari pertama dan terakhir kalinya MA mendapat perlakuan seperti itu. Teman kita yang saat itu masih berusia 17 tahun ini seringkali diminta untuk memuaskan nafsu seks sang guru dengan berbagai dalih agar MA mau menurutinya.

Seperti yang terjadi satu bulan kemudian. Sang guru kembali mengajak MA bertemu di tempat yang sama dan dengan modus yang sama pula. Lagi-lagi, katanya untuk membicarakan kegiatan sekolah. Namun ternyata T kembali memaksa MA melakukan oral sex di dalam mobil Toyota Avanza miliknya.

Lagi-lagi pula T memberi uang Rp50 ribu untuk ongkos MA pulang.

Lalu kenapa MA mau melakukan ini berulang kali? Bahkan walau menurut pengakuannya, ia merasa telah dilecehkan gurunya sebanyak empat kali. Ancaman T yang bakal mempersulit akses MA dalam mendapat ijazah dan nilai terbaik di sekolahnya ternyata jadi alasan MA terpaksa menuruti kemauan T.