Bukan dari Gunung Anak Krakatau atau Langit, Ini Penjelasan Dentuman Misterius yang Didengar Warga, 'Percaya atau Tidak, Bumi Kita Memang Bicara'

Mentari DP

Penulis

Intisari-Online.com - Dilaporkan olehKESDM, Badan Geologi, PVMBG Pos Pengamatan Gunung Api Anak Krakatau,Gunung Anak Krakatau kembali mengalami erupsi.

Hal ini terjadipada Jumat (10/4/2020) malam sekitar pukul 21.58 WIB.

SetelahGunung Anak Krakatau kembali mengalami erupsi, warga sekitar mendengar suara dentuman aneh.

Namun, PVMBG memastikan bahwa suara tersebut bukan berasal dari letusan Gunung Anak Krakatau.

Baca Juga: Waspada, Pakar Ini Sebut Indonesia Harus Bersiap Alami Lonjakan Kasus Covid-19, 'Perang Lawan Corona Bisa Sampai 6 Bulan ke Depan'

Sebelumnya,peristiwa serupa yang terjadi pada Desember 2018.

Lalu dari mana sumber dentuman tersebut?

Dilansir dari kompas.com pada 2015 silam, ada fakta bahwa Bumi menghasilkan bunyi tidak terbantahkan.

Percaya atau tidak percaya, Bumi kita memang bicara.

Baca Juga: WHO Sebut Indonesia dan India Berpotensi Jadi Episenter Baru Pandemi Virus Corona, Ini Alasannya

Salah satu suara paling misterius disebut hum.

"Suaranya mirip dengungan."

"Seperti bunyi mesin yang terdengar dari kejauhan," ungkap Thomas Djamaluddin, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.

Makalah David Deming dari College of Geosciences, University of Oklahoma, di Journal of Scientific Exploration Volume 18 No 4 tahun 2004 mengungkap bahwa hum terdengar di banyak wilayah di dunia. Laporan hum pertama datang dari Inggris.

Tahun 1940-an, lebih dari 2.000 orang di London dan South Hampton mendengar suara tersebut.

Sementara tahun 1950-an, koran Skotlandia, Sunday Herald, melaporkan adanya orang-orang yang mendengarkan mirip dengung dan desis tak biasa.

Hum pertama yang dilaporkan di Amerika Serikat adalah di Taos, New Mexico, tahun 1991.

Sejak itu, hum dilaporkan di banyak negara bagian Amerika Serikat.

Tahun 1996, hum didengar oleh warga Massachusetts. JH Mully dan JP Kelly, peneliti dari University of New Mexico, pernah melakukan studi untuk mengetahui persentase orang yang bisa mendengar hum.

Dalam makalah di jurnal Echoes tahun 1995, keduanya mengungkap bahwa hanya ada 2 persen populasi yang bisa mendengarnya.

Baca Juga: WHO Sebut Indonesia dan India Berpotensi Jadi Episenter Baru Pandemi Virus Corona, Ini Alasannya

Sejumlah orang itu mendengar hum secara terus menerus paling tidak beberapa kali dalam seminggu.

Pendengar hum yang seorang musisi mengungkap, frekuensi suara itu sekitar 41 Hz.

Sementara, pendengar yang seorang teknisi mengatakan, frekuensi hum antara 30-80 Hz.

Sebanyak 75 persen dari pendengar hum yang melaporkan adalah perempuan sehingga ada kesimpulan bahwa perempuan lebih peka terhadap bunyi hum.

Namun demikian, data itu juga dinyatakan tak cukup konsisten.

Bagi sebagian orang, hum bisa sangat menyiksa.

"Anda akan merasa kepala akan meledak."

"Ada satu malam di mana saya merasa kepala saya seperti pengering yang berputar sepanjang malam, seolah-olah otak saya bergetar di dalam kepala," demikian laporan salah satu pendengar hum yang dikutip Deming.

Tahun 1992, Deming menulis, seorang pendengar hum mengatakan, "Tahun lalu hum hampir membuat saya bunuh diri."

"Hum menghabiskan energi, membuat stress dan kurang tidur."

"Saya minum penenang dan tak tahu lagi berapa malam yang saya habiskan untuk memegang kepala dan menangis."

Baca Juga: Viral Foto Ratusan Kantong Mayat Penuhi Lorong Rumah Sakit di AS, 'Kami Tetap Menolak Keluarkan Perintah untuk Tinggal di Rumah'

Sejumlah riset dilakukan untuk mengungkap sebab musabab hum. Dahulu, hum pernah dianggap sebagai delusi semata.

Selain itu, hum dianggap sama dengan denging telinga dan sebenarnya hanya didengarkan oleh para penderita tinnitus di mana telinga berdenging tanpa henti.

Namun, pada tahun 2003, sebuah penelitian melaporkan bahwa hum disebabkan oleh suara-suara berfrekuensi kecil yang ada di kota-kota industri besar.

Alat-alat itu menghasilkan suara yang pada satu waktu bisa didengar.

Di Kokomo, Indiana, misalnya, hum pernah dinyatakan sebagai akibat dari penggunaan kompresor dan kipas pendingin.

Laporan awal menyebutkan bahwa ketika alat itu dimatikan, hum hilang.

Meski demikian, penyelidikan lanjut menunjukkan bahwa walau alat-alat dimatikan, tetap saja hum terdengar.

Para pakar meyakini bahwa hum punya sumber non akustik dan di luar permasalahan penggunaan alat-alat industri.

"Penelitian terakhir mengungkapkan bahwa hum bersumber dari gelombang laut di samudera dan di dasar laut," jelas Thomas ketika dihubungi Kompas.com pada Jumat (29/5/2015).

Baca Juga: 6 Tahun 'Menghilang' Setelah Suaminya Dieksekusi Mati, Bibi Kim Jong Un Kembali Muncul di Publik, Bahkan Duduk Sejajar dengan Orang yang Bunuh Suaminya

Tabrakan dua gelombang besar di lautan yang menghasilkan gelombang seismik kecil.

Gelombang itu butuh waktu 13 detik guna menyelesaikan satu getaran.

Sementara itu, gelombang yang pelan di dasar laut juga bisa menghasilkan gelombang seismik dengan frekuensi 13-300 detik.

Sebagian besar dengung berasal dari gelombang ini.

Apakah suar mirip trompet yang beredar di internet dan menghebohkan itu hum?

Thomas mengatakan bahwa hum dan suara trompet kemarin adalah dua hal berbeda.

Anda sendiri, pernahkah mendengar hum? Hum hanya salah satu suara misterius di Bumi yang hingga sekarang belum bisa diuraikan secara pasti penyebabnya.

Ada suara misterius lain, yaitu bunyi menyerupai dentuman atau bom yang menyertai sebuah gempa. Simak di artikel berikutnya.

(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Trompet dari Langit, Suara-suara Misterius Bumi, dan Penjelasannya (1)")

Baca Juga: Kim Jong Un Bukan Apa-apa, Diktator yang Satu Ini Juga Dikenal Kejam, Pernah Cungkil Mata dengan Pisau hingga Siksa 3.200 Orang

Artikel Terkait