Find Us On Social Media :

Dulu Sebut 'Flu Musiman' dan Tolak Lockdown, Kini Trump Pontang-panting Atasi Virus Corona, Sudah Capai 336.673 Kasus!

By Mentari DP, Senin, 6 April 2020 | 09:30 WIB

Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Intisari-Online.com - Presiden Amerika Serikat Donald Trump disebut telah "menjilat ludahnya sendiri".

Bagaimana tidak, beberapa waktu lalu Trump pernah mengatakan bahwa virus corona yang menyebabkan penyakit Covid-19 seperti flu biasa.

Bahkan dengan santainya mengatakan bahwa negara harus membiarkan laju virus corona.

"Biarlah, jangan lakukan apa pun, anggap itu (virus corona) sebagai flu," kata  Trump saat itu dalam sebuah konferensi pers.

Baca Juga: Berawal dari 1 Mobil, Terjadi Kebakaran Besar yang Hancurkan Lebih dari 3.500 Mobil Sewaan, Berlangsung Selama 18 Jam dan Asap Hitam Bisa Dilihat dari Bermil-mil Jauhnya

Tak hanya menganggap virus corona sebagai 'flu musiman', Trump juga menolak lockdown kota-kota di Amerika Serikat.

Dalam kicauannya di Twitter dia menulis, "Tidak ada yang ditutup. Hidup dan perekonomian terus berjalan," ujarnya.

Dia juga mempertanyakan perlunya penutupan akses perekonomian melalui social distancing dan larangan wisata.

"Kami tidak pernah menutup negara karena flu," ujar Trump.

Baca Juga: Rumah Sakit dan Rumah Duka Penuh, Ratusan Jenazah Pasien Virus Corona Tergeletak di Jalan, 'Tolong Ada Jenazah Sudah 3 Hari Dibiarkan dan Mulai Membusuk'

Ucapan Trump merujuk pada angka kematian rata-rata per tahun karena flu sebanyak 36.000 orang.

Namun kini Trump menarik kata-katanya sendiri.

Sebab Amerika Serikat kini menjadi negara dengan jumlah kasus positif virus corona terbanyak di dunia.

Dilansir dari worldometers pada Senin (6/4/2020) pagi, jumlah kasus virus corona di Amerika Serikat mencapai 336.673 kasus.

Dengan catatan 9.616 kasus kematian dan 17.977 orang dinyatakan sembuh.

Angka ini tiga kali lipat dari kasus di China, negara awal mula virus corona.

Apa yang terjadi di Amerika Serikat membenarkan prediksi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Sebab pada akhir bulan Maret 2020, WHO sudah melihat penyebaran virus corona yang sangat cepat (very large acceleration) di Amerika Serikat.

Baca Juga: Kasus Jenazah Siswi SMP Disetubuhi Usai Dibunuh Pelaku, Apa Alasan Orang Mau Berhubungan Badan Dengan Mayat?

Jika terus begini, maka hanya tinggal menunggu waktu saat Amerika Serikat menjadi pusat penyebaran atau episentrum baru wabah virus corona.

"Amerika Serikat memiliki wabah yang sangat besar dan wabah yang intensitasnya semakin meningkat," kata juru bicara WHO Margaret Harris.

Karena kasus virus corona terus bertambah, Donald Trump pun mengeluarkan paket bantuan sebesar 2,2 triliun dollar AS (Rp35.508 triliun) untuk mengatasi wabah corona.

Dilansir dari Straitstimes.com, itu adalah jumlah bantuan terbesar dalam sejarah Amerika Serikat.

Rencananya dana tersebut akan digunakan untuk sebagai berikut:

Rincian 2,2 triliun dollar AS (Rp35.508 triliun) antara lain:

- 500 miliar dollar AS untuk membantu industri;

- 290 miliar dollar AS untuk bantu keluarga di AS hingga 3.000 dollar AS untuk jutaan keluarga.

- 350 miliar dollar AS untuk memberikan pinjaman pada usaha kecil;

- 250 miliar AS untuk tunjangan bagi pengangguran dan 100 miliar dollar AS untuk rumah sakit dan sistem kesehatan terkait.

Baca Juga: Menteri Luhut Sebut Virus Corona Tak Kuat Bertahan di Cuaca Panas Indonesia, Benarkah? Ini Jawaban Ahli dan WHO