Penulis
Intisari-online.com -Seminggu yang lalu yaitu pada Minggu malam (22/3/2020) Pemerintah Suriah mengumumkan kasus pertama virus corona di negara yang tengah dilanda perang itu.
Menteri Kesehatan Nizar Yaziji pada Minggu malam (22/03/2020) mengatakan bahwa pihak berwenang telah mencatat kasus pertama virus corona di Suriah.
Kasusnya merupakan kasus impor karena orang itu datang dari luar negeri.
Langkah-langkah yang tepat telah diambil untuk menangani pasien wanita berusia 20 tahun ini.
Baca Juga: Sudah Memiliki 5 Anak, Ibu Ini Sebut Pilih Nikahi Setan, 'Aku Lebih Bisa Terpuaskan'
Pemerintah Suriah juga menutup sekolah-sekolah, universitas, restoran, bioskop dan ruang acara juga pertemuan ibadah.
Kini, Kementerian kesehatan Suriah mengatakan pada hari Minggu (29/3) bahwa seorang wanita yang meninggal setelah dilarikan ke rumah sakit untuk perawatan darurat diketahui telah terinfeksi oleh virus corona di negara pertama yang secara resmi melaporkan kematian akibat penyakit tersebut.
Dikutip dari Reruters, Suriah mengatakan kasus yang dikonfirmasi meningkat menjadi sembilan dari lima kasus sebelumnya, tetapi petugas medis dan saksi mengatakan ada banyak lagi.
Para pejabat membantah telah menutup-nutupi tetapi telah memberlakukan tindakan penguncian termasuk jam malam malam nasional untuk membendung pandemi.
Baca Juga: Tragis, Pesawat Lionair Filipina Jatuh Saat Bawa Tenaga Medis Corona, Semua Penumpang Tewas
Langkah-langkah untuk menutup bisnis, sekolah, universitas, masjid, dan sebagian besar kantor pemerintah, serta menghentikan transportasi umum, telah menyebarkan ketakutan di antara penduduk yang lelah perang.
Beberapa kota terlihat telah terjadi panic buying, penduduk mengatakan mereka kekurangan makanan dan lonjakan permintaan yang mendorong harga menjelang dimulainya jam malam.
PBB mengatakan negara itu berisiko tinggi terhadap wabah besar karena sistem kesehatan yang rapuh yang dihancurkan oleh perang sembilan tahun dan kurangnya peralatan yang cukup untuk mendeteksi virus, di samping sejumlah besar orang yang rentan.
Organisasi Kesehatan Dunia telah memperingatkan bahwa negara itu memiliki kapasitas terbatas untuk menangani penyebaran virus yang cepat.
Setelah sembilan tahun perang yang menewaskan lebih dari 380 juta jiwa dan merusak infrastruktur negara itu, kekhawatiran tinggi akan wabah Covid-19 di Suriah memiliki konsekuensi yang cukup genting.
Terutama di daerah luar kendali rezim pemerintah Bashar al-Assad.
Termasuk benteng pemberontak besar terakhir di Idlib di wilayah barat laut dan timur lautnya. Wilayah-wilayah itu dikuasai oleh suku Kurdi.
Juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) awal bulan ini memperingatkan bahwa sistem kesehatan Suriah yang rapuh mungkin tidak memiliki kapasitas untuk mendeteksi dan menanggapi wabah virus corona.
Kondisi perang dan perpolitikan Suriah picu peningkatan penyebaran Covid-19
Presiden Bashar al-Assad mengajukan amnesti tahanan pada Minggu (22/03/2020) sebagai upaya untuk menghentikan penularan virus corona.
Tindakan ini belum pernah dilakukan sebelumnya.
Toko-toko roti di seluruh negeri Suria tidak lagi buka di tempat secara langsung kepada pembeli.
Roti akan dikirim melalui distributor ke masing-masing rumah untuk mencegah kontak sosial dengan pelanggan selama berjam-jam menunggu dalam antrian panjang.
Menurut tenaga medis Suriah, kondisi penularan Covid-19 juga sangat riskan akibat adanya ribuan orang Iran yang mendukung pemerintah Bashar al-Assad dalam perang Suriah.
Ribuan orang Iran yang mendukung perang Suriah itu mempertahankan kehadiran mereka di markas-markas pinggiran kota Syiah Damaskus di Sayeda Zainab.
Ribuan peziarah Syiah dari Iran juga mengunjungi Damaskus.
Iran merupakan salah satu negara yang paling terpengaruh oleh pandemi di luar China.
Sekaligus sekutu regional utama Suriah dan mengoperasikan penerbangan militer dan sipil yang membawa para pejuang milisi ke Suriah.
Mahan Air Iran masih memiliki penerbangan reguler dari Teheran ke Damaskus meski penerbangan Suriah lainnya telah ditangguhkan.
Menurut penduduk setempat dan sumber-sumber intelijen Barat, milisi yang didukung Iran juga telah memasuki Suriah menggunakan perbatasan AlBukamal dengan Irak, tempat di mana virus itu menyebar.
Komando umum militer mengumumkan pada Sabtu (21/03/2020) bahwa pihaknya telah meningkatkan kesiap-siagaan di rumah sakit militer dan memberikan perintah untuk meminimalkan pertemuan.
Termasuk kegiatan olahraga militer atau apa pun yang terjadi di daerah tertutup karena wabah.
Kami telah mengambil sejumlah langkah, untuk melindungi tentara kami di kediaman mereka di unit-unit dan formasi militer.
Serta memerintahkan penggunaan sarung tangan dan masker wajah," demikian pernyataan yang dikeluarkan komando umum militer tersebut.
Para anggota militer mengatakan sejumlah perwira senior telah mengambil cuti dan beberapa unit komandan telah memerintahkan untuk menghindari kontak sosial dengan milisi yang didukung Iran karena dipandang memiliki risiko tinggi akan penyebaran virus.
Para petugas medis di barat laut yang dikuasai oposisi juga khawatir virus corona bisa menyebar dengan cepat di kamp-kamp sesak berisi puluhan ribu warga Suriah terlantar.
Pasukan pimpinan Kurdi yang didukung AS di Suriah barat laut dan kelompok-kelompok oposisi yang didukung Turki juga menutup perlintasan karena khawatir infeksi itu dapat berasal dari daerah yang dikuasai pemerintah.
(Miranti Kencana Wirawan, Handoyo)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Suriah Umumkan Kasus Infeksi Pertama Virus Corona, Bashar Al-Assad Keluarkan Amnesti Tahanan"dan "Suriah melaporkan kematian akibat virus corona untuk pertama kalinya"