Find Us On Social Media :

Kisah Ibu 40 Tahun Nikahi Anak Kandungnya yang Berusia 23 Tahun dan Kini Sedang Hamil Besar: Ini Dampak dari Perkawinan Sedarah Secara Ilmiah

By Mentari DP, Senin, 9 Maret 2020 | 14:20 WIB

Kisah ibu 40 tahun nikahi anak kandungnya yang berusia 23 tahun dan kini sedang hamil besar.

Intisari-Online.com – Kasus perkawinan sedarah kembali terjadi di Indonesia.

Kali ini, Betty Mbereko, seorang wanita berusia 40 tahun menikahi anak kandungnya yang bernama Farai Mbereko (23).

Dilaporkan perkawinan sedarah ini didasarkan karena suka sama suka. Apalagi pasca sang wanita sudah menjadi janda selama 12 tahun.

Bahkan kini Betty tengah hamil besar hasil dari dengan hubungannya dengan sang putra kandung.

Baca Juga: Ayah Taeyeon dari Girls' Generation Meninggal Karena Serangan Jantung Mendadak: Ini yang Terjadi pada Tubuh Sebelum dan Saat Terjadi Serangan Jantung

Namun karena kasus ini, kepala desa dan warga setempat mengusir kedua pasangan ini.

Pada akhirnya, keduanya pun diterima dan menikah di Suku Polahi pedalaman Gorontalo.

Diketahui, di desa ini, warganya justru hanya kawin dengan sesama saudara mereka.

"Tidak ada pilihan lain.”

“Kalau di kampung banyak orang, di sini hanya kami.”

“Jadi kawin saja dengan saudara," ujar Mama Tanio, perempuan Suku Polahi yang ditemui di Hutan Humohulo.

Suku Polahi merupakan suku yang masih hidup di pedalaman hutan Gorontalo dengan beberapa kebiasaan yang primitif.

Mereka tidak mengenal agama dan pendidikan, serta cenderung tidak mau hidup bersosialisasi dengan warga lainnya. 

Baca Juga: Melihat 2 Alat Tes Virus Corona dari Singapura dan Jepang, Bisa Melayani 7.000 Orang Setiap Harinya

Perkawinan sedarah

Perkawinan sedarah (incest) adalah perkawinan organisme yang terkait erat dalam kekerabatan.

Dengan kata lain, perkawinan ini diartikan ketika seseorang menikah dengan saudara dekat seperti sepupu.

Bentuk perkawinan sedarah ini bertentangan dengan tujuan biologis dari perkawinan, yaitu pencampuran DNA.

Untuk diketahui, DNA manusia dibundel menjadi 23 pasang kromosom.

Di dalam setiap kromosom ada ratusan ribu gen dan terlebih lagi, setiap gen memiliki dua salinan yang dikenal sebagai alel.

Gen menentukan berbagai aspek penampilan Anda, seperti warna rambut dan mata, serta faktor biologis seperti golongan darah Anda.

Gen-gen ini terbagi dalam dua kategori, dominan dan resesif. Jika salah satu gen dominan, maka hasilnya adalah Anda mendapatkan sifat gen itu.

Namun, untuk sifat-sifat yang berasal dari gen resesif, Anda perlu kedua gen menjadi resesif. Sebagai contoh, gen untuk mata coklat adalah dominan.

Dengan demikian, punya satu gen ini akan membuat mata Anda menjadi coklat.

Namun, gen untuk mata biru bersifat resesif sehingga Anda perlu dua gen untuk mendapatkan mata biru.

Dominan dan resesif menjadi penting karena cacat bawaan dan penyakit genetik tertentu, seperti cystic fibrosis, yang dibawa oleh alel resesif.

Baca Juga: Tak Seperti Juara Indonesia Idol Lainnya, Nasib Penyanyi Ini Berakhir Nelangsa, Digugat Istri hingga Berakhir di Penjara

Makin Berisiko

Perkawinan sedarah menambah kemungkinan Anda lahir dengan kondisi seperti itu.

Pasangan yang memiliki hubungan darah juga memiliki DNA yang sama sehingga kemungkinan mereka membawa gen resesif yang sama menjadi sangat meningkat.

Menurut sebuah studi pada 2011, tingkat kematian menjelang kelahiran dan kematian pada anak meningkat jika anak itu berasal dari perkawinan sepupu langsung.

Alasan perkawinan sedarah

Karena perkawinan sedarah berisiko tinggi, logika kenapa itu dilakukan terlihat sangat membingungkan.

Secara historis, perkawinan sedarah dilakukan untuk mempertahankan sifat-sifat dalam garis darah.

Selain itu, biasanya, hal ini juga digunakan untuk mempertahankan kekuasaan.

Dalam sistem pemerintahan yang turun-temurun, seperti firaun Mesir Kuno, misalnya, perkawinan sedarah mencegah masuknya keluarga lain lewat perkawinan yang berpotensi mewarisi takhta.

Sebuah studi pada 2015 meneliti 259 mumi Mesir dewasa dan menemukan bahwa mumi kerajaan memiliki ketinggian yang berbeda dari populasi umum.

Bangsawan laki-laki pada waktu itu lebih tinggi daripada rata-rata dan bangsawan perempuan lebih pendek daripada rata-rata.

Baca Juga: Negatif Narkoba, Tapi Ririn Ekawati Disebut Ikut Konsumsi Happy Five: Ini Efek Samping Konsumsi Happy Five Tanpa Saran Dokter

Contoh yang lebih baru adalah House of Habsburg, yang kekaisarannya termasuk Spanyol, Austria, dan Hongaria.

Garis keluarga kerjaan ini berakhir dengan Charles II dari Spanyol, yang lahir pada 1661. Pohon keluarga pada titik ini telah menjadi sangat campur aduk karena perkawinan sedarah.

Ibu Charles II adalah keponakan ayahnya. Artinya, neneknya juga merupakan bibi Charles II.

Akibatnya, Charles menderita berbagai cacat dan cacat bawaan.

Dia tidak bisa berbicara sampai dia berumur empat tahun, tidak dapat berjalan sampai dia berusia delapan tahun, dan hampir tidak bisa mengunyah karena bentuk rahangnya.

Laporan otopsinya mengejutkan.

Setelah kematiannya, Charles disebut tidak memiliki darah, jantungnya sebesar lada, paru-parunya berlubang, kepalanya penuh air, ususnya busuk dan berkelemayuh, dan dia hanya memiliki satu testis yang sehitam batu bara.

Tentunya tidak semua ini dapat disalahkan pada perkawinan sedarah.

Kekurangan hormon hipofisis dan asidosis tubulus renalis distal dapat menjelaskan beberapa kondisi ini. Keduanya disebabkan oleh alel resesif.

Namun, sangat jarang seseorang memiliki kedua alel resesif ini.

Baca Juga: Pasca Pesta Pernikahannya dengan Wanita 7 Tahun Lebih Tua, Uang di ATM Aktor Ini Sisa Rp300 Ribu, Ini Alasan Pria Sukai Wanita yang Lebih Tua