Cara mengikat ini dibandingkan dengan cara SARS masuk ke tubuh manusia adalah 100 sampai 1000 kali lebih efisien.
Penemuan Profesor Ruan ini dikonfirmasi oleh penelitian lanjutan dipimpin oleh Profesor Li Hua dari Universitas Teknologi dan Ilmu Pengetahuan Alam Huazhong, Wuhan.
Mutasi ini tidak ada di virus SARS, MERS atau Bat-CoVRaTG13, virus Corona dari kelelawar yang awalnya dianggap sebagai sumber virus Corona baru dengan 96% kesamaan di genomnya.
Ini mungkin alasan mengapa Covid-19 atau SARS-CoV-2 lebih masif menginfeksi manusia daripada keluarga virus Corona yang lain.
Selain dari kedua penelitian dari China, ada penelitian dari Perancis yang dilakukan oleh Etienne Decroly di Universitas Aix-Marseille, yang dipublikasikan di jurnal ilmiah Antiviral Research pada 10 Februari, yang temukan 'penipu enzim furin' yang tidak ditemukan di virus Corona lainnya.
Penelitian mengenai pergerakan virus masih dilakukan dan diperlukan bukti lain termasuk beberapa eksperimen.
Oleh sebab itu, obat HIV yang menarget enzim furin menjadi potensial untuk hentikan merebaknya perbanyakan virus di tubuh manusia.
Obat-obat tersebut antara lain Indinavir, Tenofovir Alafenamide, Tenofovir Disoproxil dan Dolutegravir.
Obat terapi Hepatitis C juga digunakan, termasuk Boceprevir dan Telaprevir.
Mutasi ini bisa berasal dari berbagai sumber seperti virus Corona yang ada di tikus atau bermutasi dengan flu burung.