Penulis
Intisari-online.com - Virus corona telah menjadi ancaman paling mematikan di dunia ini dan menyebabkan kepanikan seluruh dunia.
Mengutip Asia One pada Minggu (1/3/2020) virus ini telah menginfeksi lebih dari 80.000 orang di seluruh dunia.
Bahkan membunuh 2.7000 manusia pada akhirnya virus ini telah ditetapkan WHO pada Sabtu (29/2/2020) dalam tingkat maksimum.
Parahnya penyebaran virus ini kian merajalela dan semakin hari lajunya belum melambat sama sekali.
Kini beberapa negara di Timur Tengah seperti Arab Saudi dan Iran, hingga ke Eropa telah melaporkan situasinya darurat akibat wabah virus corona.
Meski telah menjadi mesin pembunuh nomor satu, dan mengancam kelangsungan hidup manusia di seluruh dunia.
Ternyata ada kabar baik bagi dunia, bahwa virus ini sebenarnya memiliki dampak yang positif bagi kehidupan dunia.
Bahkan disebut-sebut virus corona telah menyelamatkan banyak nyawa di dunia ini selain manusia, ungkap ilmuwan dan para aktivis lingkungan.
Sebagai mesin pembunuh manusia, virus corona belum diketahui asal usulnya dan hingga kini masih diselidiki pasti asal muasal virus ini muncul.
Saat ini China dengan kebiasaan gemar makan makanan ekstrem telah mendapatkan peringatan keras untuk menghentikan kebiasaan itu, bahkan menghentikan perdagangan satwa liar.
Salah satunya adalah trenggiling, mamalia bersisik ini terdaftar oleh International Union for Concervation of Nature (ICUN), sebagai hewan yang terancam punah.
Padahal bagi masayarakat China, trenggiling adalah hewan yang lezat, dan hampir dikonsumsi di beberapa negara di Asia Tenggara.
Menurut penelitian hewan inilah yang membawa virus corona ke manusia, di pusat wabah Wuhan.
Karena itulah pemerintah China melarang mengonsumsi dan memperdagangkan hewan ini demi mengatasi wabah virus corona.
Langkah ini dinilai membantu sejumlah spesies yang terancam punah.
"Saya memuji larangan itu, China memiliki tekad untuk mengubah tradisi ribuan tahun yang sangat tidak pantas bagi masyarakat saat ini," kata Jeff He, direktur China di Dana Internasional untuk Kesejahteraan Hewan.
"Saya pikir larangan itu adalah Langkah Pertama yang penting untuk konservasi satwa liar di Cina," jelasnya.
Dia menyerukan "revisi yang lebih kuat dan lebih progresif" dari undang-undang perlindungan satwa liar China yang ada.
Peter Knights, CEO dari amal WildAid mengatakan bahwa larangan China diterima dunia, untuk menanggulangi populasi trenggiling.
"Kami berharap Tiongkok memimpin dunia dalam melarang pasar-pasar ini secara global," katanya.
"Wabah virus corona harus berfungsi sebagai peringatan bagi manusia untuk melestarikan lebih banyak dari alam, atau menghadapai serangan balik kesehatan dan keuangan," lanjut Knights.
Menurut WWF perdagangan ilegal spesies liar diperkirakan bernilai 15 miliar dollar AS (Rp214 triliun) setiap tahunnya, khususnya pasar Asia.
Larangan konsumsi trenggiling dan satwa liar secara signifikan mengurangi perdagangan internasinal dan mendorong keselamatan trenggiling dan hewan liar lain yang sering diselundupkan.
Andew Muir, CEO Wilderness Foundation Afrika menyebut solusi virus corona sederhana.
"Jika kita tidak makan satwa liar, mereka tidak akan membahayakan kita," katanya.