Penulis
Intisari-online.com -Virus Corona telah menjadi endemi besar di dunia saat ini.
Namun, sebelum menyebar ke banyak negara, banyak yang awalnya tidak 'khawatir' dengan virus ini.
Padahal, virus ini sudah muncul sejak Desember 2019 lalu, tetapi baru terdengar ke seluruh dunia setelah tahun baru Imlek.
Dokter yang menjadi pahlawan karena mencoba memperingatkan soal wabah virus corona mengaku merasa teraniaya saat didatangi polisi.
Baca juga:60 Hingga 70 Orang Meninggal Setiap Hari Akibat Terinfeksi Virus Corona
Li Wenliang, seorang ophthamologis dari Rumah Sakit Wuhan, menemukan virus jenis baru itu ketika bekerja di kantornya pada Desember 2019.
Dia kemudian memperingatkan akan wabah virus corona itu kepada koleganya.
Namun, dia dituding menyebarkan rumor sehingga didatangi polisi.
Pada Jumat pukul 02.58 waktu setempat (7/2/2020), Li Wenliang dikonfirmasi meninggal setelah sempat dirawat karena terinfeksi pada Januari lalu.
Kematian dokter 34 tahun itu menuai kemarahan di seantero China, dengan publik meminta pemerintah meminta maaf secara langsung kepada keluarganya.
Dalam wawancara eksklusif dengan The New York Times, Li mengungkapkan bahwa dia segera menemukan bahwa tingkat penularan virus itu sangat tinggi.
"Saya tahu ketika saya terlibat kontak dengan pasien yang sudah tertular. Karena penyakit itu tak menunjukkan gejala tertentu, saya jadi kurang berhati-hati," ujarnya.
Karena menduga bahwa virus itu bisa menular dari manusia ke manusia, pada 31 Desember dia memutuskan memperingatkan koleganya via WeChat.
Dugaannya merujuk kepada adanya kabar pasien yang dikarantina karena virus tersebut, sehingga dia merasa perlu melakukan langkah pencegahan.
Di kalangan dokter, terdapat diskusi bahwa mereka menduga penyakit Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS) yang mewabah pada 2002-2003 kembali lagi.
"Kami harus bersiap untuk menghadapinya secara mental, dan mengambil langkah perlindungan yang diperlukan," jelas Li Wenliang.
Namun, upayanya untuk melakukan peringatan malah dimaknai polisi sebagai penyebaran rumor.
Jadi, dia dikunjungi Biro Keamanan Publik empat hari sejak pesan peringatan itu dia sebar.
Dalam surat itu, polisi menyebutnya "sudah membuat komentar palsu" dan telah "mengganggu ketentraman sosial".
Aparat pun mengancam bakal menangkapnya.
"Kami memperingatkan Anda. Jika Anda tetap keras kepala, tetap melanjutkan kegiatan ilegal ini, maka Anda akan kami bawa ke hadapan hukum. Bisa dimengerti?" kata aparat.
Dia merupakan satu dari delapan orang yang dicurigai dan diperiksa karena "menyebarkan rumor".
Pada akhirnya, Li pun membubuhkan cap di tanda "saya bersedia". Li mengisahkan, dia dipaksa untuk mengakui bahwa dia sudah melakukan kesalahan.
Padahal, dia berusaha untuk berbuat baik.
"Saya merasa teraniaya, tapi saya harus menerimanya.
"Saya sangat sedih ketika melihat orang-orang kehilangan yang mereka kasihi," jelas Li.
Virus corona yang pertama kali terdeteksi di Pasar Seafood Huanan di Wuhan, saat ini sudah merenggut nyawa 717 orang dan menginfeksi 34.000 lainnya.
(Ardi Priyatno Utomo)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dokter yang Peringatkan Virus Corona Merasa Teraniaya Saat Didatangi Polisi"